20

11.8K 409 4
                                    

"Jika kau membicarakan tentang Ana, dia baik-baik saja dirumah, aku menjaganya layaknya barang antik yang tidak sembarang orang bisa sentuh ataupun pegang."

"Cih."

Alcyone menendang dan memukul wajahnya berkali-kali hingga puas. Membuat Rayyan semakin tak berdaya dan hampir tidak sadarkan diri.

"Tidak usah menganggap kalau dirimu lebih baik dibanding diriku hanya karena kau memilikinya! Selama Ana berada didalam genggamanmu aku tidak akan pernah menganggapnya juga seperti manusia!"

"Kenapa memangnya? Apa karena dia mencintaiku?"

"Persetan!" Alcyone melempar vas bunga ke tembok.

Rayyan dipukul berkali-kali oleh Alcyone, bahkan dengan tongkat baseball sekalipun, terus menerus, merah padam wajahnya, keluar beberapa urat wajahnya, sepuas hatinya sampai dirasa dirinya benar-benar lelah untuk memukulinya dan mendapati Rayyan tidak lagi....

Bernafas...

Ia meninggal di tangannya.

Alcyone terkejut, ia tidak menduga kalau Rayyan meninggal, ia coba memastikan lagi denyut nadi atau nafasnya. Rayyan benar-benar tewas dengan tanda luka yang begitu banyak di sekujur tubuhnya. Tidak disangka bahkan darah yang mengalir dibelakang tubuhnya bekas luka tembakan langsung membuatnya tersadar. Ia langsung memekik kencang.

"Loki!"

Loki pun langsung masuk dan kaget setengah mati saat melihat orang yang baru saja dikeluarkan dari penjara bawah tanah itu ternyata tergeletak tak berdaya dihadapannya dalam keadaan babak belur.

Terlihat disana Alcyone berdiri terpaku menatap cemas jasad yang. sudah tak bernyawa itu. Raut wajah dengan perasaan bersalah terpancar, ia tidak bermaksud. Bagaimana dengan Ana?

Dia pasti akan memarahinya. Tidak, dia pasti akan menaruh dendam padanya.

Loki segera bertanya dengan memandang wajah Alcyone yang takut dengan wajah bingung. "I-iya, ada apa tuan?" tanyanya cemas.

"Kenapa tidak ada yang bilang kalau dia memiliki luka tembak? Sudah dari kapan ia memiliki luka tembak?!"
"S-sudah dari tiga hari yang lalu tuan."

"Cih! Persetan! Sudahlah buang sampah ini keluar! Aku tidak ingin melihatnya lebih lama. Pastikan fakta bahwa dia dikeroyok oleh orang bukan olehku." titahnya. Loki masih tidak menyangka atas hal ini, Rayyan yang diketahuinya dan sudah dikenalnya lama itu ternyata....

Meninggal. Sungguh tidak disangka jika anak buah tersayangnya itu malah justru dibunuh oleh tangannya sendiri.

Bukan hal yang wajar tapi bukan hal yang cukup dilewatkan begitu saja. Ia segera memberitahu ke teman-temannya jika Rayyan telah meninggal dan terbunuh oleh Alcyone meski itu juga dikatakan olehnya secara sembunyi-sembunyi, fakta yang dirinya rahasiakan masihlah ia pegang teguh sesuai yang dititah oleh sang bos.

Dimana berita ini merebak seantero negeri, ke tiap anak buahnya yang tersebar dimana-mana. Rayyan yang merupakan anak buah kesayangan Alcyone pada nyatanya membelot dan kini mati ditangannya, sungguh miris sekali beritanya.

Membuat mereka sedikit menyayangkan dan simpatik.
Bahkan ada dari mereka yang sangat bersedih atas kejadian itu. Terpukul.
Di hari pemakaman, Alcyone muncul di kejauhan sana, melihat Anastasia yang tampak menangis diatas pusara Rayyan yang dipenuhi oleh bunga.

Alcyone tampak memantaunya disana, sedikit bersedih karena bagaimanapun ia adalah sang penyebab kematian suami Anastasia.
Sekalipun sedihnya itu hanya sebentar saja. Ia kemudian tersenyum menyeringai.

"Dont you cry babe, it will only drain your energy. You are not alone, i'll always be by your side, and one thing that you need to know, you are not on his side anymore. You are mine forever."

Alcyone tersenyum dari kejauhan, dirinya benar-benar menanti saat dimana sang bunga liar terlepas dari genggaman siapapun. Berdiri bebas tanpa kepemilikan siapapun. Disana ia akan dengan segera menarik kembali apa yang sudah berada di genggamannya.

Beberapa hari setelahnya, Alcyone mampir ke rumah Ana, disana ia melihat rumah yang terlihat sangat berantakan, beberapa pakaian tercecer di lantai, piring juga berhamburan, galon kosong tergeletak bergelinding terbawa angin sesaat dirinya membuka pintunya. Alcyone benar-benar tidak menyangka, kenapa rumahnya seberantakan ini?

Apakah rumah ini baru saja kemalingan? Alcyone merasa khawatir, ia bergegas periksa berbagai sisi di rumah itu, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi tapi mirisnya tidak ada siapapun.

Dan terakhir ia buka kamar Ana dan terkejut melihat Ana dalam keadaan melamun dan pandangan yang kosong, apa sebenarnya yang terjadi padanya?

Jangan bilang dia.... Telah hilang kesadaran?!
Alcyone segera mendekati Ana dan memegang pundaknya.

"Ana kamu kenapa? Ana kamu tidak seharusnya seperti ini." ucap Alcyone.
Ana kini melihat ke arahnya dengan pandangan sendu dan mata yang bengkak.

"Mas Rayyan... Kamu telah membunuh mas Rayyan!"
Alycone kaget saat Ana bersikap seperti itu padanya, bagaimana dia bisa tahu?!

"Gak mungkin.... Dari mana kamu bisa tahu?!" tanya Alcyone.

"Kamu membuat mas Rayyan menderita selama ini! Kamu pembunuh!." ucap Ana yang langsung memegang tangan Alcyone dan menariknya, menggigitnya dan memukulnya berkali-kali.

Tentu Alcyone langsung melepas dengan cepat tangannya itu meski tangannya cukup keras bahkan dirinya terkesan berontak untuk terus memegang tangannya.

Alcyone langsung menghindari diri bahkan berlari keluar dengan segera namun Ana meneriakinya dan ikut mengejarnya hingga keluar.

Alcyone menutup pintunya depannya dengan cepat dan membiarkan Ana terkurung dirumah itu. Alcyone tampak gemetaran, ia merasa sangat miris dengan hal ini. Dirinya langsung telepon nomor Loki saat itu. "Cepat kesini dan bawa dokter kejiwaan secepatnya!"

Ia tidak pernah menyangka Ana akan separah ini keadaan jiwanya, selepas meninggalnya Rayyan, ternyata ia merasa sangat kehilangan hingga sampai kesadarannya juga hilang, ia kini menyadari betapa kejamnya yang ia lakukan pada Ana belakangan ini, ia mestilah bertanggung jawab atas semuanya, hingga sampai membuatnya menderita penyakit mental seperti ini.

Alcyone sering mengunjungi Ana dirumah sakit, tepatnya ia dirawat di rumah sakit kejiwaan daerah Jakarta, khawatirnya keadaannya makin memburuk makanya ia membawanya kesana.

Ia kesana juga atas ijin dari Reno kakaknya, sang kakak bahkan terlihat prihatin atas semua ini dan berharap kesembuhannya.

Tepatnya saat ini adalah hari ke enam puluh Alcyone mengunjungi Ana, dia rutin minum obat, sekalipun Alcyone tidak masuk ke dalam kamarnya dan hanya melihatnya dari luar ruangan, memberikannya setiap hari sebuket bunga yang dititipkan kepada sang perawat. Ia merasa bersyukur Ana menjadi lebih baik dan lebih tenang, mungkin pengaruh dari obatnya juga.

Dan kini.... Untuk pertama kalinya Alcyone memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang rawatnya. Merasa sedikit cemas, khawatirnya dia malah justru berontak lagi seperti waktu itu dan melukainya.

Alcyone maju perlahan saat sel itu dibuka, ia berjalan langkah demi langkah mendekati Ana yang sedang sibuk menciumi wangi bunganya.

"Ana..." ucap Alcyone hati-hati. Ana perlahan menoleh melihat ke arah Alcyone. Ia terlihat baik-baik saja. Alcyone merasa sangat lega, ia pun mulai mendekati Ana dan duduk disebelah kasurnya.

Mereka saling terdiam satu sama lain. Alcyone sedikit lega, Ana bukan setelah ini akan pulih, tidak sia-sia pengorbanannya membawanya kesini dan menunggunya setiap waktu.

"Ana, kamu lagi apa?" tanya Alcyone.
Ana sibuk menciumi bunganya tak menghiraukan.

"Kamu masih ingat saya kan Ana?" tanya Alcyone.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now