7

15.9K 599 6
                                    

Sang pemilik rumah memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan bernama Xiao Lan dan Mayleen.

Sang perempuan yang masih berkuliah dan satu tahun dibawah Ana senang memanggil Ana dengan sebutan kakak.

Dia memang anak yang cukup sopan dan ramah. Mayleen bahkan sering meminta bantuan kepada Ana untuk melakukan berbagai macam tugasnya ketika kuliah.

Seperti membelikan beragam macam keperluan di toko A dan toko B, atau ketika tinta printernya habis, dirinya dititah untuk bantu mengisinya atau membeli tintanya juga.

Ana dengan senang hati menuruti pintanya. Sampai beberapa kali Ana melihat beberapa teman kuliahnya berkunjung ke rumahnya.

Bilangnya mereka ingin menjemput Mayleen untuk melakukan persiapan untuk pesta topeng nanti di rumah salah satu temannya.

Katanya seorang temannya ada yang ulang tahun, bahkan Ana juga disuruh ikut menghadiri pesta itu bersamanya.

Katanya ia juga diundang. Mayleen memang orang yang baik, dia benar-benar tidak memandang kalau dirinya adalah seorang perawat neneknya.

Lagipula acaranya diadakan hari minggu besok, disaat dirinya libur.
Mayleen mengatakan kalau bakal ada beberapa tamu undangan dirumahnya, ada banyak kerajinan tangan yang mereka buat, Ana juga ikut membantunya atas permintaan Mayleen sendiri.

Kesana-kesini membeli beberapa barang untuk mendukung acara tersebut.

Mayleen tampaknya memang cukup dekat dengan mereka.

Mayleen juga mengatakan akan diundang beberapa teman kerja kakaknya, maupun orang-orang yang dikatakan penting menurutnya. Entah itu siapa.

Sampai ketika di hari dirinya menghadiri pesta itu memakai topeng, dirinya langsung dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang sangat mirip dengan....

Semua mata tampak tertuju pada satu sosok pria berbadan tegap, berjas hitam putih, berwajah blasteran, memiliki mata elang berwarna hazel yang seperti menikam tiap pasang mata yang melihatnya.

Ia berjalan dengan tegas diantara banyaknya pengikut dibelakangnya, tidak lain mereka adalah ajudannya. Dan yang paling penting pria yang mereka iringi itu adalah.... Alcyone!

Ana kaget bukan kepalang, melihat betapa sehatnya Alcyone disana. Dia benar-benar terlihat normal setelah waktu itu hampir membuatnya menjadi pelacur!

Ana tahu jelas kalau itu adalah Alcyone, sekalipun dirinya sama-sama mengenakan topeng di wajahnya.

Bahkan dibalik kerupawanan yang begitu memikat banyak wanita, dirinya menyimpan sebuah kegelapan dibalik tabirnya yang tertutup rapi.

Herannya kenapa bisa dirinya ada disini?! Apakah diundang atau memang datang sendiri?! Sungguh aneh...

Ana langsung bergegas kabur ke ujung belakang, khawatir tertangkap mata olehnya.

Ia bersembunyi dibelakang meja sana, mengintip pria itu layaknya seekor rusa yang takut ketahuan keberadaannya oleh sang singa.

Tapi lebih kagetnya lagi saat ia melihat teman Mayleen tampak berbincang akrab dengannya, sangat aneh kenapa bisa-bisanya mereka justru mengenalnya? Mereka mengundangnya gitu?!

Dibalik sosok dan profesi gelapnya yang begitu menakutkan, bahkan ia bisa melihat Mayleen tampak mencari perhatian Alcyone saat itu.

Mereka terdengar memakai bahasa mandarin, cukup membuat Ana heran, pria itu ternyata pandai berbahasa juga.

Tapi kenapa mereka bisa saling mengenal?

Apalagi disaat yang sama Mayleen merasa dirinya terus diperhatikan oleh Ana membuatnya lantas menoleh ke arah Ana.

Mayleen langsung melambai tangannya ke arah Ana memanggilnya tampak menyuruhnya kesana. "Ana!" Tentu saja Ana spontan beralih ngumpet ke dalam meja.

Mayleen tampak heran. Alcyone melihat ke arah sana tapi tidak menemukan siapapun, kepada siapa sebenarnya dia memanggil?

Ana merasa sangat takut, ia tidak mau berhubungan lagi dengan orang itu, apalagi ketemu.

Pasti dia bakal langsung menangkapnya kembali dan menjadikannya kupu-kupu malam, apalagi uang untuknya membayar hutang belum terkumpul sepenuhnya.

Tapi untungnya Alcyone tidak lagi berbincang dengan Mayleen, dirinya langsung berpindah ke beberapa orang penting lainnya.

Tidak lain itu adalah orang tua pemilik acara. Mereka masih berbincang dengan bahasa mandarin setelah saling berjabat tangan.

"Terima kasih karena telah hadir di acara pesta anakku."

Alcyone tersenyum tipis dan mengangguk.

Pria bernama Jason itu lantas berbisik. "Terima kasih juga berkatmu, aku bisa mendapatkan uang milyaran dari hasil penjualan organ itu." bisiknya.

Alcyone tersenyum. "Tidak usah berterima kasih terlalu banyak, karena dari hal itu juga aku mendapatkan keuntungan." ucapnya tersenyum miring.

Ketika sedang asyiknya berada didalam pesta serta dengan suara musik yang syahdu mengiringi, mendadak ada suara letusan tembakan di luar sana, yang setelahnya langsung muncul beberapa polisi dengan tangan mengacung pistol merangsek masuk ke tengah acara dengan kembali memberi tembakan peringatan.

Mereka tidak lain adalah interpol, alias polisi internasional yang menjaga keamanan luar negeri.

Tentu saja orang-orang yang berada disana langsung berteriak ketakutan, gaduh suasana saat itu, berlarian pergi entah kemana.

Alcyone segera pergi menjauhi dirinya dari sana, bersama para ajudannya yang saling coba melindunginya.

Bahkan mirisnya ada yang menyadari keberadaan mereka dan upayanya untuk melarikan diri, membuat mereka kemudian dikejar yang mencoba kabur menuju pintu belakang.

Bahkan ada beberapa ajudannya yang terkena tembakan di kaki, membuat mereka terjatuh seketika.

Para interpol itu saling baku tembak dengan banyak anak buah Alcyone. Ada beberapa ajudannya yang memilih bertahan untuk memperlambat waktu dengan cara mengorbankan diri.

Mereka terus menembak dari belakang meja, bangku atau merunduk dibelakang manapun untuk menghambat para interpol itu mengincar sang bos.

Ana merasa sangat panik dengan situasi ini. Ia mencari keberadaan Mayleen disana, berpendar mata dalam keadaan mencari.

Bahkan ketika jalan kesana, ia melihat Jason, sang pemilik acara tampak diborgol kedua tangannya oleh beberapa polisi, ia terlihat pasrah dengan nasibnya itu.

Anak-anaknya terlihat sedih dan menangisi hal ini, protes segala macam hal membuat keributan disana.

Ana merasa sangat takut, ia terus menyibukkan diri untuk mencari Mayleen, karena ia pun tidak melihat Mayleen dimanapun, ia ingin mengajaknya pulang.

Ia memilih untuk mengitari daerah sana, ditengah suasana gaduh karena tembakan itu.

Sebenarnya ia benar-benar takut, tapi ia tidak bisa membiarkan Mayleen kenapa-napa. Karena dirinya pasti nanti akan ditanya oleh majikannya.

Ia sempat terkejut dan merasa miris ketika melihat ada banyak orang tergeletak disana-sini, bersimbah darah, dalam keadaan tak sadarkan diri dengan luka parahnya.

Mengerikan, apakah mereka sudah mati? 

Ia terus berjalan merunduk, dengan mata mencari, ia masuk ke area belakang rumah itu yang sangat luas pelatarannya, tapi ketika cari lebih rinci, dirinya mendengar suara nafas yang tersengal, seakan orang sedang menahan rasa sakit.

Ana merasa penasaran dan lantas mendekati ke arah suara itu, hingga terlihat ada banyak tetesan darah mengarahkan dirinya ke sela sekat belakang rumah itu.

Tepat dibelakang sebuah tempat sampah, terduduk seorang pria dalam keadaan perutnya berlumuran darah, tidak lain pria yang sedang sekarat ini adalah.... Alcyone.

Ana tentu terbelalak kaget. Dirinya merasa serba salah, apakah ia harus pergi meninggalkannya begitu saja, atau menolongnya? Tapi mana mungkin juga ia menolongnya!

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now