17

10.6K 420 2
                                    

"Iya emang itu udah profesi dia. Mau gimana lagi."

"Tapi kenapa harus dia?"

"Ya emang udah nasibnya."

"Pokoknya aku mau datengin dia sekarang." ucap Ana bergegas bangkit. Riska menahan tangannya.

"Loh lo mau kemana?" tanya Riska.

"Datengin Alcyone! Siapa lagi!"

"Jangan aneh-aneh deh. Dia itu bodyguardnya banyak banget, dan emang lo tahu dia ada dimana sekarang?" tanya Riska.

"Tahu pokoknya. Dia itu harus dikasih tahu kalo tindakannya itu salah." ucap Ana dan langsung pergi setelahnya. Riska merasa cemas atas hal itu, ia mengeluh. "Duh repot nih kalo begini."

Ia mengambil payung yang semula ia taruh disebelah pintu restoran tapi sebelum memekarkan payung ia terlebih dahulu telepon Alcyone meminta serlok keberadaannya saat ini dengan nada yang tegas.

Ana pada akhirnya sampai di halaman depan sebuah hotel, dimana dirinya bertemu dengan Alcyone dengan wajah kecutnya dan marah.

Ia menatapnya culas sampai matanya berkaca-kaca, ia bersiap menampar pipinya tapi langsung disergah oleh Alcyone.

"Kamu telah menjual Putri seperti itu, kamu kan yang menjual organnya!" tandasnya kesal. Alcyone terbelalak kaget.

Ia benar-benar tidak menyangka perkataan itu keluar dari mulutnya. Alcyone terdiam sesaat lalu tersenyum menyeringai.

"Memangnya kenapa? Saya kira kamu juga paham kalau saya adalah seorang mafia? Apakah saya harus menjelaskan kalau saya adalah seorang penjual organ tubuh manusia? Kau tahu manusia juga membutuhkan usaha untuk mencari uang." ucapnya dengan diselingi usapan di dagu Ana pada akhirnya.

Ana langsung dengan cepat menepis tangannya kasar.

"Tapi ya gak gini juga seharusnya!" tandasnya kesal.

Alcyone masih mengusap dagunya dan berkata.

"Ayolah sayang, tidak usah banyak berkata. Bukankah kamu jauh lebih beruntung sama sepertinya? Bukankah kamu lebih harus bernafas lega atas ini?" tanya Alcyone.

Ana sangat membenci satu sosok dihadapannya ini. Dirinya kembali akan menamparnya lagi tapi Alcyone kembali menahan tangannya dan pojokkan Ana serta menahan dirinya untuk melakukan apapun lagi, dekati dirinya dengan cepat.

"Saya bukan orang yang kamu kira baik. Saya sudah jelaskan sejak awal kalau saya adalah seorang mafia. Saya sudah terkenal di dunia gelap, saya bahkan terbiasa melakukan apapun yang saya mau. Jangan coba-coba menceramahiku gadis manis." ucap Alcyone masih terus mencengkeram kedua pipinya.

Ana terlihat sangat kesal dengannya. Ia menangis sedih saat itu. Ia menunjuk-nunjuk ke depan dadanya.

"Dia enggak ada salah apapun! Bagaimana kalau masalah ini menimpa adik, anak atau cucumu sendiri?" tandas Ana. Alcyone sedikit tidak percaya atas keberaniannya saat itu, tidak ada satupun orang yang berani dihadapannya selama ini, dirinya benar-benar menghargai atas semua sikapnya itu.

"Saya cukup salut dengan keberanian kamu. Tapi apa kamu sendiri paham kalau yang kamu lakukan saat ini sangat jauh berbeda dengan apa yang biasa orang-orang lain lakukan?" tanya Alcyone.

Ana masih merasa kesal atasnya. Ia juga masih alihkan wajahnya ke arah lain. Ana benar-benar membenci pria dihadapannya saat ini.

Putri yang masih memiliki masa depan cerah dan tampak sebaik itu kenapa tega harus dibuat berakhir seperti itu?!

Untuk yang terakhir kalinya Ana pun segera berkata.

"Anda itu tak lebih dari seorang iblis! Saya berharap anda tidak lagi melakukan hal semacam ini, dengan segala harta atau kekuasaan yang anda miliki, dipikir anda mampu untuk melakukan hal semaunya?! Ya saya tahu itu hak anda, tapi kalau itu menyangkut nyawa seseorang itu namanya tidak manusiawi!" tandas Ana membuat Alcyone terdiam mematut meski pada akhirnya tersenyum menyeringai.

"Ayolah tidak usah marah-marah seperti itu. Memangnya orang sepertiku bisa disamakan denganmu hm? Jangan bersedih gitu dong." ujar Alcyone masih sambil mengusap dagunya. Ana menatapnya tajam dan lurus.

"Saya berharap kita tidak usah saling bertemu lagi! Saya tidak akan pernah sudi bertemu denganmu lagi! Ini uang hutang saya selama ini!" ucap Ana setelah memberikan uang belasan juta yang dipinjamnya pada Alcyone lalu pergi dari sana.

Meninggalkan Alcyone sendirian, merenungi kesalahannya. Sangat yakin kalau dirinya pasti cukup menyesali sikapnya itu.

Seperti ditampar rasanya, dihadapkan pada posisi seperti ini. Menyadari kenyataan kalau orang yang belakangan dirinya puji dan hargai telah menyakiti hatinya.

Ia merasa cukup patah hati
Ana dalam perjalanan menuju ke rumah Linda dengan menaiki bis. Ia masih teringat dengan kilasan tentang Putri yang berpendar didalam kepalanya.

Tentang bagaimana dirinya terlelap di pangkuannya dan memeluknya dengan erat.

Ia masih tidak menyangka jika pada akhirnya Putri meninggal dalam keadaan tanpa organ seperti itu.

Bukan hanya bengis tapi lelaki itu sangat kejam. Dirinya tidak segan mengambil nyawa seorang anak polos yang baru berusia belasan tahun.
Dia memang keterlaluan!

Ana mendadak terkejut saat melihat ada Rayyan disana, menaiki bis bahkan cukup mengagetkan saat dirinya langsung duduk disebelahnya. Ana tentu kaget, dirinya langsung balik menyapanya. "Kok kamu disini?" tanya Ana heran.

"Enggak tahu nih, sinyal kalo kita jodoh kali makanya kita ketemu disini." ucap Rayyan yang langsung membuat Ana tersenyum salting. Ia tertawa.

"Oh iya barusan habis dari mana?" tanya Rayyan.

"Ah, enggak.... Habis dari rumah bosmu." ucapnya kembali dengan muka jutek. "Bos Alcyone? Ngapain? Dan kenapa mukanya sampe ditekuk gitu?" tanya Rayyan.

"Habis bayar hutang, sama ngomel-ngomel sama bos kejammu itu." ucapnya semakin membuat Rayyan heran.

"Kamu apa enggak takut ngomelin dia?" tanya Rayyan sedikit bercanda.

"Habis kesal. Dia kan yang bertanggung jawab penuh atas penjualan organ tubuh Putri?" tanya Ana. Rayyan tentu terkejut.

"G-gimana kamu bisa tahu?" tanya Rayyan.

"Mbak Riska yang bilang. Dia tahu dari temannya kalo Putri selama ini gak ada kabar ya karena dia udah meninggal. Organ tubuhnya dijual, gimana enggak nyesek!" ucapnya rasanya seperti ingin mengisak.

Rayyan hanya terdiam. Tidak berkata apapun. Seakan dirinya memang tahu tentang hal ini, bahkan sejak lama.

"Aku kesel, kenapa anak masih semuda itu malah dijadikan korban, dijual lagi organnya, yang gak tahu apa-apa, yang masih polos, lugu, enggak punya salah apa-apa malah jadi korban kebengisannya, kamu tahu sendiri kan Putri itu enggak pernah bikin salah, tapi kenapa dia malah justru jadi korban? Padahal dia pengen banget keluar negeri, sekalinya keluar negeri malah justru menjadi hari terakhirnya ada di dunia ini." ucap Ana sambil menangis.

Rayyan merasa cukup sedih atas hal ini. Dirinya segera memberikan sapu tangan kepadanya, ah tidak... Tapi mengusapnya lembut.

"Udah jangan bersedih.... Jangan menangis. Kita doakan aja semoga dia tenang di alam sana."

Ana masih terus mengisak.

"Aku ngebayangin gimana kalo aku ada di posisinya. Atau di posisi orang tuanya. Mungkin bakal enggak kuat. Mereka ngelakuin hal sekejam itu kepada anak-anak yang enggak memiliki dosa apapun, gimana aku enggak kesal. Dia apa enggak pernah sekalipun mikirin kalo salah satu keluarganya ada di posisi kayak gitu?" tanya Ana masih kembali membahas tentang hal itu.

Rayyan mengusap punggungnya berulang kali ikut merasa sedih.

Pada akhirnya mereka pun sampai dihadapan rumah Linda. Ana bersiap melepas kepergian sang calon suami.

Tapi Rayyan tidak mau begitu saja membiarkan dirinya pergi. Ia berkata.

"Oh iya sebelumnya saya mau ngomong sesuatu sama kamu. Ini tentang acara pernikahan kita yang akan diadakan seminggu lagi." ucap Rayyan.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now