13 - Keluar Sekolah

73.7K 5.3K 234
                                    

Jam istirahat pertama tiba, semua anak sudah keluar kelas kecuali Ghava dan teman-temannya. Tidak lama kulkas 200 pintu menghampiri kelas Ghava, siapa lagi kalau bukan Mas Alien.

"Gue cari di kantin, taunya mainan kucing di sini," ucap Elian, ekspresinya flat ekstrem seperti biasa, seakan tak punya gairah hidup.

"Don't call him kucing," kata Askar.

"Dih orang emang kucing. Kalo bukan kucing apa dong? Bakteri yakult?" sahut Ghava.

"Namanya Utoy!"

"Utoy is Utoy! He is a cat," lanjut Femas.

Mengganggu Askar adalah suatu hal yang menyenangkan bagi inti Renzio, bahkan anggota lainnya.

"I know, but now he's my son!"

Femas menghela napas, menukar pandangan kepada semua anak. Setelahnya Femas geleng-geleng kepala, persis seperti Dokter di Sinetron yang gagal menyelamatkan nyawa pasiennya.

"Guys, maklumin, ya? Sebenernya keluarganya udah tau, tapi lebih milih bayar pajak lamborgini daripada berobat."

"Kampret you!" sungut Askar.

Ghava berdiri, keluar dari mejanya menuju pintu kelas.

"Ke mana, Ghav?" tanya Kenzy.

"Kelas Fania."

Setelah cowok itu keluar, inti Renzio saling bertatapan. Mereka tahu jika Ghava sudah putus dengan Fania, lalu untuk apa dia ke kelas Fania?

"Mereka balikan again?" tanya Askar.

"Kali," sahut Fikram.

"Emang putus kenapa, sih?" tanya Femas.

"Beda sekte keknya," ucap Kenzy.

"Ha?" kompak yang lain, sontak mereka memusatkan perhatian kepada Kenzy.

"Astagfirullah ... sekte penyembah wedus?" tanya Femas.

"Sekte makan bubur. Ghava maunya diaduk tapi Fania enggak. Ha ha ha...!!!" jawab Kenzy tertawa garing.

Memiliki humor receh, tentu yang lain ikut tertawa kecuali Elian.

"Ehem!"

Satu kali deheman Elian berhasil menghentikan tawa. Cowok itu berdiri.

"Mau bakso gratis? Ikut gue," ucap Elian jalan mendahului.

Sebagai pasukan pecinta makan gratis, para cowok-cowok itu bersorak senang. Mereka membuntuti Elian dari belakang.

***

Ghava masuk ke dalam kelas Fania. Melihat bangku Fania kosong, Ghava menghampiri teman sebangku Fania yang sedang menghapus papan tulis.

"Fania mana?"

Gadis itu menoleh cukup terkejut.

"Bukannya lo pacarnya? Masa gatau?" tanya balik gadis dengan rambut pirang itu.

Ghava mengerutkan kening, menatap gadis di hadapannya lekat, seolah ingin penjelasan detail dari maksud ucapannya barusan.

Menghela napas, gadis itu memutar bola mata malas. "Tunggu aja, bentar lagi juga lo dipanggil Bu Riani."

"Maksud lo?"

"Pacar lo hamil, tuh! Tadi gue yang nemuin testpack hasil positif yang jatoh dari tasnya," balas teman sekelas Fania yang lain.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now