60 - Kunjungan

35.4K 3.2K 429
                                    

Di Markas, Ghava menghabiskan waktu untuk mengobrolkan tentang Geng Reegraxa. Tanpa sadar malam semakin larut, beberapa anak berpamitan pulang tak terkecuali Ghava. Namun sebagian memilih untuk menginap di Markas.

Sebelum pergi Ghava sudah membawa kunci cadangan, sehingga tidak perlu repot-repot membangunkan Leona.

Saat mau ke kamar tamu, tak sengaja Ghava mendengar suara garpu dan piring saling beradu di dapur. Cowok itu mendekat, dia lihat Leona sedang makan mie instan.

Kaget akan kehadiran Ghava, Leona nyengir, beberapa mie tampak bergelantung di bibir.

"Tengah malem makan mie instan, calon gadis ceria bertubuh gemoy, nih, keknya."

Menyeruput mie di mulut lalu menelannya, Leona menjawab, "Tiba-tiba kebangun terus laper, hehe."

"Yaudah, makan yang kenyang. Gue bobo duluan," ucap Ghava berbalik badan.

"Lo mau tidur mana?"

"Lo maunya gue tidur mana?"

"Ya terserah lo."

"Sama lo?"

Leona mencebikkan bibir. "Cabul!"

"Maksudnya lo tidur kasur, gue di sofa kek biasanyaa. Otak lo tuh yang cabul!"

Gadis itu garuk-garuk kepala. "Lo, sih, ambigu."

"Tapi males ah, lo ngorok kalo tidur. Gue di kamar tamu aja."

"Enak aja. Gue gapernah ngorok tau!"

"Lo tidur, gak sadar."

"Nyenyenyee ... kamar tamu udah gue bersihin abis lo telepon ngabarin mau pulang hari ini. Gue tau lo bakal tidur di sana. Iya, sama-sama."

"Belom juga bilang makasih," kekeh Ghava.

Melengos dari Ghava, Leona lanjut melahap mie instan.

***

Mata bulat menggemaskan dari bayi lelaki di dalam gendongan itu tidak lepas dari pohon-pohon dan sesuatu di sekitar jalan raya yang ia lewati.

Dengan kecepatan rendah, Ghava dan Leona mengobrol santai di atas motor. Mereka hendak melakukan perjalanan ke Lapas untuk menjenguk Vanya, Ibu Leona.

"Gimana perasaan lo mau ketemu nyokap lo, Le?" tanya Ghava.

"Deg-degan."

"Kenapa deg-degan? Santai aja lah, 'kan mau ketemu nyokap sendiri."

"Lo bayangin aja, Kak, gimana canggungnya orang kalo lama gak ketemu."

"Oke, tarik napas hembusin pelan-pelan. Bentar lagi kita sampe."

"Iyaa."

Lewat dari 10 menit, motor Ghava sudah berhenti di parkiran Lapas. Anzel tertidur dalam gendongan Leona, lantas mereka bertiga masuk ke dalam Lapas, melewati beberapa prosedur untuk membesuk Vanya.

Seperti melapor ke penjaga Lapas lalu menitipkan identitas KTP asli milik Ghava, menyerahkan foto copy KTP ke petugas jaga tahanan, antri dan menunggu panggilan, kemudian terkahir melakukan pemeriksaan badan oleh petugas.

Ghava dan Leona duduk di depan pembatas yang jendelanya terbuat dari teralis besi, lalu salah seorang Polwan membawa Vanya memasuki ruang kunjungan, duduk di hadapan Ghava dan Leona.

Melalui celah dari sekat yang memisahkan mereka, Leona mengulurkan tangan kepada sang Ibu yang sudah menangis dari sejak memasuki pintu ruangan. Membalas uluran tangan anaknya, Vanya memegang erat tangan Leona.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now