01 - MPLS

199K 11.3K 372
                                    

Masa pengenalan lingkungan sekolah atau disingkat menjadi MPLS, adalah masa-masa yang sangat dinantikan oleh para siswa dan siswi yang hendak memasuki jenjang baru persekolahan.

Seperti saat ini di SMA Lentera, ratusan murid baru calon kelas 10 berbaris rapi di tengah lapangan.

Mengenakan seragam putih biru, rambut kepang dua bagi siswi perempuan, memakai bedak bayi tebal, berkalungkan permen milkita coklat untuk laki-laki dan stroberi untuk perempuan, bertopikan bola yang dibelah menjadi dua, gelang dari bawang, kaos kaki merah untuk kaki kanan dan putih untuk kaki kiri, serta papan berisikan nama dan asal sekolah sebelumnya yang dikalungkan di leher.

Terlihat aneh namun lucu.

Itu semua peraturan yang dibuat oleh Elian yang tak lain memiliki jabatan sebagai Ketua Osis. Karena belum diadakan pemilihan Ketua dan Anggota Osis baru, maka Kepala Sekolah memutuskan Osis lama yang menjadi panitia MPLS tahun ini.

Inti Renzio duduk di koridor lantai tiga gedung sekolah, tepatnya di depan kelas mereka 12 IPS 2. Mereka tak melepaskan pandangan dari arah lapangan.

"Anjirlah, liatin muka Pak Wakil," kekeh Kenzy memperhatikan Fikram.

"Masih kayak manusia kok," jawab Askar polos setelah ikut menyorot Fikram.

Di bawah sana Fikram sedang memarahi beberapa siswa yang tidak memenuhi peraturan.

"Ya emang dia manusia!" Kenzy mengusap wajah Askar gemas. "Yang gue maksud ekspresinya itu loh... muka lawak gitu ditakutin sama anak-anak."

Femas dan Askar tertawa, kecuali Ghava. Cowok itu masih galau sejak semalam.

Selain Alghava yang memiliki jabatan sebagai Ketua di Geng Renzio, kalian juga wajib tahu bahwa Fikram adalah Wakilnya.

Seperti Geng Motor pada umumnya, Renzio juga memiliki Panglima. Mungkin jika orang tidak tahu akan mengira Elian sebagai panglimanya karena proposi wajah tampannya yang terlihat dingin dan galak.

Namun salah besar, Panglima Renzio adalah orang yang tidak pernah terduga. Yaitu Kenzy. Cowok playboy nan tengil satu itu dipercaya Ghava untuk memimpin pasukan bila terjadi pertempuran atau serangan tiba-tiba.

"Ada yang mau ikut gue gak?" ajak Ghava berdiri dari duduk.

"Ke mana, Bos?" tanya Femas ikut berdiri.

"Atas."

"Woyajelas ikut dong!" sahut Kenzy.

"Ikut juga!" sambung Askar.

Atas yang dimaksud Ghava itu Rooftop, biasanya mereka akan ke sana jika mau merokok atau sekedar bersantai di jam kosong.

Tak disangka, saat melintasi lorong kelas 12 IPA, Ghava dan teman-temannya berpapasan dengan gadis berjaket tebal yang membawa setumpuk buku paket, Fania membuntuti Bu Sari dari belakang.

"Piwiittt... Bu Sari tambah cantik aja, mau ke mana nih?" tegur Kenzy.

"Ke perpus. Mau ikut?"

"Ah jangan, Bu, nanti saya gabisa keluar lagi."

"Kenapa?"

"Ntar keterusan belajar."

"Kan bagus."

"Belajar mencintai Ibu maksudnya."

"Owalahh gusti...." Bu Sari geleng-geleng kepala, segera melanjutkan langkah.

Femas dan Askar tertawa puas.

"Lah ini Neng Fania mau ikut Babang Ghava?" tegur Kenzy langsung menyadarkan Fania yang sejak tadi menatap Ghava penuh heran.

Pasalnya sejak tadi Ghava tak menghiraukan keberadaannya, tak ada tanda-tanda sedih atas perpisahan semalam di wajah cowok itu. Seolah Ghava memang sudah lupa dan tak lagi mengenali Fania.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now