23 - Bolos

64.6K 5.6K 209
                                    

Karena jatuh dari pagar tadi, kaki Leona harus mendapat dua jahitan. Sembari menunggu Leona, Ghava duduk di kursi tunggu, dia pijat kecil kakinya yang baru sembuh dari cidera.

Tak berselang lama Leona keluar dari tempatnya diperiksa.

"Nah kan kenapa-napa lagi kakinya ... batu, sih, udah dibilangin. Cuma luka kecil gini mah lari sambil kayang masih sanggup gue," celetuk Leona.

"Serem amat," kekeh Ghava langsung berdiri.

Setelah Ghava membayar uang perawatan Leona, mereka berdua keluar dari Puskesmas.

"Beneran bisa lari sambil kayang lo?"

"Mau nyuruh gue lari sambil kayang? Yang bener aja."

Ghava terkekeh. "Ayok!"

"Ke mana?"

"Gausah banyak nanya. Ikutin gue aja."

Merangkul bahu Leona, Ghava mengajak gadis itu lari kecil masuk gang. Leona hanya menurut dan berserah diri ke mana Ghava akan membawanya. Setelah berjalan sekitar 200 meter, Leona melongo takjub melihat keramaian tersembunyi di dekat sekolahnya.

Di sana banyak sekali pedagang-pedagang dari mulai baju sampai makanan. Ternyata jika kita maju sedikit lagi, sudah ada jalan tembusan langsung ke jalan raya.

"Kok gue baru tau ada tempat kek gini di sini?" monolog Leona.

"Main lo kurang jauh," sahut Ghava.

Leona melirik kesal, kemudian tangannya ditarik oleh Ghava mendekati penjual Korean Street Food.

"Annyeonghaseyo, Ahjussi. Igeo eolmayeyo?"

Kalau dilihat-lihat, sih, pedagang Korean Street Food ini memang seperti orang korea. Terlihat dari mata monolid lelaki paruh baya itu. Tapi Leona tidak menyangka jika Ghava akan berlagak menggunakan bahasa Korea seperti itu. Mana logatnya beneran kayak orang Korea lagi.

Apakah diam-diam Ghava seorang Kpopers? Atau Kdrama Lovers?

Lelaki paruh baya itu melempar sebutir pilus dari dalam toples yang sedang ia makan, kontan oleh Ghava malah ditangkap lalu dihap. Alias dimakan.

"Ngomong opo, seh? Aku orang China Suroboyo, ndak ngerti bahasa anyingeyo meyo-meyo."

"China bukannya buka toko malah jualan Street Food Korea. Yaopo to, Ko, Ko!"

Emang multibahasa banget si Ghava. Bahkan ngomong bahasa Jawa pun logatnya juga medok.

"Susuk, bukan Koko. Walaupun awet muda gini, aku itu udah hampir punya cucu."

"Pantes awet muda, pake susuk to."

"Ghava, kupingmu tak sentil loh lama-lama ... mau beli apa? Bikin darah tinggi aja koen iki."

Leona tertawa. Ternyata tak hanya dirinya saja yang tidak bisa meng-counter perkataan Ghava.

"Lo sering ke sini?" tanya Leona menyadari betapa akrabnya Ghava dengan lelaki paruh baya itu.

"Gak sering-sering amat, sih."

Meraih dua tusuk odeng, Ghava memberikan satu kepada Leona, lalu yang satu dia makan sekali suap.

"Hoaaahhh...!!!" seru Ghava mendongak ke atas seraya membuka mulut.

"Kenapa?" panik Leona.

"Hahas!"

"Panas?"

Ghava mengangguk, selanjutnya Leona tertawa sampai teringkal-pingkal. Wajah cowok itu sampai merah.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now