Bonus Chapter - 1

813 82 20
                                    

Terik matahari seolah telah menjadi teman bagi penduduk Suna yang se per sekiannya tengah berlalu lalang di jalanan. Musim panas di Sunagakure sangatlah berbeda dari desa kebanyakan. Berada di tengah gurun membuat mereka mau tak mau harus hidup berdampingan dengan suhu ekstrem yang dapat membakar kulit. Kendati demikian, hal tersebut tidaklah memberi pengaruh berarti bagi para penduduk desa karena terbukti, bahwa siklus kehidupan tetap berjalan meski dalam cuaca panas seperti saat ini.

Sementara bagi seorang ninja medis kebanggaan dua desa ini, panas Sunagakure hari ini terasa berbeda baginya- ah entahlah. Setiap hari rasanya cuaca semakin panas saja menurutnya. Tiga tahun memijakkan kaki di tanah berpasir ini rupanya tak kunjung membuatnya terbiasa dengan iklim di desa ini. Di siang hari ia akan mengeluh betapa panas cuaca hari ini dan di malam hari ia akan bergulung dalam selimut serta pelukan sang suami karena angin malam yang sangat dingin.

Wanita bersurai merah muda itu menghela napas. Melihat situasi di luar yang sangat tidak bersahabat membuatnya memasang wajah malas. Namun tidak mungkin kan baginya untuk mendekam di dalam rumah sakit sampai nanti malam? Terlebih ia memiliki janji temu dengan saudara iparnya, membuatnya harus bergegas pulang agar ia dan sang suami bisa langsung berangkat ke rumah utama.

Wanita itu, Sabaku no Sakura, memutuskan untuk menggunakan jubah berwarna merah maroon yang senantiasa tergantung di ruangannya. Panjang jubah yang mencapai separuh paha membuat gadis itu tersenyum puas, senang karena dengan ini, ia bisa melindungi kulit lenganya yang tak tertutupi lengan baju. Tak lupa ia menutup surai merah mudanya dengan tudung jubah, melindungi kepalanya yang entah mengapa terasa pusing sejak tadi pagi.

"Anda pulang sekarang, Sakura-sama?"

"Siapa itu Sakura-sama, hm?"

Gadis bersurai coklat itu terkekeh kala mendapati wajah Sakura yang tampak kesal. Ia pun menepuk punggung wanita merah muda itu lalu berkata, "Ha'i, ha'i. Bagaimana kabarmu, Sakura? Apa kau merindukanku selama aku pergi?"

Sakura mendengus. "Kau hanya pergi menjalankan misi selama dua hari, untuk apa aku merindukanmu, Ameno?"

Gadis bersurai coklat yang dipanggil Ameno itu tersenyum manis. "Aa, aku kan hanya bertanya. Ngomong-ngomong, apakah semuanya baik-baik saja selama aku tidak ada?"

Sakura tersenyum seraya melambaikan tangan. "Tenang saja. Semua aman terkendali di tanganku. Istirahatlah. Kau sudah bekerja keras."

"Aku mengerti. Hati-hati di jalan, Sakura."

"Hm. Aku duluan, ya."

Keduanya berpisah di koridor rumah sakit, dimana Ameno melangkah menuju ruangannya untuk mengambil sesuatu sementara Sakura beranjak ke luar. Sepanjang perjalanan, wanita itu menundukkan kepala, tak tahan untuk mendongak karena sinar matahari terasa silau di matanya. Ketika wanita itu melewati pasar, ia mengingat jika persediaan makanan hampir habis. Menerka jika ia masih ada waktu, maka wanita yang menyandang status sebagai istri dari pemimpin desa itu menipir ke salah satu kios penjual sayur langganannya, memilah beberapa jenis sayur sebelum memangggil Bibi Shima yang saat ini tengah sibuk melayani pembeli yang lain.

"Ne, ne, sudah mendengar gosip baru, tidak?"

"Apa itu?"

Sakura mengindahkan perkataan kumpulan wanita di sisinya. Meski pada dasarnya Sakura juga hobi menggosip- mengingat bagaimana tabiatnya dulu jika sudah bergabung bersama Ino, namun untuk kali ini semuanya berbeda. Sakura nyaris tak pernah lagi mengikuti perkembangan berita yang simpang siur layaknya ketika ia masih gadis. Ia adalah orang sibuk, baik itu sebagai kepala rumah sakit ataupun sebagai istri dari seorang Kazekage yang terkadang menuntutnya untuk mendampingi sang suami melakukan beberapa hal, sehingga nyaris tidak punya waktu untuk bergosip ria dengan orang-orang selain dengan kakak iparnya.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now