13

13.2K 484 1
                                    

"Terserah deh. Jangan hubungi saya kalau ketakutan nanti." ucapnya yang langsung meminta nomor ponsel Ana setelahnya.

Ana memberikan nomornya lalu membiarkannya pergi begitu saja dari sana.

Ana menghela nafas, merasa lega dengan kepergiannya saat itu. "Heuh syukur deh."

Mayleen cukup kaget karena baru saja melewati Alcyone disana. Pergi begitu saja. Dirinya langsung masuk ke ruang rawat Ana dan dekati dirinya.

"Ana, gimana sekarang keadaannya?" tanya Mayleen.

"Baik, kamu sendirian kesini?" tanya Ana.

"Iya kak, tapi aku barusan berpapasan sama orang itu. Kak Alcyone, tapi sayangnya dia pergi gitu aja. Sebel, padahal mau liat lama-lama." keluhnya.

Ana hanya tertawa mendengarnya.
"Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau ada dia disini?" tanya Mayleen.

Ana hanya terkekeh.

"Eh gimana keadaanmu? Baik-baik saja kan? Kamu udah makan belum?" tanyanya. Ana mengangguk.

"Baru saja aku disu--"

Ana langsung menghentikan perkataannya. Mengingat yang didepannya kini adalah pengagum rahasia Alcyone.

"Disu?"

"Ah maksudnya aku baru makan bubur hehe."

"Oh gitu. Syukurlah. Ini aku bawakan buah untukmu. Dimakan ya."

"Makasih."

Ana menerimanya dengan senang hati. Entah kenapa Ana merasa seperti ingin menanyakan sesuatu padanya.

"Yang waktu itu nusuk aku siapa?" tanya Ana.

"Salah satu anggota geng mafia terkuat di negara ini."

"Kenapa dia mengincar Alcyone?"

"Yah kau tahu, Alcyone kan namanya sedang naik daun belakangan, banyak dari geng mafia manapun yang mengincar nyawanya dengan harga fantastis." ucap Mayleen.

Ana mengangguk paham. "Kayaknya Alcyone memang banyak musuhnya ya." ucapnya.

"Bukannya banyak lagi. Dia itu ibaratnya musuh seluruh dunia makanya diincar oleh siapapun, yah seperti kataku waktu itu, kalau banyak orang yang iri atau berniat menjadi penghancur bisnisnya." ucap Mayleen.

"Kasihan juga sih ya."

"Tapi enggak usah khawatir sih. Karena pria itu cukup bisa melindungi dirinya sendiri, gengnya kuat dan tersebar dimana-mana, cukup mampu untuk melawan mereka semua. Tenang saja." ucap Mayleen.

"Kamu sendiri kenapa kok malah bisa berada di pihaknya?" tanya Ana.

"Hmm.... Karena dia terlihat seperti orang yang baik, sopan dan berbeda jauh dari yang orang lain katakan. Kita cukup mengenalnya karena aku, kakakku dan teman-temanku sering bertemu dengannya sejak lama, terkait bisnis yang dijalankan pak Jason." ucap Mayleen.

Ana mengangguk. "Dan itu salah satu alasan kenapa kamu masih betah sendiri?" tanya Ana.

Mayleen tertawa geli. "Benar sekali hahaha!"

Satu bulan tak terasa sudah berlalu, Ana kini sudah keluar dari rumah sakit dan kini sedang bersama Rayyan di tepian tembok besar China yang memanjang dari ujung hingga ke ujung.

Dari sana mereka bisa melihat sebuah perbukitan dan beberapa pegunungan yang cukup tinggi dan luas, dari sana juga mereka bisa melihat hamparan kota dibawahnya dan langit biru yang sangat indah diatasnya.

Ada banyak orang yang berlalu lalang di ujung sana, mereka  sengaja memilih suasana yang cukup lengang contohnya seperti disini, ditempat yang mereka pijaki saat ini, diantara suasana dingin karena salju tipis, mereka yang bermantel, belilit syal dan bersarung tangan terlihat saling berfoto satu sama lain, meski sedikit merasa canggung.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang