66 - Backingan

36.7K 3.3K 1.3K
                                    

Herlambang datang ke Kantor Polisi ditemani Elian dan Ethan. Begitu sampai di sana mereka sempat disambut hangat oleh pihak kepolisian.

"Bagaimana kabar anda, Pak?" sapa seorang Polisi berpangkat Inspektur Jenderal.

"Baik. Lantas bagaimana perkembangan kasus penyerangan anak saya, Pak?" tanya Herlambang tidak berbasa-basi.

Elian dan Ethan hanya duduk anteng di samping Herlambang.

"Sebelumnya saya ucapkan mohon maaf, karena setelah mendalami kasus ini, pihak kami memutuskan untuk tidak melanjutkan tuntutan anda."

"Kenapa?!" sentak Herlambang.

Hampir lelaki itu berdiri namun amarahnya berhasil diredam oleh Elian. Herlambang menghela napas berusaha tenang.

"Kenapa, Pak? Bukannya bukti sudah cukup kuat?" tanya Ethan.

"Di rekaman CCTV juga terlihat jelas siapa yang melakukan penyerangan lebih dahulu. Juga terlihat jelas bagaimana tersangka utama otak dari penyerangan membacok teman saya," lanjut Elian.

"Kalau berbicara tentang tersangka, saya bisa pastikan status kalian juga tersangka karena yang kalian lakukan adalah bentuk dari tawuran. Kalian juga bisa dipenjara jika kasus ini tetap diteruskan. Di sini saya mencari solusi terbaik untuk kalian, jadi menurut saja, cabut saja tuntutan kasus ini. Lagi pula pada rekaman CCTV saya melihat kalian berkumpul seakan sudah merencanakan aksi tawuran tersebut. Wajar jika ada yang terluka saat terjadi tawuran, masih untung tidak ada korban jiwa di malam itu."

"Kita cuma membela diri, Pak. Itu naluri alami manusia melawan yang berusaha menyerang."

"Saya mau bertemu orang-orang yang sudah menyerang anak saya," kata Herlambang.

"Percuma, Om. Yang ditangkep anggotanya, Vigo gak ada di antara mereka," jawab Elian.

Melihat cara berkomunikasi dan gerak-gerik Polisi di hadapannya membuat Herlambang curiga. Ada yang tidak beres di sini.

"Tidak apa, saya mau bertemu mereka yang sudah ditangkap," lanjut Herlambang.

Polisi itu diam sejenak, dia menarik napas panjang. "Karena kasus saya hentikan, jadi semua pelaku sudah saya bebaskan."

"Bagaimana bisa anda seenaknya? Saya belum mencabut tuntutan sama sekali, dan penanganan kasus dihentikan begitu saja? Hukum macam apa ini?!"

"Begini, Pak ...." Polisi berwajah tegas itu memperbaiki posisi duduk. "Setelah banyak pertimbangan seharusnya masalah ini tidak dibawa ke jalur hukum. Tidak hanya pelaku yang bisa dipenjara, namun anak Bapak berserta semua teman-temannya yang terlibat juga berpotensi masuk penjara. Mereka tawuran, dan dalam hukum tawuran dianggap aksi membahayakan dan ilegal. Penjara paling lama 2,8 tahun. Mohon dipikirkan lagi jika kasus ini tetap berjalan. Percaya kepada saya. Saya tahu sebenarnya kalian anak baik, saya tidak ingin kalian memiliki catatan kejahatan dan berakhir merusak masa depan kalian sendiri dengan mendekam di penjara."

Sebagai orang sipil yang awam dengan persoalan hukum, tiga lelaki itu tampak mempertimbangkan ucapan Polisi di hadapan mereka.

***

Ctasszzz...

"ARGHHH...!!!" teriak Vigo tiap kali ikat pinggang itu mendarat di punggungnya yang membungkuk dalam kondisi tidak pakai baju.

"Bodoh! Cuma bisa menyusahkan orang tua saja! Mau sampai kapan kamu membuat masalah seperti ini? Sampai karir saya hancur karena orang tahu bahwa anak saya seorang gangster?!"

Satu tendangan lepas di pinggang Vigo sampai cowok itu terkapar lemas. Dalam keadaan babak belur Vigo terekeh kecil.

"Cuma cara ini yang bisa buat Papa sadar kalo Vigo ada di dunia."

ALGHAVAWhere stories live. Discover now