Chapter 13

976 143 4
                                    

Hari demi hari telah berlalu, tanpa disadari musim pun telah berganti. Tumpukan salju yang sebelumnya menutupi jalan serta menghiasi pepohonan di Konoha kini sudah tak terlihat lagi. Dingin yang sebelumnya menusuk kulit kini tergantikan dengan rasa hangat yang menenangkan. Sakura menarik napas panjang. Aroma musim semi memang selalu menjadi yang terbaik.

"Sakura-san, ini."

"Ah iya, terima kasih, Hanabi."

Sakura menyambut tumpukan bunga yang diberikan oleh Hanabi. Kini ia mulai merangkai bunga-bunga tersebut bersama Ino dan Tenten. Hanabi pamit undur diri lantaran masih banyak hal yang harus diurus. Mansion keluarga Hyuuga tampak sangat sibuk untuk menyambut hari bahagia keluarga mereka. Pesta pernikahan putri sulung tetua harus dilaksanakan dengan meriah dan sempurna.

Ya, pernikahan. Ternyata Naruto benar-benar merealisasikan leluconnya di kantor Hokage tiga bulan yang lalu. Tanpa menunggu pacaran lama-lama, pemuda berambut pirang itu melamar Hinata. Gadis itu pun segera menyambut lamaran itu dengan baik, membuat seisi desa gempar karena hal itu.

Sang pahlawan dunia menikahi gadis dari keluarga terpandang. Tentu saja hal ini menambah catatan dalam sejarah Desa Konoha sebagai hari bahagia bagi semua orang.

"Bagaimana? Mudah, kan?"

Sakura dan Tenten mengangguk. Setelah melihat tutorial merangkai bunga dari Ino, kedua gadis itu langsung mempraktekkan kegiatan itu dengan semangat. Sesekali mereka tertawa dan bercanda ria, mengisi kehangatan yang terjalin di antara mereka. Tak lama kemudian Hinata menghampiri mereka guna menyajikan cemilan. Gadis itu pun ikut duduk bersama mereka dan ikut merangkai bunga.

"Demi apa? Sai melamarmu juga?" pekik Hinata tak percaya.

Kabar tersebut membuat ketiga gadis itu memekik tertahan. Baik Sakura, Hinata maupun Tenten tak dapat menahan diri untuk memeluk Ino sementara gadis dalam balutan baju ungu itu terkekeh kecil.

"Aku sangat bahagia, Ino. Kudoakan semoga semuanya lancar." Sakura mengeratkan pelukannya, merasa sangat senang dengan kabar naik ini.

"Itu benar. Ayo kita buat pesta untuk melepas masa lajangmu," ujar Tenten tak kalah semangat.

"Terima kasih, teman-teman. Kalian pun juga, segeralah menyusul kami."

Sakura hanya tersenyum kecil sebagai respon. Ah, menikah ya? Mendengar perkataan Ino tentang menyusul untuk menikah itu membuat pikirannya melayang. Entah bagaimana ceritanya, wajah Gaara justru muncul begitu saja dalam benaknya. Sakura menggeleng tipis, mengenyahkan wajah dari pemuda yang sudah lama tidak ia temui dalam beberapa waktu ini.

"Ne, Sakura. Bagaimana kabarmu dengan si Kazekage? Apakah semuanya berjalan dengan baik?"

Sakura mengerjapkan mata. Lihatlah, baru saja ia berusaha mengenyahkan segala hal tentang pemuda itu, justru teman berambut cepolnya mengangkat pembicaraan tentang si Kazekage itu untuk ke sekian kali.

"Begitulah. Semuanya berjalan seperti biasa."

Hinata tersenyum geli sementara Ino dan Tenten menghela napas bersama. Respon mereka semua membuat Sakura bertanya-tanya, memangnya apalagi yang harus ia jawab selain itu?

"Kalian ini mengharapkan jawaban apa, sih?"

"Ternyata benar, hubungan jarak jauh itu sangat sulit," gerutu Ino lalu kembali fokus pada rangkaian bunganya.

"Memangnya Sai pergi kemana?" tanya Sakura dengan dahi yang mengernyit.

"Hei, hei. Yang kumaksud itu kau, jidat!"

Sakura menunjuk dirinya sendiri, memasang tampang bodoh lantaran tak paham dengan perkataan Ino. Ketiga gadis di depannya menghela napas lelah. Sakura itu pintar -bahkan sangat pintar. Namun percayalah, akan ada saat dimana kecerdasan Sakura akan menguap entah kemana. Telmi alias telat mikir -istilah kerennya. Hal itu tentu saja membuat ketiga sahabatnya mau tak mau harus menjelaskan beberapa hal padanya secara perlahan.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now