43

5K 177 0
                                    

Winda terlihat bingung saat itu. Lebih lebih lagi Alcyone yang kelihatan heran setengah mati dengan sang ibu.

"Apakah hanya karena anda mengubah penampilannya seperti Ana, saya sebegitu cepat berpaling dari Ana? Jelas tidak mungkin, itu adalah hal terkonyol yang pernah terlintas dibenak kalian!" ujar Alcyone.

"Al, kau akan sangat menyesal jika masih tetap mempertahankan hubunganmu itu!" tandas Michele.

"Saya peringatkan padamu, jangan sekali-kali kau melakukan hal konyol lagi terhadap Ana. Atau kalau tidak wanita ini yang akan menjadi korbannya." ujar Alcyone tersenyum menyeringai menunjuk ke arah Winda.

Winda merasa sangat jengkel, ia muak dengan tingkah Alcyone dan langsung angkat bicara, menunjuk.

"Kamu pikir aku wanita seperti apa! Yang mengemis cinta padamu dan menunggumu hingga aku mati? Kamu pikir aku tidak punya hati... Hanya karena kamu seorang mafia, bisa melakukan segala hal semaumu? Aku bahkan tidak sudi menjadi istri dari seorang mafia bucin macam kamu! Kelihatannya saja keren, kejam, dingin... Padahal sampah!" tandas Winda membuat Alcyone mendecih.

Baru kali ini ia diremehkan seperti itu, dia rupanya berniat mencari gara-gara dengannya. "Kau tidak melihat siapa orang yang ada dihadapanmu?" tanya Alcyone.

"Aku melihat, aku bahkan tahu silsilah keluargamu! Dan aku tidak perduli semua itu!" tandas Winda.

"Bagus kalau kau tidak perduli, sekarang juga apa kau berminat untuk aku permainkan?" tanya Alcyone.

"A-apa maksudmu?"

"Semenjak kau menjadi orang yang diagungkan oleh ibuku, aku akan membuatmu menderita..."

"Dasar tidak waras! Sinting!" tandas Winda.

"Pengawal, bawa dia ke penjara bawah tanah..."

"Apa apaan ini Alcyone! Apa kau gila hah!"

"Aku tidak gila, kau yang membuatku gila! Terang-terangan kusebut Ana sebagai istriku, tapi kalian malah merencanakan hal lain, hingga bahkan berniat mengancam nyawanya hingga bayi yang dikandungnya... Aku jebloskan kalian berdua ke penjara bawah tanah sekarang juga! Pengawal!" tandas Alcyone yang di akhir memekik memanggil pengawalnya.

Dan benar saja, pengawal-pengawal itu tanpa pandang bulu langsung menangkap mereka.

"Apa kau gila Alcyone! Aku ini ibumu! Kau keterlaluan!" tandas Michele.

"Tidak perlu mengucapkan hal yang sering kudengar, kau sendiri tidak pernah benar-benar bersikap layaknya seorang ibu yang baik selama ini." ujar Alcyone.

"Akhh!" Michele dibawa pergi dari sana dengan para pengawalnya. Alcyone tersenyum picik.

"Tidak ada lagi yang perlu kukhawatirkan sekarang." ujar Alcyone.

Alcyone segera merogoh ponselnya dan telepon seseorang. Tidak lain itu adalah Ana. "Bagaimana keadaanmu? Syukurlah kau menerima telepon dariku... Kukira akan selamanya kau tidak menerima teleponku..."

"Ah iya maaf soal itu..." ujar Ana gugup.

"Kamu sudah makan?" tanya Alcyone.

"Udah tadi pagi, sekarang belum, lagi masak..."

"Masak apa? Biasanya kau memasak tumis tumisan. Aku suka masakan buatanmu, ah dan juga masakan favorit Rayyan... Aku suka... Aku suka apapun yang kau masak.... Kapan kapan buatkan aku..."

"E-eh iya..."

"Makanlah yang banyak... Hanya kamu yang cukup tahu apa yang terbaik untuk janinmu itu... Atau apa perlu pengawalku disana membelikanmu sayur mayur dan berbagai makanan yang bergizi?" tanya Alcyone.

"Tidak perlu, terima kasih, aku sudah membelinya."

"Mau sampai kapan kita seperti ini? Apakah kamu masih tidak mengijinkan aku pulang ke rumah?" tanya Alcyone.
Ana terdiam.

"Kamu masih belum sepenuhnya memaafkanku?" tanya Alcyone.
Ana masih terdiam.

"Katakan sesuatu, apa yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku..." ujar Alcyone.

"Aku sudah memaafkanmu..."

"Benarkah?"

"Iya..."

"Syukurlah.... Jadi sekarang kau mau..." belum selesai bicara teleponnya sudah ditutup.

"Kok ditutup sih?" tanya Alcyone langsung menelponnya kembali tapi sayangnya wanita itu tidak lagi menerima panggilannya.

"Apa dia masih belum sepenuhnya memaafkanku?" batin Alcyone cemas.
Dietrich tertawa cekikikan selepas mendengar kabar soal tertangkapnya Michele dan dijebloskannya ia ke penjara bawah tanah oleh Alcyone.

"Dasar bodoh, itulah akibat dari tindakannya yang terlalu rusuh. Dan akibat juga dirinya yang tak mematuhi perkataanku... Hal yang Alcyone lakukan sangat tepat untuk ukuran orang macam dia hahaha.." tawanya merasa sangat puas.

Ferdi dihadapannya segera berkata. "Saya bisa menjamin selama nyonya Michele berada didalam penjara, nona Ana akan aman."

"Ya itu bagus untuknya."

"Jadi soal keberpihakan anda, apakah anda berniat akan berada di pihak tuan Alcyone sekarang?" tanya Ferdi.

"Yah, aku memilih untuk berada dipihaknya..."

"Dengan kata lain anda merestui mereka."

"Kemungkinan begitu."

"Soal ini, akan saya beritahukan kepada tuan Alcyone." ujar Ferdi.

"Terserah."

Tiba-tiba seorang lagi anak buahnya menghampiri. "Tuan, polisi sepertinya sedang mencari siapa pelaku pembunuh mantan suami Ana. Mereka menuduh tuan Alcyone pelakunya.

Mereka memiliki cukup bukti dan berniat mengejar tuan Alcyone serta menjebloskannya ke penjara, bahkan mereka bekerja sama dengan polisi internasional untuk meringkusnya." ujar anak buahnya itu.

"Apa berita ini sudah sampai ke telinga Alcyone?" tanya Dietrich.

"Belum tuan."

"Katakan padanya, kalau dia harus pindah keluar negeri jika masih mau hidup tenang, disini ia akan terus diintai oleh mereka... Tidak akan nyaman hidupnya..." ujar Dietrich.

"Baik tuan, akan saya sampaikan."
Disaat yang sama di kantor polisi.
Telah diadakan rapat kedua setelah rapat pertama di hari yang sama. Dimas yang memimpin rapat saat itu selaku pimpinan.

"Sepertinya ini akan menjadi tantangan kita dalam bertugas. Orang semacam Alcyone tidak boleh kita biarkan, sekali mereka mendapat celah disitu mereka akan terus memanfaatkan celah itu, bahkan memperlebar celah celah lainnya...

Rekan kerja kita sudah menjadi korban atas keganasan kelompok tengkorak hitam. Apalagi yang kita tunggu?"
"Ya benar saya setuju dengan pak Dimas."

"Alcyone sepertinya juga sedang lengah, bukankah kita bisa gunakan bu Ana juga sebagai umpan untuk menariknya keluar?" tanya pria lainnya.

"Tidak, jangan libatkan dia lagi... Bu Ana sudah mengalami trauma yang berat atas hal ini. Tidak mungkin kita bebankan semuanya ke bu Ana... Saya khawatir hal buruk malah terjadi padanya." ujar Dimas. Salah satu temannya berkata dengan nada kesal.

"Halah, kelamaan kalau enggak pakai dia... Memangnya kamu bisa pastikan kita enggak akan kecolongan lagi? Seringnya kita kecolongan itu akibat kita yang tidak bisa memanfaatkan situasi." ujar Dewa.

Dimas mengernyit heran. Kok jadi dia yang sewot ya?

"Tapi disini kita harus melihat kondisi mental bu Ana juga. Saya tidak ingin bu Ana pada akhirnya jatuh sakit dan menjadi korban akibat keegoisan kita. Itu saja yang ingin saya sampaikan. Rapat ditutup hari ini, kita bertemu di kediaman Alcyone besok." ujar Dimas.

Mereka pun bubar, Dewa terlihat masih tidak terima dengan hasil keputusannya. Ia berbisik pada rekannya yang juga ikut meeting barusan.

"Kita harus jadikan Ana sebagai umpan untuk mengelabui Alcyone... Ini adalah satu satunya cara bagi kita untuk mendapatkan Alcyone dengan cepat." ujar Dewa.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang