24

8K 294 6
                                    

"Kamu bukan Rayyan!"

Alcyone tersentak.

"Saya Rayyan."

Ana merasa sangat pening kepalanya.

"Kenapa nama di kontak teleponku namamu Alcyone bukan Rayyan!" tandas Ana.

Alcyone diam-diam menyunggingkan senyum kecil. Ia langsung berkata.

"Harus berapa kali aku harus memberikan kesaksian hmmm? Aku adalah suamimu sekarang." ia tersenyum menyeringai.
Ana masih pusing.

"Itu artinya kamu bukan Rayyan." ucap Ana masih dalam keadaan memegang kepalanya.

"Saya Rayyan, suamimu."

Ana merasa bingung, kenapa ia tidak bisa mengingat apapun saat itu, wajah Rayyan pun dirinya tidak ingat. Apa sebenarnya yang terjadi padanya?

"Kenapa aku tidak bisa mengingatmu? Bahkan wajahmu saja aku tidak ingat." ucap Ana kesal.

Alcyone paham dan mengerti, apa yang sedang dirinya rasakan. Ia kemudian menghampiri Ana lalu pegang kedua bahunya. Ia berbisik.

"Jangan khawatir, kamu tidak perlu merasa takut seperti itu, karena suamimu ini tidak akan melukai wanita yang dicintainya."

Ana entah kenapa lebih merasa tenang sekarang, apalagi saat dipeluk oleh Alcyone saat itu.

Ana bisa merasakan pelukan yang hangat darinya, cukup aneh dimana ia merasakan pelukan yang berbeda, tubuh Rayyan setahunya tak sebesar itu, dan pelukannya juga tak terlalu kuat seperti ini. Apakah mereka benar orang yang sama?

Kenapa mendadak ia jadi berpikir kalau Rayyan bukan orang ini?

"Kamu hanya berpikir terlalu berlebihan, kalau saya orang lain lantas kenapa saya memilih untuk menikahimu?"

Entah kenapa perasaannya semakin tenang lagi tatkala ia berbicara demikian. Ia mencoba untuk mempercayai lelaki itu.

"Kalau kamu bertanya soal nama kontak di nomor kamu, saya pernah diberikan hape oleh tuan Alcyone, hape yang cukup bagus lalu berniat ia buang, menurut saya itu sayang, lalu saya memungutnya, dan mulai saat itu saya sering memakai ponsel itu, yang satu milik saya dan satu lagi milik tuan Alcyone."

"O-oh gitu. Kamu gak bilang, kirain kamu dia."

Alcyone tersenyum. "Tidak mungkin."

"Bilang makanya dari awal." ucap Ana merajuk manja dan langsung memeluk Alcyone kembali. Pria itu tersenyum menyeringai dibelakang, sembari mengusap punggungnya lembut.

"Saya berniat mengajak kamu besok pergi ke Ancol, kamu mau?" tanya Alcyone.

"Eh? Memangnya kamu enggak kerja? Bukannya kamu harus dinas ke luar kota? Apa udah kelar dinasnya?" tanya Ana.

"Ah, maksud saya hari minggu. Dinas ke luar kotanya sudah tidak lagi aktif, sudah selesai. Dan sekarang saya bekerja disini kembali."

"Oh gitu, horeee. Bisa berduaan terus dong disini." ucap Ana. Alcyone tersenyum.

"Enggak sabar nunggu hari minggu nanti. Pokoknya aku bakalan masakin kamu makanan yang enak nanti. Ah atau kalau bisa aku bakalan masakin makanan favorit kamu." ucap Ana kembali ceria dari yang tadinya murung.

Alcyone tersenyum.

Betapa polosnya wanita satu ini, tidak heran membuatnya betah berlama-lama membodohinya, karena dalam posisinya yang seperti ini tak pelak membuatnya semakin berada di atas angin. Ia cukup berharap kalau situasi seperti ini akan bertahan cukup lama.

"Kamu udah makan belum mas?" tanya Ana.

"Belum. Kamu masak?" tanya Alcyone.

"Iya masak. Coba deh enak enggak makanannya."

"Kalau begitu kamu juga harus ikut." ucap Alcyone memegang tangan Ana, membawanya pergi ke ruang makan.
Ana disuruh duduk olehnya ke kursi, sama halnya dengan dirinya yang duduk disebelahnya.

"Kamu juga harus ikut makan."

"Eh? Tapi aku gak laper." ucap Ana yang langsung terhenti saat ingin menyiuk nasi.

Alcyone langsung ambil piring satu lagi untuk mengambil nasi dan lauknya ke atas piring itu. Kemudian suapi Ana dengan satu sendok nasi dan lauknya.

"Kita suap-suapan Ana. Saya suapi kamu, kamu suapi saya. Bisa?" tanya Alcyone tersenyum.

Ana mengangguk patuh. Ia langsung suapi Alcyone dengan malu-malu. Alcyone menyuapnya dengan lahap.

"G-gimana? Enak gak mas?' tanya Ana malu.

"Enak sekali rasanya, bahkan lebih enak dari rasa restoran bintang lima." ucap Alcyone membuat Ana terkekeh senang.

"Mas bisa aja. Nanti kalau kerja aku masakin kayak gini ya." ucap Ana. Alcyone mengangguk.

Mereka masih suap-suapan saat itu.
Malam harinya Ana dan Alcyone saling tidur berhadapan, Ana terus memandangi wajah tampan Alcyone yang ada dihadapannya, bahkan gatal sekali rasanya ingin menyentuh wajahnya yang seperti pahatan paling indah karya sang pencipta.

Tanpa sadar tangannya pun terulur dan jatuh ke atas wajahnya, mengusapnya lembut. Namun tiba-tiba saja tangan besar Alcyone segera menjatuh ke atas pundak Ana bahkan terkesan seperti memeluknya.

Sangat pengap, apalagi saat melihat wajah Alcyone sangat begitu dekat dengan wajahnya hingga nafasnya pun terasa sangat hangat.

Ia segera mencoba melepas diri, keluar dari tangannya tapi sayangnya kuat sekali, ia benar-benar terjebak didalamnya dan merasa panas. "Mas... Aku gak bisa nap--"

Ana yang berontak langsung mendapatkan sebuah ciuman di pipi dari Alcyone. Namun Ana merasa jika ia tidak sedang bangun, matanya masih terpejam, Ana coba keluar dan berontak.

Tapi sayangnya tetap tidak bisa, bahkan secara mengejutkan Ana kembali dicium pipinya oleh Alcyone. Ana merasa heran.

"Kamu bangun ya mas!" ucap Ana curiga. Alcyone membuka kedua matanya dan tertawa. "You have keen eye babe." ucap Alcyone.

"Kamu sendiri kenapa belum tidur hmm? Menyentuh wajahku seakan itu adalah pahatan yang mengagumkan. Kau merasa puas hmm atas hal itu?" tanya Alcyone.
Ana merasa sangat malu.

"A-aku.... Maaf." ucap Ana langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Alcyone langsung buka tutupan tangannya dan berkata. "You shouldn't avoid me babe." ucap Alcyone membuat Ana semakin malu, ia terus membenamkan wajahnya didalam tangan.

"Come on..." ucapnya mencoba terus membukanya hingga Ana menyerah dan membukanya. "Look at me." ucapnya.

"Look..."

Ana coba menatap wajahnya. Alcyone tersenyum. "You feel better now? Only just look at me? You must feel satisfied right?"

Ana yang terlalu malu malah jadi mengembungkan pipinya. "Kau bisa menyentuhnya kapanpun, coba..... Feel free to touch it. Ini bagian dari milikmu juga kau tahu?" ujar Alcyone memegang tangan Ana dan taruh tangan wanita itu menyentuh wajahnya. Ana benar-benar malu, ia segera menyudahinya.

"Sepertinya kau masih terlalu takut hmm? atau apa ini hanya rekayasamu saja yang berpura-pura polos?" tanya Alcyone.

Ana kembali menutupi wajahnya, ia benar-benar malu sekalipun dihadapannya adalah suaminya sendiri.

Ini seakan pertama kalinya ia tidur bersama dengannya.
Ana mendengar suara ponselnya berbunyi. Ia langsung ambil ponselnya dan lihat ada chat dari sang kakak.

Saat dibaca ternyata sang kakak ingin kalau dirinya mengirim foto Alcyone yang baru. Tentu ia pun sedikit aneh atas ini, kenapa tiba-tiba meminta fotonya? Memangnya untuk apa?

Esok paginya

Di toko. Hilma mendadak dapat chat dari Reno dan ia tak lain mengirim foto Rayyan yang terbaru. Ia yang kaget karena perubahan wajahnya tak sengaja langsung menjatuhkan baju yang dipegangnya.

"Ya ampun, kok bisa.... Kok bisa berubah jadi Taehyung waaaa!"

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now