15

12.8K 462 8
                                    

"Iya buat tuan aja."

"Kalo gitu ini saya simpan." ucap Alcyone tak jadi memberikan.

"I-iya, makasih juga buat coklatnya." ucap Ana yang sedikit malu-malu atas hal itu.

Mayleen terlihat manyun dan cenderung melipat bibirnya. "Ih kok malah Ana sih? Bukan aku??!" tanyanya tidak terima.

Ana merasa tidak enak.

"Kalo enggak ini buat kamu aja May." ucap Ana langsung memberikan namun Alcyone menyetop tangannya.

"Jangan! Apakah memberikan pemberian kepada orang lain adalah tindakan yang dapat dibenarkan?" tanya Alcyone bersikap tegas atas sikapnya itu.

Ana jadi bingung, ia khawatir kalau sikapnya itu membuat Alcyone jadi merasa kesal. Pria itu sepertinya memang tulus untuk memberikan coklat dan bunga itu untuknya.

"Eh tapi kenapa kamu kok tiba-tiba kesini?" tanya Mayleen heran.

"Anu... Tuan Alcyone menyuruh sa--" belum selesai bicara, Alcyone sudah menimpali.

"Jangan bilang saya yang menyuruh kamu. Tapi katakan bunga dan coklat ini yang memanggil kamu untuk kesini." ucap Alcyone yang lantas membuat Ana dan Mayleen keheranan. Kok ngomongnya ngelantur gitu sih?

"Kamu boleh pulang sekarang, saya hanya ingin memberikan kamu itu. Kebetulan saya juga mau pulang sekarang. Ayo pulang." ucapnya yang langsung menarik tangan Ana dan menyuruhnya segera keluar dari sana. Membuat Mayleen keheranan setengah mati.

Ana dibawa pergi begitu saja hingga sampai ke depan gerbang rumah maupun mobil mewah milik Alcyone. Dirinya segera berkata.

"Sekarang kamu masuk ke dalam mobil saya."

"Eh? M-maaf tuan kalau ini masalah hutang, saya masih belum bisa membayarnya sekarang.

Mudah-mudahan nanti setelah saya selesai mengumpulkan uang selama 2 bulan ini, akan saya bayar dengan segera tuan."

"Saya menyuruh kamu masuk, bukan perkara bayar hutang." tegas pria itu. Ana tersentak.

"Terus apa tuan?" tanya Ana cemas.

"Antar pulang."

"Eh? Saya bisa naik bis tuan."

"Masuk sekarang, supir saya sudah nungguin." ucap Alcyone.          

Ana mau tak mau pun langsung masuk ke dalam mobilnya. Dimana Alcyone ikut memasukinya ditemani oleh sang supir yang sudah standby dalam keadaan duduk didepan setirnya.

Ana merasa canggung, apalagi saat dirinya menyadari kalau yang disampingnya saat ini adalah Alcyone. Ia merasa tegang sekali layaknya berada di sebelah seorang presiden, ah tidak.... Ini mafia loh! Yang menjadi buronan para polisi maupun interpol!

Mobil terus melaju dibawah kendali sang sopir, Ana juga melihat ada beberapa mobil yang mengikuti dibelakang.

Seakan iring-iringan orang penting yang sengaja mendampingi Alcyone saat itu, seolah sedang menjalankan tugasnya untuk memberikan penjagaan super ketat terhadap bos mereka.    

Ana mendadak dikejutkan oleh kehadiran beberapa mobil yang kemudian menyalip iring-iringan itu, bahkan ketika Alcyone maupun Ana menoleh cepat ke belakang, muncul tiga buah mobil van dengan kecepatan melebihi mobil Alcyone meskipun pada akhirnya dikejar oleh beberapa mobil para bodyguardnya.

Mereka saling adu tembak di jalanan, bahkan seorang bodyguard Alcyone menembak dengan cepat ban mobilnya hingga membuat salah satu ban mobilnya oleng.

Mereka banting setir ke arah kiri dan menghalangi otomatis jalan mobil Alcyone dengan cepat membuat mobilnya otomatis berhenti mendadak di tengah jalan.

Para bodyguard Alcyone juga saling menghentikan mobilnya dan langsung bergegas keluar dari dalam mobil.

Dalam keadaan tangan memegang pistol, membidik hingga saling tembak-tembakan dengan orang para pria di mobil van tersebut. Ana merasa sangat ketakutan. Alcyone mendesah kesal.

Ia berasumsi kalau orang-orang yang menyerang mereka saat itu adalah kelompok geng mafia Dark centipede, salah satu kelompok mafia terkuat yang ada di China.

