69 - Jadian???

45.8K 3.6K 2.1K
                                    

Berhenti di depan gerbang, anak-anak Renzio penasaran kenapa pagi-pagi begini ada mobil polisi sekaligus ambulan terparkir di sekolah mereka.

Gerbang rusak, di tembok POS security terdapat tulisan yang meminta Renzio agar segera bubar atau sesuatu yang lebih besar akan menimpa sekolah dan anggota Geng Renzio itu sendiri. Seperti biasa ada tanda inisial R yang ditinggalkan.

"Cari mati!" geram Ghava meninju tangki motornya.

Keluar dari keramaian usai mencari info, Yoshi lari kecil kepada Ghava.

"Bang, udah tau keadaan pak Debio belom?"

"Kenapa, pak Debio?"

"Pak Debio kenapa?" sahut yang lain pula.

Rasa khawatir menjangkiti hati anak Renzio lantaran pak Debio merupana security SMA Lentera yang lumayan dekat dengan anggota Renzio.

"Dapet luka parah waktu berusaha ngehentiin Geng keparat itu, beberapa goresan benda tajam di bagian lengan sama telapak tangan. Untung menurut yang gue denger, luka di tangan pak Debio gak ada yang serius."

Selama mengerjakan soal ujian, Ghava benar-benar tidak bisa fokus. Cowok itu merasa diremehkan oleh Vigo. Berani-beraninya Vigo mengusik wilayahnya, apalagi seseorang sampai terluka akibat ulahnya. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Ghava!" panggil Ethan menghampiri Ghava di parkiran saat pulang sekolah. "Gue bener-bener gak tahan sama Reegraxa. Apa langkah lo selanjutnya?"

Memperhatikan sekitar, Ghava menyentuh bahu Ethan. "Sampai ketemu di markas. Bukan waktu yang tepat kita bicarain di sini."

Lalu anak Renzio memakai helm. Beramai-ramai meninggalkan parkiran.

Di depan gerbang, tiga gadis menatap heran rombongan geng motor yang melaju kencang melintasi mereka.

"Kak, lo gak balik sama Kak Fikram?" tanya Leona pada Allea.

"Kayaknya mereka lagi bad mood, deh, gara-gara kerusuhan semalem," imbuh Ratu.

"Mereka mau ngerencanain serangan balik. Gue udah coba larang Fikram, tapi semua keputusan ada di tangan Ghava," jawab Allea.

Mata Leona melebar, tiba-tiba jantungnya berdebar khawatir. Sebelumnya dia tidak tahu tentang ini, Ghava pun tidak memberi tahunya.

***

Inti Renzio dan Georda tampak berdiskusi dengan serius membahas rencana mereka untuk menaklukan Reegraxa.

Ghava berdiri di depan papan tulis, memaparkan strategi yang telah ia buat pada teman-temannya.

"Kita kalah jumlah, maka cara satu-satunya harus otak yang bertindak," ucap Ghava.

"Kayak yang udah gue jelasin tadi, kita mulai dengan cari bukti kejahatan yang mengarah ke Vigo. Karena cuma dia kunci musnahnya Reegraxa. Kita butuh pihak berwajib yang bisa dipercaya."

"Video CCTV itu masih gue simpen," jawab Elian.

"Bagus!"

Ethan angkat tangan. "Kakak bokap gue. Dia punya pangkat tinggi di kepolisian. BRIGJEN. Gue yakin dia bisa bantu kita."

Ghava menambahkan Kakak dari Ayahnya Ethan ke dalam bagian strateginya.

"Sementara waktu gue mau kalian rahasiain rencana ini. Musuh paling jahat adalah orang terdekat. Gue gamau strategi ini bocor sebelum kita sempurnain dengan matang," pungkas Ghava setelah semua sudah setuju.

"Lo berpikir ada penghianat di antara salah satu dari kita, Ghav?" tanya Kenzy.

"Sebenernya gue udah curiga dari Reegraxa yang tiba-tiba nyerang kita beberapa bulan lalu. Kayak mereka tau kita lagi ngumpul di sini dari siapa? Momennya terlalu sempurna buat nyerang kita secara bersamaan."

ALGHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang