14

11.7K 467 0
                                    

"Eh? Bener An?"

Ana mengangguk dengan senang hati.

"Iya, saya mau menikahi kamu." ucap Ana, Rayyan merasa sangat senang ketika itu. Entah kenapa dirinya merasa kalau ini akan menjadi momen terbaik pertamanya yang tidak akan pernah ia lupakan sepanjang hidupnya.

Sepulang dari sana Ana menutup pintu kamarnya dan merasa sangat senang, jejingkrakan ke atas kasurnya dan memeluk gulingnya dengan erat.

Bagi Ana itu juga merupakan hari yang cukup berarti baginya, dimana ia mendengar satu dari sekian milyar orang di bumi untuk pertama kalinya mengatakan kalau ia mencintainya.

Ana terus memeluk erat bantalnya. Namun seketika ada telepon masuk di ponselnya. Ia segera menerimanya, ternyata itu nomor kantor negara Indonesia.

Ana masih hafal kalau itu adalah nomor rumah sakit dimana kakaknya dirawat. Dirinya berkata. "Halo, iya. Selamat sore. Betul, dengan saya sendiri."

"Saya ingin menginformasikan kalau kakak anda telah sadar dan kini kondisinya sudah sedikit pulih. Kalau boleh tahu dimana ya keberadaan anda sekarang? Saudara laki-laki anda berkata kalau ia ingin bertemu dengan anda secepatnya."

"Saya sedang berada di China. Apakah saya bisa meminta tolong berikan teleponnya kepada kakak saya?" tanya Ana.

Sang suster pun segera memberikan teleponnya ke Reno.

"Assalamualaikum mas."

"Waalaikumsalam. Kamu ada dimana sekarang?" tanya Reno.

"Aku ada di China mas."

"Hah? Kok kamu bisa ke China? Ngapain disana?" tanya Reno tampak kaget.

"Aku lagi kerja disini, buat bayar hutang aku ke orang mas. Lumayan banyak hutangnya tapi tenang aja, dua bulan lagi aku akan pulang ke Indonesia dan memutuskan untuk kerja disana." ucap Ana.

"Oh gitu, tapi kok kamu bisa punya banyak hutang? Apa jangan-jangan kamu yang menanggung seluruh biaya rumah sakit mas?" tanya Reno.

Ana merasa bingung ingin membalasnya seperti apa, ia merasa tidak enak juga ingin mengatakan itu. "E-eh... Gimana ya."

"Kamu ke China untuk melunasi biaya rumah sakit mas, An?" tanya Reno.

"I-iya, mas. Habisnya aku bingung karena enggak ada pilihan lain. Terus aku terpaksa meminjam uang ke orang dan pada akhirnya aku memaksakan diri untuk bekerja di China guna melunasi hutang itu."

"Kamu minjem ke bank mana? Biar nanti mas yang bayarin setelah mas kembali bekerja."

"Eh, enggak usah mas. Enggak apa-apa. Biar utangnya biar aku bayar setelah 2 bulan aku bekerja disini aja. Lagian mas belum sembuh banget kan?" tanya Ana.

"Tapi kamu gimana disana? Makannya teratur kan? Jaga kesehatan ya disana, jangan sampai sakit. Kalo ada masalah apapun kamu bisa beritahu mas.
Ngomong-ngomong kamu minjem di bank apa?" tanyanya.

Ana sedikit dicecar. "M-minjem... Anu..."

"Bukannya kamu ktpnya ilang ya? Belum diurusin ke kelurahan kan? Kok bisa minjem di bank?" tanyanya heran, Ana semakin bingung mau menjawab apa.

"B-bukan di bank kok. Tapi ada teman yang pinjemin uang." ucapnya.

"Siapa? Teman yang kerja di toko itu?"

"B-bukan..."

"Terus siapa?"

"A-ada pokoknya. Mas aku mau bilang sesuatu." ucap Ana.

"Apa?"

"Aku dilamar sama seseorang." ucap Ana antusias.

"Serius kamu? Siapa orangnya? Orang sana atau TKI disana?"

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang