47

5.6K 186 0
                                    

"Kedatangan saya kesini ingin berbicara sesuatu sama mbak Ana." ujar Dimas.
Ana mulai merasa tidak nyaman.

Tapi ia tidak bisa membiarkan begitu saja tamu yang datang jauh-jauh. Ana mempersilakan dirinya untuk masuk.

"Silahkan masuk pak." ujar Ana. Dimas dengan senang hati masuk ke dalam rumahnya, menaati keinginannya dan segera duduk. Ana duduk tak jauh darinya. Mereka saling terdiam, sunyi sekali. Mungkin karena gugup. Dimas duluan bicara, memecah keheningan saat itu.

"Saya kesini hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan ke mbak."

"Soal apa ya?"

"Alcyone.... Apa mungkin Alcyone pernah kesini atau menghubungi mbak dalam waktu dekat ini?"

Ana tersentak dan kemudian menggeleng.

"Sama sekali enggak pernah kesini dan menghubungi mbak?" tanya Dimas.

"Iya pak... Saya enggak tahu keberadaan dia dimana sekarang... Saya enggak pernah dapat kabar apapun darinya semenjak kejadian kerusuhan waktu itu." ujar Ana membuat Dimas jadi beralih bingung.

"Saya boleh tahu apa mbak lagi marahan atau ada konflik sama dia sampai enggak saling berhubungan cukup lama?"

"Enggak tau pak, saya bener-bener enggak ngerti soal ini..."

Dimas merasa prihatin dengannya. Apalagi saat melihat Ana sudah melahirkan seorang anak. Sudah tidak besar lagi perutnya.

"Mbak anaknya udah usia berapa? Lahir normal kan mbak?" tanya Dimas.

"Iya pak. Alhamdulillah normal. Sekarang udah usia 3 bulan pak."

"Oh alhamdulillah... Perempuan apa laki laki mbak?" tanya Dimas.

"Alhamdulillah perempuan." ujar Ana.

"Alhamdulillah ada yang bisa bantu-bantu ibunya dirumah." ujar Dimas mengekeh. Ana ikut terkekeh.

"Iya pak alhamdulillah." ujar Ana.

"Kalau boleh tahu... maaf...dia itu anak mbak dari pak Rayyan atau hasil hubungan mbak sama Alcyone?" tanya Dimas.

"Itu... Hasil hubungan saya sama mas Alcyone pak." ujar Ana, Dimas terlihat kaget mendengarnya dan menutupinya dengan senyuman.

"Itu artinya dia anak Alcyone?"

"I-iya.."

Ana merasa sedikit terpaksa mengatakan hal itu. Masalahnya Alcyone telah menjadi buronan mereka.

Bagaimana Ana harus menyembunyikan fakta ini darinya?

Padahal dia jauh-jauh datang untuk menanyakan soal Alcyone kepadanya. 

Mereka saling terdiam. Ana berinisiatif untuk membuatkan kopi untuknya.

"Saya buatin kopi dulu ya pak." ujar Ana langsung pergi meninggalkannya, menuju ke dapur.

"Enggak usah repot-repot mbak..." pekik Dimas. Ana merasa cukup gerogi saat itu. Ia menghela nafasnya berkali-kali ketika didapur.

Antara gerogi dan juga tegang, ia khawatir saja jika dirinya bakal  dijadikan umpan buat mereka memancing Alcyone kembali, apalagi Ana kini sudah memiliki anak, ia khawatir jika Dimas menyuruhnya yang tidak-tidak.

Ana coba mengambil gelas dan panaskan air di kompor lalu tuangkan kopi di gelas serta air panasnya.
Kemudian Ana kembali kehadapan Dimas membawakan kopinya. Duduk dihadapannya dan sajikan kopinya. "Ini pak diminum..."

"Makasih bu... alhamdulillah kebagian ngopi disini." ujar Dimas langsung menyelurup kopi hangatnya.

"Pak Dimas kesini sendiri?"

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now