12

13.2K 533 3
                                    

Suasana yang semula berisik jadi beralih sepi bahkan ada beberapa dari mereka yang memilih kabur meski pada akhirnya berakhir ditembaki.

Setibanya di rumah sakit, Ana langsung dibawa ke ruang ugd, disana dirinya langsung diberikan penanganan khusus sesuai yang dititah oleh Alcyone.

Dimana dirinya sampai menyogok dokter ataupun pihak rumah sakit dengan uang yang cukup banyak untuk memberikan penanganan yang cepat dan mumpuni.

Ia bahkan berkata akan memberikan uang lebih banyak lagi kalau Ana bisa sembuh. Seakan-akan ia ingin memberikan apapun itu asal bisa menyelamatkan nyawa Ana.

Namun para dokter itu mencoba menenangkan dirinya, meyakini kalau mereka cukup bisa mengatasi masalah ini dan memastikan kalau nyawa Ana akan terselamatkan setelah dilakukan operasi.

Setelah itu Alcyone merasa sedikit lega, setelah berjam-jam dirinya dibuat tak karuan.

Beberapa anak buahnya bahkan sampai menjadi saksi atas kegelisahannya saat itu, hingga membuatnya tidak berhenti bolak-balik ke tempat yang sama.

Lalu ketika sedikit lega, ia pun memutuskan untuk duduk.
Berhari-hari dirinya menunggu, memastikan dirinya terjaga, dengan harapan kalau kapanpun dirinya bangun, wanita itu akan langsung melihat sosoknya dihadapan.

Meski sudah tiga hari ini dirinya masih belum membuka kedua matanya.

Agak sedikit terlambat dari perkiraan dokter yang menanganinya. Alcyone dengan setia duduk disebelah berbaringnya Ana.

Ia pandangi tiap inci wajah wanita itu yang begitu cantik dan tenang sekalipun dalam keadaan terluka seperti itu.

Tapi sayangnya tidak sepanjang waktu dirinya habiskan untuk menemaninya.

Hanya di waktu pagi dan sore saja dirinya berkunjung kesana, itu dirinya lakukan di beberapa hari terakhir ini dibanding hari-hari awal.

Hingga tiba hari dimana Ana terbangun, ketika gadis itu mulai membuka kedua matanya secara perlahan, ia dapati ruang rawat yang cukup luas dan bersih, didominasi oleh warna putih disekitarnya.

Ana mulai paham dirinya sedang berada dimana, bergerak sedikit juga membuatnya kesakitan akibat luka operasi yang belum mengering.

Tak disangka ketika dirinya coba berpendar mata melihat sekeliling, dirinya melihat seorang pria berjalan mendekatinya.

Ana kaget bukan main saat yang dilihatnya Alcyone. Dengan mata elangnya yang seakan menusuk dan seolah-olah tidak mengharapkan kehadirannya disana.

Padahal berbeda jauh dengan yang Alcyone rasakan. Ia tampak mengkhawatirkannya jauh dilubuk hatinya.

"Jika masih ingin tidur, maka lanjutkan saja tidurnya. Biar saya tunggu kamu sampai bangun kembali." ujar Alcyone.

"Eh? S-saya baru aja bangun tuan, tidak mungkin tidur lagi hehe." ucapnya sedikit gentar.

"Oh yaudah. Masihkah ada rasa sakit yang kamu rasakan?" tanya Alcyone.

"Hanya sedikit pusing."

"Itu mungkin karena kamu terlalu lama tidak sadarkan diri. Untuk masalah apapun termasuk hutang tolong jangan terlalu dipikirkan.
Lebih baik kamu jangan berpikir yang berat dulu, pikirkanlah kalau kamu harus sembuh dengan cepat agar tidak membuatku menunggu terlalu lama disini."

"T-tuan bisa pergi sekarang, kalau mau. Saya sudah agak lebih baik sekarang." ucap Ana.

"Setelah saya pergi, apakah kamu bisa memastikan kalau segala hal yang kamu butuhkan bisa terpenuhi? Seperti makan, minum, atau buang air kecil?" tanya Alcyone yang sedikit dibenarkan oleh Ana, membuatnya terdiam menunduk.

"Kamu tidak usah menyuruh saya untuk pergi, karena saya akan pergi dengan sendirinya kalau tugas saya disini sudah selesai."

"Tapi tuan, saya tidak mau merepotkan."

"Adalah tanggung jawab saya untuk membalas budi atas apa yang telah kamu lakukan waktu itu. Jadi tidak usah membantah." ucap Alcyone membahas soal dirinya yang ditolong oleh Ana empat hari yang lalu.

"Iya."

Ana tampak canggung saat itu, mereka saling berdiam. Ana merasa sangat gerogi karena terus diperhatikan olehnya.

"Kamu lapar?" tanyanya. Ana menggeleng tapi tiba-tiba suara perutnya berbunyi.

"Itu lapar namanya." ucapnya. Ana merasa sangat malu, ia semakin menekuk wajahnya tidak berani menatapnya sama sekali.

Alcyone segera pergi dari sana entah apa yang ia lakukan, mungkin memanggil suster untuk mengantar makanan.

Berbeda halnya dengan Ana yang tampak sangat malu dengan hadirnya suara barusan.

"Hiss, malu-maluin banget sih! Ah Ana! Kenapa perutmu enggak bisa dikondisikan sedikit sih?!" batinnya kesal.

"Akhh malu-maluinnn!!" ucapnya menutup wajahnya dengan bantal meski dari pergerakan itu dirinya langsung merasakan kesakitan.
Tak lama akhirnya muncul suster wanita membawa troli makanan bersamaan dengan Alcyone disebelahnya. Sang suster berkata pada Ana.

"Apakah anda ingin saya menyuapi?" tanyanya. Alcyone segera menjawab.

"Biar saya yang menyuapinya." ucap Alcyone dan langsung membuat Ana memalingkan wajahnya, sedikit canggung dan merasa tidak enak.

Alcyone segera mendekati Ana dan duduk disisi sebelahnya. Ia ambil sesendok bubur putih itu lalu dekati ke mulut Ana.

Ana tentu membuka mulutnya dengan cepat dan kunyah makanannya, meskipun sepanjang itu Ana merasa sangat canggung
Sembari menyuapi, Alcyone berkata.

"Tidak usah geer, saya menyuapi kamu bukan karena alasan apapun, melainkan membalas budi saya waktu itu. Saya tipe orang yang tidak suka memiliki hutang pada siapapun, jadi kamu jangan heran kalau setelah ini saya akan terus memastikan kamu terjaga dari segala macam hal yang membuat kamu kesusahan. Jangan geer!" ujarnya membuat Ana langsung melipat bibirnya dan mengangguk layaknya anak kecil.

"Setelah ini saya ingin meminta nomor hp kamu supaya kedepannya kamu lebih kelihatan lagi dan saya lebih awal tahu tentang keadaan kamu tiap waktu." ucap Alcyone membuat Ana tersentak.

"Eh? Kok sampai seperti itu tuan?" tanya Ana merasa kalau itu sedikit berlebihan.

"Karena saya yakin kamu pasti akan kabur dari saya setelah ini." ujar Alcyone.

"O-oh... I-iya tuan." ucap Ana gugup, mengiyakan saja keinginannya itu.
Ana terus melahap banyak sendokan buburnya dan sedikit serat juga karena lelaki itu terus memberinya suapan tanpa memberikannya minum.

Sampai kalanya ia merasa sedikit penuh mulutnya, ia langsung menyetop Alcyone.

"Maaf... Udah... Saya merasa seret, saya minum dulu hehe." ucap Ana yang langsung mengambil gelas air minumnya ketika itu dan teguk hingga satu gelas yang semula terisi penuh kini hanya tersisa setengah.
Ana kembali menaruh gelas air minumnya ke atas meja.

"T-tuan... Saya bisa maka--"

Tahu-tahu Alcyone sudah menyuapkan lagi sesendok buburnya ke mulutnya.

Tentu saja itu membuat Ana otomatis membuka mulutnya dan mengunyahnya dengan terpaksa.

Rasanya Alcyone benar-benar tidak ikhlas menyuapinya bahkan terkesan cepat seakan dirinya memang ingin menyelesaikan ini dengan cepat.

Ana merasa sedikit kerepotan, tapi dirinya melalui itu semua dengan tanpa mengeluh apapun.

Hingga di suapan terakhir pun Ana menyetopnya kembali dengan mulut yang penuh. "Udah tuan... Stop. " ucapnya sedikit tidak enak.

"Kamu makannya terlalu lamban." ucap Alcyone asal ceplos. Ana langsung mengambil air putihnya dan minum.

"Mau lagi gak?" tanyanya. Ana menggeleng.

"Yaudah saya buang." jawab Alcyone yang langsung dekati tempat sampah dan buang. Alcyone kembali mendekati Ana dan berkata.

"Apalagi yang ingin kamu lakukan?" tanyanya seakan menawarkan bantuan.

"E-eh? Tuan pulang aja .... Biar nanti saya minta bantuannya ke suster aja." ujar Ana.

"Bener? Gak nyesel? Sendirian kamu semalaman disini enggak takut?" tanyanya. Ana menggeleng yakin.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang