44 - Duka Dari Ibu

53.7K 5.1K 1.2K
                                    

Semua orang panik, begitu juga Kenzy hanya bisa tertegun menatap lurus ke arah Dokter yang sedang menggunakan alat pacu jantung kepada Ibunya.

Sungguh, untuk saat ini Kenzy tidak bisa berpikir jernih. Ucapan sang Ibu di dalam mimpi begitu jelas, bahkan Kenzy masih bisa mengingat tiap kalimatnya sampai detik ini. Apakah itu suatu pertanda?

Ah, tidak mungkin!

Kenzy belum siap jika harus kehilangan wanita yang telah melahirkannya itu.

Tangan Kenzy meremas kuat jaket Ghava, dia benar-benar cemas melihat tubuh sang Ibu terangkat ketika Dokter menarik alat pacu jantung dari dadanya.

Meletakkan alat itu pada tempat semula, Dokter memeriksa denyut nadi dan napas Ibu Kenzy. Namun Dokter tidak mendapati tanda-tanda kehidupan lagi, lelaki berjas putih itu menoleh kepada para perawat di dalam ruangan dengan wajah lesu, ia menggeleng lirih.

Para perawat itu pun mengangguk paham, lantas mulai melepas satu-persatu alat medis yang melekat di tubuh wanita paruh baya itu.

Sontak Kenzy melebarkan mata, langsung berdiri menghentikan perawat yang hendak melepas oksigen. Kenzy marah, dia tarik kerah seragam perawat lelaki itu sampai membenturkan punggung si perawat ke dinding.

"Jangan! Nyokap gue masih hidup!" teriak Kenzy putus asa, air matanya berlinang.

Cowok itu menunjuk-nunjuk perawat yang lain, sontak mereka menunda niat untuk melepas alat medis dari tubuh pasien.

"Kalian semua harus hidupin nyokap gue! Dia masih mau berjuang! Dia belum mati!"

"Kenzy!" seru Ghava langsung menarik lengan Kenzy, dia peluk erat cowok itu membiarkan Kenzy menangis di dekapannya. "Dokter dan para perawat udah berusaha sebaik mungkin. Lo gaboleh kek gini, kepergian nyokap lo udah takdir dari yang maha kuasa, jangan salahin mereka!"

Keributan yang terjadi membuat orang-orang di luar ruangan kaget serta panik. Beramai-ramai mereka masuk, setelah itu membeku melihat pasien yang sudah lepas alat medis di ranjang sana mulai ditutup selimut wajahnya.

"IBUUUU...!!!" teriak Kenzy. "Kenzy gabisa hidup kalo gada Ibu! Tolong bangun buat Kenzy, Bu, tolong! Kenzy mohon."

Kaki Kenzy lemas, dia jatuhkan lututnya di lantai. Ghava ikut berlutut, disusul oleh Elian dan Fikram yang lari mendekat berusaha meredakan emosi Kenzy.

Hal yang paling ditakuti seluruh anak di dunia hari ini menimpa Kenzy. Cowok itu terlihat frustasi, tatapannya hampa seperti tidak ada lagi semangat untuk menjalani hari esok dan seterusnya. Seluruh harapan telah sirna bersamaan datangnya kabar duka atas kematian sang Ibu.

Lalu setelah ini apa lagi alasan untuk tetap hidup? Mana mungkin seseorang bisa bernapas saat dunianya telah mati?

Untuk pertama kalinya Ghava dan anggota geng yang ada dapat mendegar raungan tangis Kenzy, terdengar menyedihkan dan sangat menyayat hati.

Karena sulit berdiri, Kenzy merangkak mendekati ranjang wanita yang sudah terbujur kaku di sana. Berpegangan kerangka ranjang, cowok itu berusaha berdiri kemudian memeluk kuat tubuh Ibunya.

"Kenzy tau kalo di dunia ini gada yang abadi. Semua akan pergi termasuk Ibu, tapi kenapa harus secepet ini, Bu? Ibu gamau liat Kenzy sukses dulu? Bangun, Bu ...." Kenzy tersengguk-sengguk.

"Ibu, banguuuunnn ... kalo gak bangun, terus siapa yang bakal temenin Kenzy berjuang? Katanya Ibu mau liat Kenzy jadi Pilot dan terbang sama Kenzy ngelilingin dunia? Kok Ibu terbang duluan? Jangan curang dong, Bu. Dan katanya juga Ibu mau kepang rambut anak perempuan Kenzy ... Ibu lupa? Bu, bangun!"

ALGHAVAWhere stories live. Discover now