61 - Ayah Leona?

40.1K 3K 1.2K
                                    

Fikram berusaha menenangkan Allea di bangku taman, gadis itu menyenderkan kepala ke pundak sang pacar sambil tak berhenti menangis.

Sedangkan orang tuanya, Leona, dan Ghava sudah di rumah sakit untuk membuktikan apakah Leona benar-benar darah daging ayah Allea.

"Kok jadi gini, sih? Aku bener-bener gak nyangka kalo Papa pernah selingkuh dari Mama," parau Allea.

"Kamu sabar, ya? Kita tunggu hasilnya. Aku yakin pasti hal ini juga bukan kemauan Leona."

"Tapi kenapa harus sekarang? Dia pernah ketemu Papa aku, tapi kenapa baru sekarang dia ngaku-ngaku? Aku yakin, semua ini cuma salah paham."

"Andai Leona terbukti saudara kamu, aku harap kamu bisa nerima kenyataan. Aku bakal terus temenin kamu dalam kondisi terburuk sekalipun."

Fikram menepuk kepala Allea lembut. Mengusap air mata gadis itu, setelahnya Allea menegakkan posisi duduk, menatap Fikram dengan rasa bersalah.

"Maaf," ucap Allea.

"Soal apa?"

"Aku gak jujur sama kamu kalo sebenarnya aku sama Ethan terlibat perjodohan."

Mengulas senyuman tulus, Fikram menggeleng. "Gapapa. Kita coba jalanin dulu aja, masalah akhirnya biar Tuhan dan takdir yang tentuin."

Allea memeluk Fikram, membenamkan wajahnya ke dada cowok itu.

"Takdir akan jadi punya kita. Aku ikhlas jika nantinya harus meyakini Tuhan kamu."

Ucapan Allea spontan membuat Fikram ingat, kalau bukan hanya restu orang tua yang menjadi rintangan hubungan mereka, melainkan juga ada agama yang tak sama.

***

Usai menjalani tes DNA, Leona dan Arnold harus menunggu seminggu untuk mengetahui hasilnya. Sebelum berpisah di lobi Rumah Sakit, Arnold menghampiri Leona.

"Jika benar kamu anak saya, kenapa baru datang sekarang?" tanya lelaki itu.

"Karena sejak saya kecil Mama gapernah sedikitpun biarin saya tau tentang anda. Semua ditutup-tutupi, hingga akhirnya Mama mendapat musibah ...."

Leona menceritakan semua kepada Arnold. Dari mulai masa kecil tanpa Ayah, Vanya yang masuk penjara, sampai Vanya memberi tahukan siapa ayah kandungnya dengan alasan Leona membutuhkan sosok ayah untuk membimbing hidupnya.

Entah sudah keberapa kali Allena menyeka air mata, mendengar perbincangan sang suami bersama gadis remaja yang mengaku-ngaku sebagai anaknya. Jika dilihat-lihat memang ada kemiripan wajah antara mereka berdua.

"Saya butuh kontak kamu untuk dihubungi minggu depan," kata Arnold.

Leona memberikan nomor ponselnya kepada Arnold, setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing. Leona bersama Ghava dan Arnold dengan istrinya.

Hari sudah sore, Ghava dan Leona bagi tugas. Ghava menjaga Anzel dan Leona memasak di dapur.

Dalam posisi berbaring, Ghava mengayun-ayunkan tubuh Anzel yang tengkurap di kedua tulang keringnya dengan gerakan ke atas dan bawa. Bayi lelaki itu senang, tertawa terbahak-bahak setiap kaki Ghava mengayun ke atas.

"Ongkang-ongkang sayang, yang diongkang anak Herlambang," nyanyi Ghava lalu tertawa. "Hehe ... salah-salah, anak Daddy Ghava dong," ralatnya.

Suara pecahan dari dapur sontak membuat Ghava beringsut duduk, memeluk Anzel segera lari ke sumber suara. Di dekat rak piring, Ghava melihat Leona bersimpuh membersihkan serpihan gelas.

Pundak gadis itu bergetar, Ghava lari kepada Leona. Dia pegang pergelangan Leona sampai gadis itu berdiri. Kini wajah sembab terpampang di depan mata Ghava.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now