44

4.8K 178 0
                                    

Michele terlihat jijik dengan seluruh pemandangan disel tahanan itu. "Ish, menjijikan... Ada banyak kecoa dan tikus yang membuatku ingin muntah." ucapnya merasa mual.

Winda merasa bingung, ia memikirkan cara untuk mereka keluar dari sana.

"Hapeku disita. Aku enggak bisa menghubungi orang tuaku." ujar Winda.

"Iya sama halnya denganku." ujar Michele.

"Gimana kalau kita berpura pura ke kamar mandi dan mengambil kunci? Kita serang terlebih dahulu mereka dan kita menyamar jadi mereka?"

"Ah apakah bisa seperti itu? Kau saja deh... Aku menunggu disini Win.." ujar Michele.

"Yaudah tante, hey penjaga! Aku ingin buang air kecil.. Hey! Penjaga!" pekik Winda. Seorang pengawal Alcyone pun segera menghampirinya dan membuka pintunya dengan segera.

Meski sayangnya pengawal Alcyone langsung menarik tangan Winda, menjaganya supaya tidak kabur. Winda merasa sedikit sebal karena tidak ada celah baginya untuk kabur.

Ketika Winda sudah selesai dari kamar mandi, anak buah Alcyone tadi lantas menghampirinya. "Sudah kan?" tanyanya.

Winda bingung ia merasa ingin kabur tapi sulit, ia mencoba untuk berpikir saat itu. Terlintas sesuatu dikepalanya, ia berniat akan menggunakan tali sepatunya untuk mencekik dan benar saja itu langsung dirinya lakukan setelahnya, dan anak buahnya itu langsung tercekik dan dibekap mulutnya hingga pingsan.

Winda seret pria itu masuk ke dalam toilet dan langsung buka baju dan ambil seluruh pakaiannya yang dikenakan oleh pria itu. Winda kini memakai pakaiannya dan menyamar sebagai dirinya.

Ia langsung dekati ke tempat pos mereka, dan cari kunci kemudian hampiri sel tahanan segera buka pintu selnya. Mereka bebas semudah itu.
Mereka kini jalan menyelinap keluar dari sana.

Michele berkata. "Terima kasih karena kamu kita bisa bebas sekarang."

"Pokoknya kita keluar jangan kasih tahu siapa siapa termasuk Alcyone ya tan... soalnya takut banget kalo Alcyone buat kita kayak gini lagi..." ujar Winda.

"Iya tante enggak akan dekati Alcyone lagi dalam beberapa waktu ini... Lihat saja nanti aku akan kasih dia pelajaran." ujar Michele.

"Kalau bisa jangan libatkan aku lagi... Aku capek harus berhadapan dengan dia. Aku juga enggak mau nikah sama orang yang belum pernah selesai dengan masa lalunya." ujar Winda.

Michele tersenyum tipis. Alcyone benar-benar menghancurkan semuanya. Rencananya gagal total.

Tapi dengan sangat mengejutkannya Michele melihat ada begitu banyak polisi diseberang sana. Tentu membuat dirinya kaget.

"Kenapa banyak polisi? Bahkan ada polisi internasional segala, apakah terjadi sesuatu pada Alcyone? Ah peduli amat... Aku tidak akan perduli lagi tentangnya." batinnya yang langsung pergi meninggalkan rumah besar itu. Bersama Winda.

Didalam rumah, Alcyone sudah bersiaga saat itu membawa pistolnya dan melihat keluar jendela, memeriksa situasi.

"Aku tidak menyangka mereka akan datang serombongan begini, sebenarnya siapa yang mengundang mereka kesini, mengganggu waktu santaiku saja." ujar Alcyone.

"Apakah tuan sudah siap? Kita akan jalan menuju ruang bawah tanah." ujar Loki.

"Ya, aku sangat siap." ujar Alcyone.
Sejujurnya berita tentang kedatangan mereka saat ini telah diketahui Alcyone, berita yang disampaikan oleh Ferdi, ajudan ayahnya yang beberapa saat lalu menelepon.

Mengatakan kalau seluruh jajaran polisi bekerja sama dengan polisi interpol untuk mengepung mereka.

Syukurlah ia jadi tidak perlu repot-repot menghadapi mereka. Alycone segera berjalan menuju ke ruang bawah tanah, disana Alcyone sudah mendengar baku tembak antar polisi dan ajudannya, Alcyone ditemani oleh Loki dan lima pengawal lainnya.

Alcyone terus berjalan menyelusuri ruang bawah tanah, hingga akhirnya ia berhasil keluar dari ruang bawah tanah itu melalui sebuah pintu yang terhubung ke halaman belakang rumahnya.

Di samping rumahnya terlihat mobilnya sudah terparkir. Selagi berjalan menuju ke arah mobil, Alcyone mendengar suara tembakan yang terus berulang di arah depan rumahnya. Masih anak buahnya yang berhadapan dengan para polisi.

Namun tiba-tiba saja ada beberapa polisi melihat ke arah mereka. Tentu mereka langsung berlari ke arah Alcyone sambil memberondong tembakan.

Alcyone merunduk dan mempercepat jalannya, tembak balik mereka. Beberapa anak buah Alcyone mencoba melindunginya, dan ikut menembak polisi. Banyak polisi yang bertumbangan saat itu.

Namun tiba-tiba saja Dewa muncul dengan membawa Ana.

"Hey! Lihat ini!" pekik Dewa mengarahkan pistol ke pelipis Ana. Tentu membuat Alcyone kaget saat melihat Ana ada disana. "Ana?"

Ana tersenyum nanar. "Teruslah berjalan!" pekiknya.

Alcyone meradang, ia kesal, kenapa Ana ikut ikutan dibawa ke dalam masalah ini!

"LEPASKAN ANA!" pekiknya.

Dewa tertawa membahak. "Bukankah ini akan jadi pertunjukkan drama terbaik yang pernah kau lihat?" tanya Dewa membuat Alcyone makin kesal.

Ia arahkan pistol menuju ke arah Dewa, semakin membuat Dewa menempelkan ujung pistolnya ke pelipis Ana.

Membuat Alcyone cukup bingung dengan hal ini. Loki berbisik. "Apakah tuan berniat untuk menyerah?" tanya Loki.

"Sial..." mau tak mau pun Alcyone segera menurunkan pistolnya perlahan ke bawah tanah. Ana berteriak. "Aku akan baik baik saja! Aku mohon jangan! Mas!"

Alcyone terus menurunkan pistolnya hingga hampir menyentuh tanah. Ana terus berteriak.

"Mas! Jangan! Udah kamu kabur aja!" pekik Ana berulang, meski sayangnya Alcyone tidak mendengar perkataannya hingga pistol itu berada diatas tanah, tangannya terangkat keduanya ke atas.
Saat itu juga Dewa memekik keras pada anak buahnya.

"Cepat tangkap dia!" pekik Dewa. Langsung dipatuhi oleh anak buahnya, Alcyone segera diringkus, diborgol tangannya. "Mas Alcyone..."

Ana terus mengejar Alcyone yang ditangkap oleh anak buah Dewa.

"Mas... Mas Alcyone..." ucap Ana menangis, ia memegang tangan Alcyone, lelaki itu tersenyum dan mengusap pipinya dan air matanya.

"Jaga diri kamu An... Perjuanganku untuk melindungimu dan membahagiakanmu mungkin cukup sampai disini." ujar Alcyone.

"Enggak mas... Jangan pergi... Kenapa kamu malah menyerahkan diri... Kenapa kamu enggak pergi aja... "
Alcyone mengusap perut Ana.

"Tidak mungkin hal itu terjadi. Oh iya... Jaga anak kita ya..." ujar Alcyone yang langsung dibawa masuk ke dalam mobil. Ana berguguran air mata.

"Mas!"
Mobil membawanya pergi saat itu, makin membuat Ana sesegukan disana. Meratapi kepergiannya. Dimas menghampiri Ana.

"Mbak Ana..."

Ana langsung mengusap wajahnya serta air matanya.

"Saya benar-benar enggak bermaksud untuk menggunakan mbak Ana. Ini diluar pengetahuan sa--"

"Puas kan? Dia tertangkap sekarang akibat manipulasi kalian..."

"Tunggu... bukankah harusnya mbak Ana senang dia sudah tertangkap?"

"Dia sudah menyesal... Dia terang-terangan berbicara padaku kalau dia ingin bertanggung jawab, atas segala kesalahannya di masa lalu..." ujarnya berurai air mata. Dimas tersentak.

"Jangan bilang, mbak Ana sekarang berada di pihak Alcyone?"

"Saya merasa cukup egois, menginginkan dia untuk bertanggung jawab dengan menjadi ayah dari anaknya ini... Saya hanya ingin dia bertanggung jawab untuk menjadi sosok ayah bagi anaknya..."

Dimas terdiam dikatakan seperti itu. "Saya ingin kalian membebaskan Alcyone!" ujar Ana.

Dimas tersentak.

"Bagaimana mungkin mbak... Sedangkan dia adalah mafia yang sangat kami incar sudah lama. Tidak mungkin semudah itu.."

Ana tersenyum lirih. "Ya, aku tahu, itu adalah jawaban yang pasti akan kudengar."

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang