Chapter 31

701 91 20
                                    

Sepasang anak Adam dengan warna rambut nyentrik itu berdiri saling berhadapan, setia membisu tanpa berniat untuk membuka pembicaraan. Saat ini mereka tengah berteduh di bawah bangunan belakang aula, sedikit bersembunyi guna menghindari perhatian orang-orang. Keduanya terdiam, membiarkan hening melanda sejak lima menit yang lalu. Sakura diam-diam menghela napas, merasa kesal karena Gaara sejak tadi tidak membuka pembicaraan sekaligus muak dengan keberadaan orang-orang yang diam-diam mengawasinya.

"Aku ingin membicarakan suatu hal padamu."

"Katakanlah," jawab Sakura. Ia mendengar, namun perhatiannya tampak awas ke sana-sini.

Satu, dua, tiga...

"Tujuh orang, ya?"

"Kau merasakannya?"

Sakura mendongak, menatap Gaara kemudian mengangguk. Pemuda berambut merah itu menghela napas, tentu saja ia menyadari jika segala hal yang berkaitan dengan hubungannya dengan Sakura mulai diusik oleh para petinggi desa. Namun pemuda itu memilih untuk mengabaikannya, karena saat ini ada hal yang paling mendesak yang harus ia sampaikan secepatnya pada Sakura.

"Aku sudah tau apa yang ingin kau bicarakan. Namun kurasa sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya.

Kalimat itu membuat Gaara sukses tersentak di tempatnya, tak menyangka jika Sakura mengetahui hal ini. Bagaimana bisa? batinnya. Pemuda itu tergugu, menatap Sakura dengan penuh tanya. Sedangkan Sakura yang paham akan arti tatapan itu langsung berkata,  "Salah seorang petinggi desa menemuiku beberapa hari yang lalu. Dia sudah mengatakan semuanya."

Bahu tegap milik pemuda Kazekage itu menegang, merasa marah dan khawatir secara bersamaan. Ia berdecih kesal, membatin bahwa bisa-bisanya kumpulan orang tua itu bertindak sesuka hati untuk kedua kali. Bahkan mereka berani mengabaikan perkataan Gaara untuk tidak mengusik Sakura.

"Tapi aku tidak bisa menundanya, Sakura," tegas Gaara pada gadis itu. 

Sakura menunduk, paham sepenuhnya akan keinginan Gaara saat ini. Terlebih lagi, masalah ini sangat penting bagi keduanya. Tidak ada alasan bagi mereka untuk mengundur waktu dan membicarakan hal ini di kemudian ahri. Namun mengingat akan situasi yang tidak memungkinkan, Sakura tetap teguh pada pendiriannya.

"Tapi kita sedang diawasi, Gaara-kun," ucap gadis itu dengan nada lirih.

Gaara berdecak kesal. Ingin sekali ia menghabisi para jonin yang tengah bersembunyi di sisi mereka agar bisa berbicara dengan tenang. Tetapi di sisi lain, ia tidak mungkin melakukan hal itu. Bagaimanapun, para jonin itu hanya menjalankan perintah dari atasan dan tidak seharusnya seorang Kazekage sepertinya mengambil tindakan gegabah dan mencelakai mereka.

"Datanglah ke rumahku malam ini. Kita akan membicarakannya di sana."

Sakura menunduk lalu mengangguk kecil, memilih untuk menurut meski perasannya sedang tidak menentu. Nyatanya waktu empat hari untuk berpikir pun rasanya tidak cukup. Sakura tidak tau harus memulai dari mana. Bukannya berhasil untuk menjernihkan pikiran, justru hanya ketakutan yang hadir selama beberapa hari belakangan. Berbagai spekulasi buruk datang silih berganti, menimbulkan keraguan dalam dirinya. 

Apakah ini akhir dari kisahnya?

Apakah Gaara akan baik-baik jika ia terus menolak perjodohan ini?

Bukan tanpa alasan Sakura berpikir demikian. Kekasihnya itu adalah sosok penting bagi desa ini. Jika ada satu hal yang melemahkan kinerjanya, maka ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Gadis itu memanglah tidak mengerti banyak tentang dunia politik, namun apapun itu, dapat dipastikan jika semua keputusan para petinggi desa pasti telah dipertimbangkan sisi baik dan buruknya.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now