40

5.7K 186 1
                                    

Di hari sabtu, Ana diajak pergi ke Bandung oleh Reno dan Hilma. Disana mereka berkunjung ke Ciwidey, sengaja mengajak Ana pergi kesana karena sebagai sarana untuk menghiburnya. Terlepas dari segala hal yang membuatnya terpuruk belakangan.

Hilma rajin mengajak Ana berfoto ria saat itu, entah dengan patung, pohon yang aneh, bunga-bunga, berpose diatas jembatan dan masih banyak lagi. Ana ikut saja yang mereka lakukan saat itu.

"An! Dalam hitungan ketiga lo udah
harus lompat ya sama Reno. Satu... dua... tiga!" Ana dan Reno pun melompat  Hilma langsung menjepretnya.

"Hahaha kok lo merem sih hasilnya Ren?"

"Kurang tidur kayaknya gue." ujar Reno, Ana tersenyum. Hilma berkata setelahnya.

"Oh iya, gue punya permainan sekarang... kalian denger ini baik-baik. Kita gunting batu kertas... siapa yang kalah bakal disuruh nyium patung itu. Gimana?" tanya Hilma menunjuk patung kuda dibelakang sana.

"Ih gak mau, banyak orang, malu mbak." ujar Ana.

"Enggak apa apa An... Melatih
keberanian.. Seru lagi.." ujar Hilma.

"Yaudah ayo... mulai ya.." ujar Reno.
"Ok."

"Gunting batu kertas." ujar mereka dengan tangan saling membentuk gunting atau kertas. Dan ternyata Ana yang kalah.

"Hahaha ayo An!" ujar Reno

"Maluuu..."

"Eh kali aja kan kudanya hidup pas dicium sama lo."

"Matamu!"

"Hahaha... ayo cepet..
"
Ana pun menuruti kemauannya, segera menghampiri patung kuda dan mencium pipinya dengan cepat, Hilma mengikik geli bersama Reno. Beberapa orang disekitarnya langsung tertawa melihatnya. Ana benar-benar malu saat itu. Ia langsung berlari secepatnya kepada mereka.

"Haha nah gitu dong... itu baru anak mamah..." ujar Hilma. "Dasar mamah dedeh." ujar Ana.

"Oh iya sekarang ganti jangan nyium patung kuda lagi... sekarang siapa yang kalah berarti harus berpose kayak monyet diatas sana."

"Ha? Ih mbak Hilma aneh-aneh aja nih... itu kan pusat perhatian orang.."

"Malah justru bagus, biar kayak artis..."

"Malu banget ih..."

"Hahaha... ayo kertas gunting batu..."

"Kertas gunting batu!" pekik mereka seraya mengeluarkan berbagai bentuk ditangannya. Sekarang Reno yang kalah. Reno merasa apes. "Ini mah akal-akalan lu aja Hil."

"Hahaha ayo dong mas pangeran lutung.." ujar Hilma menggoda. Reno langsung berjalan ke tengah kerumunan orang sana dan langsung berpose layaknya seekor lutung.

Hilma dan Ana tertawa geli melihatnya seperti itu, tertawa gak habis-habis, bahkan sampai membuat Hilma kebelet pipis. "Aduh kok gue jadi pengen kencing aduh... hahaha cocok banget dia kayak gitu..."

Ana ikutan tidak berhenti tertawa saat melihatnya seperti itu dan jadi bahan tertawaan orang-orang bahkan sampai membuat mereka memfotonya.

Giliran Hilma sekarang yang kalah, lalu Hilma pun dihukum untuk disuruh mengambil foto orang bule yang ada disana dengan pose mirip monyet juga. Mereka tertawa geli melihatnya seperti itu.

Mereka pun akhirnya telah selesai menyudahi permainan. Mereka saling makan siang saat itu. Tepatnya makan disebuah warung makan.

"Yang lebih malu-maluin itu gue... disuruh foto sama bule eh pake pose mirip lutung." ujar Hilma.

Ana hanya tertawa mendengarnya mengeluh seperti itu.

"Padahal mbak Hilma sendiri yang mencetuskan ide kayak gitu hahaha.." tawa Ana.

"Yah minimal tuh bule tahu, jenis jenis pose di indonesia tuh ada yang kayak gitu bukan cuma beli bakso doang dua mangkok." ujar Reno.

"Eh kita foto yuk... lumayan menuh-menuhin memori telepon." ujar Hilma, mereka un saling berfoto saat itu. Reno bisa merasakan jiwa Ana yang kembali hidup, ia sudah kembali ceria sekarang. Ia merasa cukup senang atas hal ini. 

Setelah kenyang berfoto, Ana kembali menyendiri, ia melihat dari atas bukit, dimana banyak bukit lainnya serta gunung yang mengelililingi sekitar.
Ana merasa sangat sejuk melihat semua pemandangan itu.

Ia jadi teringat dengan masa masanya ketika bersama Alcyone.... saat ketika dirinya jalan jalan ke Ancol, menikmati suasana pantai saat itu, maupun menjajal berbagai wahana di taman bermain disana. Kesenangan yang menenangkan.

Masa-masa itu kini hanya ada didalam kenangannya, bodoh sekali rasanya kenapa juga ia mengingat tentangnya seakan akan itu adalah kenangan yang cukup berarti.

Kenangan bersamanya waktu itu semestinya ia lupakan, tapi malah tersimpan di relung hati terdalamnya. Ia sangat ingin melupakan semuanya tapi kenapa tidak bisa... Rasanya sulit.

Seakan Alcyone telah menjadi suami yang benar-benar berkesan untuknya. Apakah mungkin ia juga merasakan yang sama... dimana koneksi batin mereka terhubung. Ana memikirkannya karena Alcyone juga ikut memikirkannya....

Ini jelas hal yang dilarang, karena Alcyone telah membunuh suaminya sendiri... Bagaimana mungkin ia bisa memaafkannya...

Meskipun ingatannya masih belum sepenuhnya pulih, tapi Ana terlanjur membenci sosok itu. Disatu sisi ia benci tapi di satu sisi ada perasaan rindu...

Kenapa ia sebodoh ini... kenapa ia malah memikirkan Alcyone padahal suaminya adalah Rayyan, yang seharusnya ia rindukan adalah Rayyan bukan Alcyone.

Hilma menghampiri Ana. "Lo ngapain si? Bukannya bareng disana." ujar Hilma. "Ah, iya lagi pengen sendirian aja." ujar Ana.

"Jangan mikir aneh aneh udah yang penting sekarang refreshing aja. Seru-seruan." ujar Hilma.

"Mbak, kenapa ya Alcyone tidak melakukan hal buruk selama aku hilang ingatan? Dia malah memperlakukanku sepert layaknya ratu? Padahal dia seharusnya bersikap kasar sama aku." ujar Ana.

"Lo secara gak sadar udah ngerubah Alcyone, kan? Nyadar gak?" tanya Hilma.

"Kenapa dia ngelakuin hal itu ke aku mbak?"

"Dia suka sama lo..."

"Enggak ngerti sama cara berpikir dia. Dia itu aneh.... kejam... nyebelin..."

"Yah namanya juga cinta... cinta kan bikin orang buta..."

"Kejam dan aneh... enggak ngerti aku... apalagi aku ngandung anak dia sekarang.... aku juga istri sahnya sekarang." ujar Ana.

"Haha itulah pinternya dia..." ujar Hilma.

"Aneh... nyebelin... apa aku ajuin cerai aja ya?" tanya Ana.

"Gak tahu gue.. terserah lo sih... emangnya dia mau? Emang lo juga mau ngehidupin anak lo sendirian? Enggak enak tau berjuang sendirian." ujar Hilma.

"Iya sih... terus gimana ya?"

"Entahlah... liat nanti aja. Kalo dia masih mau nemuin lo dan memberi kejelasan hubungan kalian, jangan lu tolak... menghidupi anak sendirian itu gak enak." ujar Hilma. Ana menghela nafasnya.

Beberapa saat kemudian. Ana mendadak dapat telepon dari seseorang, tidak disangka ternyata dari Alcyone. Ana bingung mau menjawabnya atau tidak, apalagi Hilma muncul memberinya eskrim.

"Loh ada telepon? Dari siapa?" tanya Hilma.

"B-bukan dari siapa siapa."

"Kalo Alcyone angkat loh.." ujarnya seraya menyelurup eskrimnya.

"Enggak, bukan." Ana berbohong.

"Eh kita main apalagi ya? Gue kalo kondisi lo hamil gini agak takut sih.."

"Udahlah gak usah... pulang aja yuk.."

"Yakin?"

"Iya."

Disaat yang sama Alcyone terlihat khawatir saat itu. Sudah semingguan tidak ada kabar dari Ana. Ia cemas. Tiba-tiba Loki membuka pintunya dengan hadirnya seseorang. Tidak lain itu adalah Michele yang terlihat senang.

"Kau sudah melupakan wanita itu kan? Sekarang menikahlah dengan wanita pilihanku... "

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now