56 - Tidak Dianggap

39.1K 3.7K 1.1K
                                    

Tenda putih berjajar rapi membentuk empat baris memanjang, tiap tenda menjual banyak jenis makanan dari ringan sampai berat.

Leona dan Ethan tertarik pada tanghulu yang dijual salah satu tenda, satu tusuk berisi empat butir buah. Ethan mengambil anggur dan Leona stroberi. Selesai membayar mereka lanjut menyusuri tenda para penjual.

"Enak?" tanya Ethan.

Leona mengangguk. "Tapi stroberinya agak asem."

"Coba ...."

Leona terkekeh kecil saat tangannya diraih Ethan, cowok itu mencoba tanghulu miliknya.

"Enak punya lo. Nih, tukeran."

Ethan menukar tanghulu mereka. Sontak Leona bingung. Bagaimana Ethan bisa tahu rasa miliknya sedangkan dia belum mencoba tanghulu anggur itu sama sekali.

"Sejujurnya gue lebih suka stroberi daripada anggur," ucap Ethan.

Leona mengangguk, memakan miliknya yang telah ditukar Ethan. Ternyata tanghulu anggur jauh lebih nikmat di lidahnya, Leona agak menyesal tidak mengambil anggur saja.

Berhenti di tenda penjual makanan korea, Ethan membeli bungeoppang untuknya dan Leona. Kemudian menjajal mandu, dan juga odeng.

Tiba-tiba saja saat sedang menyantap odeng Leona langsung teringat dengan Ghava dan Koko penjual korean street food di gang dekat sekolahnya.

***

Berhasil menidurkan Anzel, Ghava menaruh bayi itu di box bayi. Berjalan menuju ranjangnya, lalu cowok itu membaringkan tubuh.

Ghava menghela napas, menatap atap-atap plafon sembari memijit pangkal hidung. Cowok itu pusing memikirkan keuangannya yang semakin menipis, sedangkan kebutuhan selalu ada.

Untung saja Leona bersekolah dengan beasiswa, semuanya full ditanggung pihak sekolah. Jadi Ghava hanya membayar uang sekolah miliknya sendiri.

"Kalo terus kek gini, bisa-bisa Anzel minum air beras," gumam Ghava.

Memejamkan mata, beberapa saat kemudian sebuah ide terlintas di kepala Ghava. Mungkin jika ingin melakukan hal ini, Ghava harus mengorbankan rasa gengsinya.

Derum mobil terdengar, Ghava bisa menebak jika itu mobil Ethan saking terlalu seringnya mendengar.

Leona masuk membawa novel-novel serta martabak dan telor gulung yang dibelikan Ethan. Sedangkan Ethan langsung pergi karena hari lumayan sudah sore.

"Kak, dibeliin jajan, nih, sama kak Ethan!" panggil Leona dari dapur.

Ghava keluar sambil memakai jaket.

"Makan aja. Gue pergi dulu, mungkin pulang malem. Titip Anzel, ya?"

"Mau ke mana?" tanya Leona mengejar Ghava.

Berhenti saat langkahnya dihadang Leona, Ghava menyentuh pundak gadis di hadapannya itu.

"Ada urusan. Kalo lo laper, tadi gue masak capcai sama tempe goreng."

Ghava melewati Leona, sebelum sampai ambang pintu Ghava berbalik badan.

"Oh iya, Anzel juga udah gue mandiin," pungkasnya kemudian menghilang dibawa Tarjo dengan kecepatan tinggi.

Cowok itu berhenti di rumah teman Ibunya, dengan ramah seorang anak lelaki membukakan pintu.

"Bang Ghava?" Anak lelaki itu semringah, ia adalah teman sekolah Gibran. "MAMA, ADA BANG GHAVAA...!!!"

ALGHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang