29

5.8K 195 2
                                    

"Ana, kamu terbangun? Ana?" tanya Alcyone. Ana membuka kedua matanya secara perlahan, sedikit susah karena ia cukup lama tak sadarkan diri seperti itu.

"Aku dimana?" tanya Ana.

"Ini dirumah sakit... kamu mengalami luka tapi katanya hanya luka ringan. Aku sangat khawatir kamu kenapa-napa. Kalau ada yang sakit katakan saja." ujar Alcyone.

"Kepalaku sakit..."

"Apa perlu saya panggilkan dokter sekarang?" tanya Alcyone.

"Tidak perlu. Mas Rayyan tetap disini ya... aku takut... " ujar Ana.

"Iya Ana. Aku tidak akan meninggalkanmu." ujar Alcyone sambil memegang erat tangannya.

"Syukurlah kamu sudah siuman. Aku sangat rindu denganmu."

Ana terlihat sangat lemah saat itu. "Mas Ray nungguin aku ya dari tadi, makasih ya mas...." ujar Ana.

"Sudah sepantasnya aku seperti ini. Kamu tidak perlu membahas soal itu." ujar Alcyone.

"Rasanya aku seperti bermimpi punya suami seperti mas... selain menjadi pelindungku.... juga menjadi seseorang yang baik ke aku. Aku merasa beruntung kalau dipikir-pikir, mas tipe lelaki yang cukup sempurna buat aku, kalau ditanya apa yang membuat aku cepat terbangun... aku menanti melihat mas kembali didepanku... dan syukurlah mas masih ada didepanku sekarang." ujarnya terbata.

Alcyone tersenyum. "Saya juga senang beristrikan kamu. Terima kasih sudah menjadi istriku yang baik, terima kasih juga karena sudah cepat tersadar." ujar Alcyone.

"Mas Ray... kamu makan gih... kamu belum makan kan?" tanya Ana.

"Saya gampang kok, nanti akan ada orang suruhan saya kesini membawakan makanan." ujar Alcyone.

Ana terkekeh meski masih lemah.

"Mas itu aneh, masa belakangan, kamu kemana mana selalu dikawal bodyguard sih? Memangnya kamu itu siapa? Presiden dikawal terus?" tanya Ana masih terkekeh.

"Yah itu merupakan bagian dari fasilitas di kantorku, dimanapun kami berada, kami akan selalu dikawal oleh bodyguard. Atasanku mengatakan kalau itu perlu, tugas yang kami jalankan belakangan ini cukup berat dan membuat kami rentan terkena dampaknya."

"Aku khawatir kamu kenapa-napa. Apa sebegitu beratnya? Jaga diri kamu ya mas..."

"Iya Ana, terima kasih."

"Tapi kalau memang pekerjaan itu sangat mengancam nyawa kamu, lebih baik kamu pindah ke bagian lain saja mas, apa bisa?" tanya Ana.

"Tidak bisa Ana, mana mungkin bisa seperti itu. Memangnya itu kantor milik siapa?"

Ana cemberut menghela nafasnya, mengembungkan pipinya bertingkah layaknya anak kecil.

"Udahlah sebel. Yaudah kalo tetep enggak bisa, aku aja yang bilang ke teman kamu itu." ujar Ana.

"Tidak mungkin. Kamu jangan bertindak yang aneh. Saya tidak kenapa-napa dengan hal seperti ini." ujar Alcyone.

Ana tetap cemberut, merasa sedikit kesal dengannya. Keinginannya tidak dituruti.

Tak lama kemudian di lain tempat, disebuah restoran, terduduk seorang wanita dan beberapa teman perempuannya yang sedang berbincang.

Tidak lain salah satu dari wanita itu adalah Winda. Anak perempuan satu satunya Karen. "Aku mau dijodohkan." ujar Winda yang langsung diciye ciyekan oleh teman-teman wanitanya, digoda.

"Wah pjnya dong."

"Siapa tuh? Kasih tau..."

"Orangnya kayak gimana?"

"Kasih tau dong fotonya."

Mereka saling bersahutan menimpali. Winda terkekeh, ia langsung berkata.

"Hmm aku punya fotonya. Sebentar." ujar Winda yang langsung mengeluarkan foto itu dari tasnya.

"Ini..."

Tunjuk Winda kepada mereka hingga membuat mereka tidak menyangka. "Ya ampun ini fotonya? Dia mirip artis loh." ujar salah satu temannya, Reni.

"Hehe yah inilah pilihan ibuku. Bisa saja ya milihnya. Bagaimana menurut kalian?" tanya Winda.

"Aku mau banget lah yang seperti ini... tapi kalo kamu enggak mau yaudah buat aku saja, aku rela menampungnya hahaha." tawa Reni.

"Aku juga mauuu.." ujar Rika.

"Enak saja, aku juga maulah hahaha." tawa Winda.

"Lalu kamu sudah bertemu dengannya?" tanya Reni.

"Belum pernah sih, aku juga penasaran bagaimana sih dia aslinya." ujar Winda.
"Wah kalau kamu janjian sama dia ajak kita dong." ujar Reni.

"Iya Win... kita janji deh enggak akan ngapa ngapain dia." ujar Rika.

"Jangan dong, masa aku ajak kalian. Nanti bukan acara ngedate dong jadinya tapi malah kumpul kebo." ujar Winda yang lain tertawa.

Tiba-tiba Winda merasa seperti diperhatikan oleh seseorang, ia mulai cemas, siapa sebenarnya pria misterius yang terus menatapnya itu? Tidak lain itu adalah anak buahnya Alcyone, yang tadi sempat menguntit ibunya kini beralih ke anaknya.

Ia yang merasa dilihat oleh Winda langsung pergi saat itu juga kemudian bersembunyi agar tak dilihat oleh Winda lagi.

Beberapa saat kemudian Winda pun mempercepat dirinya untuk pergi dari restoran dan area mall itu. Dirinya sengaja memilih pulang lebih awal karena sudah merasa tidak enak dengan suasana tadi, dimana dirinya merasa terus diperhatikan.

Ia sangat berharap ia segera menemui jalan pintas untuk keluar dari area mall itu. Ia berjalan cepat hingga akhirnya ia sampai ditempat pemarkiran.

Ia terlihat sangat cemas da ketakutan, terus melihat ke belakangnya sambil terus berjalan ke depan. Namun tiba-tiba saja ia tersandung dan terjatuh.

Winda kesakitan, kakinya seperti terkilir, ia masih sering melihat ke belakangnya dan ia kaget saat orang yang benar-benar tak ingin dilihatnya justru muncul dibelakang sana.

Pria suruhan Alcyone itu berjalan cepat menghampirinya, langkah demi langkah, suasana horor dan detik-detik dimana dirinya merasa sangat ketakutan, tangisnya pecah.

"Mama aaaaa tolong aku..." rintihnya seraya terus mencoba bangkit tapi akhirnya gagal, ia kembali dan kembali beranjak tapi kembali jatuh. Kakinya terlalu sakit untuk dipakai berjalan.
Hingga tiba masanya pria itu tepat didepannya dan ia dibuat ketakutan bukan main.

Mustahil untuk dirinya berlari... dengan keadaan kaki seperti itu. Ia hampir pasrah Tapi mendadak ia seperti mendapat ide, ia langsung ayunkan tasnya lalu tonjok burungnya, yang langsung membuat pria itu kesakitan. "Aaa!" teriaknya.

Ia langsung kabur saat itu juga. Berlari kecil mempercepat diri, meski dalam keadaan kaki yang pincang.

Ia terus berlari hingga akhirnya ketika ia hendak meminta pertolongan kepada seorang pria malah dirinya justru dibekap oleh pria itu, ia menggigit tangannya lalu pergi menjauh dengan kaki yang masih pincang.

Ia menangis dan menjerit meminta tolong. Tapi sayangnya tidak ada orang disana.

"Mama... Tolong aku! Tolong! Siapapun tolong...!" pekik Winda berjalan tergopoh-gopoh dengan pincang. Jauh didepan sana mengarah padanya, dikiranya itu mobil yang akan menolongnya tapi ternyata mobil itu malah justru melaju kencang mengarahnya, ia berteriak dan langsung ditabrak oleh mobil itu hingga menjatuh ke lantai dalam keadaan berlumuran darah. Tidak sadarkan diri.

"Misi selesai." ujar pria suruhan Alcyone langsung masuk ke dalam mobil yang melaju menabraknya tadi.
Alcyone baru saja menerima telepon dari orang suruhannya tadi dan cukup senang atas kabar itu.

"Kita lihat apa responnya setelah ini... tetap pada pendiriannya atau ikut dengan pilihanku." ujar Alcyone tersenyum menyeringai.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang