47 - Vocer Sushi

53.1K 4.9K 1K
                                    

Sudah fokus menatap lurus ke arah sasaran, begitu melesatkan lemparan panah, tak sengaja kaki Ghava ditabrak anak kecil sehingga panah yang ia lepaskan meleset tak berarah.

"Ishhh!" Ghava mendongak sembari memejamkan mata menahan kesal.

"Maaf, Mas, anak saya emang gabisa diem," ucap Ibu-Ibu berhenti sejenak dari mengejar sang anak.

"Iya-iya, Bu, gapapa," jawab Ghava senyum manis.

Menghela napas, Ghava memperhatikan sekitar. Tersisa satu panah untuk satu balon. Cowok itu ingin memastikan tidak ada penghalang seperti tadi di sekitarnya, sudah merasa aman, Ghava kembali fokus ke depan.

Seruan semangat dari Leona seolah menjadi lagu pengiring di telinga Ghava, cowok itu semakin bertekat ingin memecahkan target delapan balon.

Ghava mulai menghitung mundur dari angka satu sampai tiga lewat dalam hati. Setelah sudah yakin, ia melemparkan panah itu ke arah sasaran.

Pletak

Panah membentur papan, kemudian jatuh. Ghava berseru frustasi, menjatuhkan pantat, menggesek-gesekkan kaki ke tanah melampiaskan kekesalan.

"Kak, udah, Kak ... malu diliatin orang!" panik Leona berdiri tak jauh dari keberadaan Ghava.

Ghava melirik Ethan, perlahan tapi pasti cowok itu telah memecahkan empat balon melalui enam panah yang sudah dilemparnya. Sontak Ghava langsung berdiri.

"Pokoknya gue yang harus dapetin vocer itu duluan!" kekuh Ghava, semangatnya berkobar.

Menghampiri Mbak-Mbak penjaga permainan pecah balon, Ghava menyerahkan uang 10 ribu untuk ditukar dengan secangkir panah dart.

Kembali ke posisi semula, di mana balon sudah disusun kembali. Balon yang telah pecah diganti dengan balon baru. Kali ini Ghava harus benar-benar fokus.

Ethan berdehem kencang, sengaja agar Ghava menoleh ke arahnya.

"Sisa tiga, nih. Easy, gasi?"

Memicingkan mata, Ghava berusaha tidak terpancing emosi. "Serah lo!"

Sambil menepuk-nepuk lembut pantat bayi di gendongannya, Leona tampak asik menonton persaingan sengit antara Ghava dan Ethan.

"Kak Ghavaaa! Kak Ethaaann! Ayo, pasti bisaa...!!!" seru Leona tak bosan-bosannya memberi semangat.

Kesombongan Ethan berbuah sial. Panah sudah habis, tapi dia hanya berhasil memecahkan lima balon. Berbeda dengan Ghava yang kini sudah menyisakan satu balon dengan tiga panah tersisa.

"Easy, bukan?" balas ejek Ghava. "Bukaaaann," jawabnya sendiri sembari tertawa renyah.

"Sial lo! Liat aja sekali lagi!" sungut Ethan tidak menyerah dan membeli panah lagi.

Ghava sengaja menunggu Ethan mengambil panah. Cowok itu terus memperhatikan saat panah Ethan meleset berkali-kali. Gimana mau masuk, orang Ethan aja lemparnya seperti orang dikejar anjing. Alias tergesa-gesa. Cowok itu tidak sabar ingin mengejar keunggulan Ghava.

Pura-pura menguap, Ghava menoel lengan Ethan. "Butuh bantuan gak? Lama amat, 'kan jadi ngantuk."

"Sana lo!" usir Ethan.

"Yasudah apabila kisanak menolak tawaran hamba."

Menatap fokus sasaran, satu mata Ghava terpejam untuk menepatkan bidikan.

Dor!

Delapan balon berhasil pecah, seketika Ghava melompat heboh. Secara otomatis kakinya berlari ke arah Leona sambil membentangkan tangan.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now