22

10.5K 315 2
                                    

"Ah enggak, cuma aja aneh.... Kayak mukanya beda aja."

"Muka siapa?"

Alcyone sudah tegang saja saat itu, ditambah Loki yang berada disana. Ia bahkan merasa ini waktunya untuk memberikan penjelasan.

"Muka Rayyan, kok kayak beda aja sama yang kemarin mas lihat."

"Muka mas Rayyan? Kok bisa beda? Ini mas Rayyan mas." ucap Ana heran.
"Iya ya mungkin salah kali ya."

"Iya mas masa beda." ucap Ana.

Rayyan masih terus menatap selidik Alcyone dari ujung ke ujung. Ia membatin. "Aneh banget deh, perasaan keliatan bener perbedaannya, tapi kok Ana malah enggak kenapa-napa ya? Masa iya sih gue salah?" batin Reno masih memperdebatkan hal yang sama.

Jika dipikir, waktu itu Ana pernah menangis dan meronta-ronta meneriaki Rayyan dibunuh, tepatnya sebelum ia masuk rumah sakit. Maksudnya apa ya dia berkata seperti itu?

Apakah mungkin hanya halusinasi Ana saja atau memang terjadi sesuatu pada Rayyan?

"Halah kok gue jadi mikir ngaco gini sih. Coba deh nanti gue kasih tahu temannya Ana, dia kan juga tahu gimana muka Rayyan karena sering ketemu, mungkin dia bisa ngasih tahu perbedaannya." batin Rayyan.

Ana kemudian berkata untuk menyudahi lamunan Rayyan. "Mas, kapan nih rencananya mau nyusul aku?" tanya Ana.

"N-nyusul? Haha kapan ya, mungkin nanti kalau udah ada calonnya."

"Sama temanku yang kemarin aja ya?" tanya Ana.

"Hilma? Enggak lah, dia kan aneh, gak jelas. Intinya mah mas pengen sendiri dulu. Oh iya soal hutang kamu yang waktu itu gimana? Udah dibayar belum?" tanya Reno. Ana merasa heran.

"Hutang yang mana?" tanya Ana mencoba untuk mengingat-ingat tapi malah dirinya merasa sangat pusing ketika mengingatnya.

Alcyone langsung memegang bahu Ana dan mencoba meluruskan. "Ah, mungkin Ana enggak boleh berpikir terlalu keras dulu, dia masih sering pusing kalau disuruh mengingat-ingat hal kemarin." ucap Alcyone menjelaskan, Loki tahu sekali ini bagian dari rencananya.

Betapa rapinya ia menyembunyikan semua ini.

Reno memakluminya. "O-oh yaudah." meski terasa aneh untuknya melihat Ana seperti mengalami trauma berat yang menyebabkannya pusing. Kok kayaknya juga seperti ada yang ditutupi, benar-benar aneh.

Tak lama Reno pun pulang, membiarkan Ana dan Alcyone berduaan lagi kini didalam rumah itu. Alcyone memegang kedua pundaknya.

"Kamu jangan berpikir berat dulu ya. Kau harus istirahat yang cukup." ucap Alcyone. Ana mengangguk.

"Saya pergi dulu, kalau ada perlu apapun tinggal minta bantuan para bodyguard itu. Mereka akan terus berada disini setiap hari sampai kamu benar-benar pulih." ucap Alcyone.

"Kamu mau kemana sekarang? Ke tempat kerja? Tapi kok sore?' tanya Ana.

"Enggak, pokoknya ke suatu tempat. Tunggu ya." ucap Alcyone menyeringai sembari mendekatkan wajahnya ke depan wajah Ana.

Berbisik di telinganya dengan lembut. "Jaga diri kamu, saya tidak akan lama." ucap Alcyone yang langsung mengambil jasnya lalu pergi dari sana.

"Hati-hati." ucap Ana sembari melambaikan tangan.

Michele terus menelepon Alcyone tapi tetap tidak diangkat, ia merasa heran dengannya. Ia bahkan sudah mencoba pergi ke kediamannya tadi tapi tetap tidak ada tanda hadirnya.

Loki juga tidak ada. Kemana sebenarnya ia pergi? Padahal Michele sangat ingin merekomendasikan seseorang untuk menjadi istrinya. Ia sangat ingin menjodohkan sang anak kepada teman karibnya yang juga memiliki seorang putri.

"Sepertinya aku harus pulang sekarang, percuma berlama-lama disini." ucap Michele berniat akan pergi tapi sayangnya Alcyone keburu muncul bersama Loki.

"Sepertinya ada yang sedang ditunggu, mungkinkah menyita waktu lama sudah menjadi hobi barumu?" tanya Alcyone.

Michele tersenyum. "Bukan hobi baruku, tapi kamu yang cukup keterlaluan, mendiamkan telepon dari ibu begitu saja."

"Aku sibuk, tidak ada waktu untuk melihatnya. Ada perlu apa?"

"Ibu ingin menawarkan seseorang untukmu, kamu mau ya? Dia sangat cantik loh. Dia pasti akan menjadi istri yang sempurna." tanyanya.

"Tidak, terima kasih. Jika ibu bertanya soal istri, aku sudah memilikinya." ucap Alcyone.

"Heh? Istri katamu? Jangan bercanda kamu." ucap Michele tidak percaya. Sepertinya ekspektasinya runtuh.

"Bagaimana bisa kau memiliki istri padahal menikah saja belum?!" tanyanya kembal.

"Itu pekerjaan mudah sebenarnya selama kau memiliki uang." ucap Alcyone yang langsung terduduk di kursi putarnya.

"Kamu benar-benar telah menikah Al? Astaga, wanita mana yang sudah kau nikahi?! Kamu menikah tidak atas persetujuanku bahkan?!" tanya Michele masih tak percaya.

"Itu karena semua terlalu mendesak. Saya tidak bisa langsung memberitahu ibu karena situasinya cukup riskan." ucapnya.

"Seriskan apa situasinya hingga menikah tidak memerlukan wali?" tanyanya heran.

"Ada walinya dan itu bukan dirimu."

"Bisa ibu bertemu dengannya, orang yang sudah kau nikahi itu?" tanyanya.

"Ibu akan terkejut."

"Tentu saja, berita ini bahkan lebih membuat ibu terkejut lagi! Sudahlah kau duakan saja wanita itu."

"Tidak mungkin, tidak akan terjadi."

"Kenapa memangnya? Bahkan ayah kandungmu saja sering melakukan hal seperti itu?" tanya Michele heran.

"Itu karena wanita itu tidak akan mau diperlakukan seperti itu."

"Bahkan kau memanggilnya masih dengan sebutan wanita itu. Lantas kenapa kamu menikahinya heh? Kamu tidak mencintainya kan? Kamu berpura-pura menikahinya kan?"

"Aku mencintainya."

Michele tersentak. Ia langsung mendecih setelahnya. "Sebaik apa figur orang yang mampu membuatmu jatuh cinta?"

"Tidak sebaik apapun yang ibu pikirkan, tapi tetap saja aku mencintainya. Tapi dia cukup membuatku merasa sempurna."

"Duakan dia, dan nikahi anak teman ibu." ucapnya dengan nada penekanan dan mengancam. Alcyone menggeleng, ia ambil rokoknya lalu hisap penuh khidmat, hingga mengepul keluar asapnya.

"Aku tidak akan pernah mengkhianatinya selama dia tidak mengkhianatiku."

"Coba perlihatkan ke ibu gadis seperti apa yang sudah kau nikahi." ucap Michele menagih, Alcyone lambat meresponnya ia masih santai dengan rokoknya.

Ia mengambil ponselnya lalu usap layarnya dan tunjukkan foto Ana di ponselnya.

"Itu fotonya."

Michele ketika melihatnya langsung melotot menganga. "Astaga kamu menikahi wanita yang bahkan menutupi kepalanya. Aku yakin dia pasti wanita yang melakukan sihir padamu supaya kau terpikat dengannya."

"Tidak mungkin, orang setaat dirinya tidak mungkin menempuh jalan itu."

"Ceraikan dia atau duakan dia."

"Tidak keduanya. Aku akan tetap pada pendirianku dengannya. Sudahlah tidak perlu mengatur-atur hubungan pribadiku. Aku bahkan baik-baik saja selama ini tanpa aturan darimu." ucap Alcyone.

"Kau benar-benar tak menghargai diriku heh! Pokoknya ibu akan melakukan berbagai cara supaya kalian berpisah!" ancam Michele yang langsung pergi dari sana.

"Whatever, coba saja."

Loki menghampirinya lalu menyerahkan surat kabar padanya. Tidak lain itu adalah koran yang memuat harga kepala dirinya yang bernilai ratusan miliyar dollar, itu bahkan sampai dimuat cover paling depan surat kabar. Alcyone hanya mendecih dan geleng-geleng kepala lalu terkekeh. "Sepertinya kematian Rayyan sudah cukup membuat heboh mereka semua." ucap Alcyone bangga.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang