21 - Hari Terakhir

64.8K 5.6K 191
                                    

Sesampainya Leona di rumah, ia langsung mandi, ganti baju kemudian membuat adonan donat untuk dijual esok hari.

"Le?" panggil Vanya memasuki rumah.

"Iya, Ma?"

"Sini! Mama beliin ayam goreng buat kamu."

Meninggalkan kegiatannya di dapur, Leona menemui Ibunya di ruang tengah. Dia duduk di dekat sang Ibu.

"Ma, hari ini donat abis kayak biasanya, tapi cuma dapet 350 ribu, soalnya yang 25 ribu Leona pake buat beli sesuatu," jelas Leona.

"Iya, sayang, gapapa."

"Leona takut hutang kita gak bisa kebayar, Ma."

Dengan penghasilan sekecil itu, mana mungkin hutang bisa lunas dalam waktu empat bulan?

Sebenarnya Vanya menahan tangis. Dia merasa belum bisa menjadi Ibu yang baik. Ibu macam apa yang tega melibatkan anaknya dalam masalah yang ia perbuat? Tidak mau semakin membebani anaknya dengan memperlihatkan ekspresi sedih, Vanya senyum hangat berusaha menenangkan Leona.

"Jangan mikirin uang dulu, sekarang makan yang kenyang."

Leona mengangguk patuh.

***

Seperti yang diminta Ghava lewat telepon pagi-pagi buta tadi, tepatnya saat masih subuh beberapa jam lalu, Leona menunggu Ghava di dekat parkiran.

Menjelang jam masuk akan berbunyi akhirnya Ghava dan rombongannya datang juga. Cowok itu turun dari boncengan Elian. Ghava menghampiri Leona lantas melemparkan tas yang tersampir di salah satu pundaknya kepada Leona.

Untunglah Leona cekatan dan langsung dapat menangkap tas Ghava.

"Bawain ke kelas gue!"

Cowok itu jalan duluan, sedangkan anggota Renzio yang lain senyum kecil mendapati kelakuan Ghava yang seenaknya terhadap Leona.

"Demen banget nyiksa anak orang," kekeh Fikram.

"Curiga si Ghava beneran naksir sama tuh bocil," sambung Femas.

"Tapi perasaan dulu pas PDKT with Fania romantis, deh," lanjut Askar.

"Beda buku, beda lagi ceritanya," jawab Kenzy.

"Mau masuk kelas apa mau gosip?" tegur Elian memecah suasana.

Para anggota Renzio itu lantas mengekori Elian memasuki gedung sekolahan. Pada pagi ini semua anak ramai membicarakan Ghena dan bala babunya yang telah resmi di-dropout dari sekolah.

SMA Lentera sangat ketat akan hal seperti ini. Tidak ada toleransi untuk perundungan di dalam maupun luar sekolah.

Ghava sudah duduk di bangkunya, kemudian Leona meletakkan tas Ghava di atas meja cowok itu. Tanpa basa-basi melenggang pergi begitu saja.

Ghava sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.

"Le!" panggil cowok itu.

Leona menoleh.

"Iketin tali sepatu gue dulu. Lepas, nih."

Senyum jahil begitu identik dengan Ghava saat ia bersama Leona. Rasanya menyenangkan sekali bisa mengerjai gadis itu apalagi melihatnya menahan emosi.

Tidak ada bantahan seperti yang sebelum-sebelumnya, Leona menurut, ia membungkuk. Di saat yang sama dua anak lelaki di kelas Ghava melintas, entah kenapa secara kontan Ghava tersentak panik dan melepas jaketnya, ia lemparkan ke pinggang Leona hingga tersampir menutupi rok gadis itu.

Memegangi jaket Ghava, Leona terus berdiri lantaran kaget.

"Jongkok, bego! Bukan bungkuk! Mau pamer daleman lo?" omel Ghava begitu saja.

ALGHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang