49 - Dihukum

54.9K 4.5K 1.1K
                                    

Datang jam istirahat. Setelah kelas 10 meninggalkan lapangan, hanya tersisa Ethan yang sedang meneguk air mineral pemberian salah satu siswinya.

Sehari jadi guru sudah punya banyak penggemar, bahkan dibanjiri hadiah berupa minuman dan snack.

Baru mau menutup botol, beberapa orang dari balik tubuh Ethan menutup kepala cowok itu dengan kantong kresek. Dua di antaranya memegangi tangan Ethan.

Beberapa anak lelaki yang melihat malah tertawa, berbeda dengan anak perempuan yang bersorak heboh dari pembatas koridor lantai bawah sampai atas, salah satu dari mereka langsung lari ke ruangan Bu Riani.

"Anak Renzio ngapain, sih?" kekeh salah seorang siswa yang menonton.

"Keknya mau dikerjain, deh, lagian berani-beraninya tuh orang masuk sekolah kita," jawab siswa lain yang merupakan anggota Renzio.

"Pak Ethan?"

"Yoi."

"Ya 'kan dia guru, kenapa gak dibolehin ke sini?"

"Dia tuh ketua Ge-"

Anggota Renzio lain menghentikan ucapan temannya dengan meninju kecil perut cowok itu. Mereka saling berpandangan.

"Diem aja, bego!" bisiknya.

"Ketua apa, anjir?"

Cowok yang hampir keceplosan tadi nyengir. "Ketua sekte sesat. Dahlah gue mau ke kantin. Yok, Bro!"

Dua cowok anggota Renzio itu segera pergi ke kantin.

Made, Ganes, Yoshi, Askar, dan Femas membawa Ethan menuju atap gedung sekolah. Di sepanjang lorong kelas, semua anak menatap cengo, langsung menepi memberi jalan untuk anak-anak Renzio yang sedang membawa guru olahraga baru di sekolah mereka.

Di rooftop sudah ada Ghava, Fikram, dan delapan anak Renzio lainnya. Ethan tidak berhenti mengumpat, meneriaki orang-orang yang memperlakukannya seperti tawanan. Mana kepalanya masih dibungkus plastik pula.

Yoshi dan Made melepas tangan Ethan. Dengan kesal cowok itu membuang plastik dari kepalanya. Saat mau marah-marah, bibirnya terkatup lagi setelah melihat Ghava sedang duduk di kursi berlagak seperti raja dengan para ajudan berdiri di samping dan belakangnya.

"Apa-apaan, dah, anjing? Lo mau ngajak musuhan lagi?" omel Ethan.

Sebelum menanggapi, Askar lari kecil meletakkan kursi di belakang Ethan untuk cowok itu duduk. Meski kesal, Ethan tetap menurut dan mendaratkan bokongnya pada kursi itu.

"Pertama-tama jawab gue kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Ghava mengubah posisinya agak condong ke depan.

"Gak liat baju gue?" Ethan mengibaskan kerah bajunya. "Jadi guru!"

"Kok bisa?"

"Apa, sih, yang gak gue bisa? Kalo gue mau pasti bakal gue dapet."

"Kuliah lo aja belom selesai."

"Soalnya pemilik SMA Lentera temen deket bokap gue. Bokap gue punya saham di sini."

Bibir Ghava sedikit terbuka. Yang lain ikut kaget.

"Anjay, orang dalam," sahut Askar.

Berdecak kagum, Ghava sampai geleng-geleng kepala. "Keren juga lo. Kelakuan kek setan tapi kuliah ngambil jurusan pendidikan."

"Teknik informatika gue."

Semua yang ada di rooftop kembali melongo mendengar jawaban Ethan.

"Lah?" Ghava menautkan alis. "Gak paham gue sama hidup lo. Gue yakin pasti ada alasan lo ada di sini."

ALGHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang