05 - Warung Mbak Mirna

122K 8.2K 85
                                    

Motor dari rombongan anak Renzio melaju beriringan memasuki gerbang sekolah, semua pasang mata tertuju pada mereka.

Semenjak angkatan kelas 12 kemarin lulus, rombongan Geng Renzio tidak sebanyak dulu lagi. Namun meski sudah lulus, mereka tetap bagian dari Renzio. Bahkan masih sering nongkrong di markas sampai detik ini.

"Duluan," pamit cowok beralmet hitam itu mendahului yang lain.

"Bye, guys!" imbuh Fikram mengikuti Elian yang sudah jauh.

Dua anggota osis itu segera menuju ke lapangan, bergabung dengan anggota osis lainnya.

"Si bego helmnya kagak dilepas," kekeh Ghava.

"Bentar lagi juga sadar," balas Kenzy.

Tak berselang lama Fikram kembali lagi, melepas helm dan ia letakkan di atas tangki.

"Ngapa gada yang ngasih tau dah?!" gerutunya lalu yang lain tertawa.

"Kirain sengaja mau pamerin helm mahal," sarkas Askar.

"Ngadi-ngadi lo!"

Fikram berbalik badan kembali mengejar Elian yang sudah tak terlihat. Lalu anggota Renzio yang lain juga masuk ke dalam kelas masing-masing.

Di parkiran tersisa Ghava, Askar, Kenzy, dan Femas.

"MPLS berapa hari, sih?" tanya Ghava yang masih duduk di atas motor.

"Tiga kalo gasalah," jawab Femas.

"Berarti dua hari kedepan jam kosong dong?"

"Yoi."

"Tau gitu enak tidur aja di markas, masak mie bikin kopi terus main PS."

"Surga dunia itu mah!" timpal Askar. "Kuy balik ke markas."

Ghava menepuk kepala Askar yang dilapisi helm tebal. "Mau dapet SP lo? Kek gatau aja Pak Debio cepu!"

Debio adalah nama security di SMA Lentera.

"I mulu yang kena," gumam Askar mengusap bekas geplakan Ghava.

"Lebay banget, anjir!" seru Kenzy menepuk helm Askar lalu disusul oleh Femas dan diulangi oleh Ghava lagi.

Askar geleng-geleng kepala sembari lari menjauh, cowok itu berteriak heboh, meminta agar tiga teman tanpa akhlaknya itu berhenti menepuk kepalanya.

"MOMMYYY...!!!" seru Askar menimbulkan tawa puas dari Ghava, Kenzy, dan Femas.

"Warung mbak Mirna yok!" ajak Ghava melepas helm dan turun dari motor.

Yang lain membuntuti Ghava. Letak Warung mbak Mirna yang dimaksud Ghava itu berada tak jauh dari sekolah. Selain rooftop, ada warung mbak Mirna yang menjadi tempat nongkrong favorit mereka.

Untuk ke warung mbak Mirna pula butuh perjuangan, mereka harus memutari gedung sekolah dan loncat lewat pagar belakang. Di pagar belakang terdapat pohon beringin besar yang sangat rindang, akarnya bergelantungan kokoh bahkan ada yang merambat di pagar.

Biasanya akar itulah yang digunakan sebagai alat bantuan melompati pagar jika ada yang mau bolos.

"Eh bujang-bujangku ... pagi-pagi udah ke sini aja, emang gak ada jam pelajaran?" sambut wanita 30 tahunan itu dengan gaya centil dan kemayunya yang heboh.

Dia Mbak Mirna, janda muda anak satu. Parasnya cantik, tak heran jika banyak siswa lelaki yang betah membolos di warungnya hanya untuk memandangi wajah Mbak Mirna. Sayangnya mbak Mirna sudah punya pacar, seorang Polisi pula.

Jadi para berondong minggir dulu, deh.

"Mbak kopi, ya?" seru Ghava duduk di kursi panjang sembari mencomot gorengan.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now