"Sepertinya ada yang memulai perang dengan kita, merepotkan." ucap Alcyone yang bergegas bangkit lalu berkata.

"Tunggu disini! Jangan pergi kemana-mana!" tandasnya, Ana mematuhinya dengan anggukan kepala. 

Ana sangat ketakutan, terlebih saat Alcyone mulai menembaki satu per satu pria berjas hitam yang keluar dari dua mobil van tersebut.

Banyak korban yang berjatuhan setelah itu, entah dari pihak Alcyone sendiri maupun kelompok geng mafia itu.

Alcyone dengan berani melawan mereka dengan bela dirinya maupun melontarkan tembakan sejenisnya hingga beberapa dari mereka langsung berjatuhan ditengah jalan.

Ana benar-benar merasakan perasaan dramatis melihat itu semua. Ia tidak menyangka kalau Alcyone bisa seberingas itu ketika dihadapkan banyak musuhnya.

Ana merasa takut hingga menutup kedua matanya ketika itu.

Hingga tak terasa, suara tembakan itu sudah tidak lagi terdengar, dimana Alcyone dan sang supir segera masuk ke dalam mobilnya.

Terlihat beberapa dari mereka ada yang saling menuntun teman-temannya untuk masuk ke dalam mobil van atau mobil para bodyguard.

Mereka saling menghentikan adu tembak itu dikarenakan ada banyak mobil polisi menuju ke arah mereka, tentu saja alhasil itu membuat satu per satu dari mereka yang terkena tembakan di kaki atau dimanapun segera dibawa atau dirangkul oleh masing-masing temannya.

"Cepat jalan!" suruh Alcyone pada sang supir, tentu saja supir itu langsung mematuhi suruhannya. Ia tancap gas langsung mobilnya membawa mereka.

Ana melihat Alcyone tampak berdarah di pergelangan tangannya. Darahnya terus mengucur deras disebabkan luka sayatan yang cukup parah tadi.

Ia merasa cukup kesakitan.

Tampaknya ia baru saja terkena benda tajam atau semacamnya, apakah salah satu dari mereka tadi ada yang menggunakan pedang?

Ana berinisiatif untuk membalut luka di tangannya dengan syal merah miliknya, sekedar untuk menghentikan aliran darah yang terus mengucur di tangannya.

Tentu saja itu membuat Alcyone tersentak melihatnya seperti itu.

Lagi-lagi dirinya melakukan hal semacam itu, membuatnya jadi geer saja.

Diam-diam Alcyone merasa sangat bahagia diperlakukan seperti itu, ia senyam-senyum sendiri jadinya. Tapi rasa jaim dan gengsinya yang besar membuatnya lantas jadi membiasakan dirinya untuk bersikap jutek.

"Gak usah cari perhatian. Memangnya dengan hal seperti ini kamu bisa meluluhkan hati saya?" sindir Alcyone. Ana menunduk takut.

Alcyone merasa tidak enak juga bersikap seperti itu padanya, ia langsung memegang dagu Ana dan naikkan ke atas dari wajah gadis itu yang semula tertunduk.

"Jangan bersedih gitu dong wajahnya. Se-nyum." ucapnya tersenyum menyeringai, mengusap dagunya lembut, mata mereka saling bertatapan.

Ana langsung deg-degan dan tersentak kaget, ia langsung cepat-cepat mengalihkan wajahnya dan menolak tangannya dengan cepat, jauhkan diri.

"M-maaf... Saya tidak nyaman." ucap Ana menunduk. Alcyone tertawa geli.

"Ayolah, banyak di dunia ini yang mengincar diriku, bahkan termasuk anak majikanmu sendiri. Ratusan wanita bahkan terhitung sudah menawarkan dirinya dihadapanku. Tidakkah engkau juga berkenan melakukan hal yang sama?" tanya Alcyone.

Ana masih memalingkan wajahnya ke arah lain, mencoba menetralisir degup jantungnya saat itu. Tidak .... Jangan terhipnotis Ana! Hanya karena dirinya tampan. Ingat! Ada Rayyan yang sebentar lagi mau kau nikahi!

"Hey kenapa diam saja? Kamu berpikir kalau tindakan yang saya lakukan barusan adalah hal yang sangat berdosa kan? Sungguh menodai tudung yang kau pakai, bukan?" tanya Alcyone tersenyum menyeringai.

Ana masih memalingkan wajahnya.

"Saya merasa kalau kamu memang sengaja bersikap seperti itu, menolak diri tapi diam-diam di dalam hati merasa sangat ingin diperlakukan semacam itu kan? Tidak usah munafik." ujar Alcyone.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now