1 - Payung Teduh

2.2K 188 157
                                    

Prolog

Ineffable berarti tak terlukiskan.
Terlalu hebat dan luar biasa untuk digambarkan dengan kata-kata.

****

Pernahkah kalian menulis rencana untuk meraih mimpi-mimpi kalian?

Apakah kalian pernah membayangkan rasanya terbang mengelilingi dunia bahkan hingga mengarungi antariksa? Melihat ribuan bintang yang terhampar luas dan salah satu bintang itu adalah mimpi kalian.

Mungkin saja, kalian menjuluki diri sendiri sebagai superhero? Sosok yang selalu kuat menghadapi setiap rasa sakit dan goresan takdir.

Atau kalian terjebak di dunia yang tak kunjung sembuh dari luka? Dunia yang pernah runtuh dan berharap ada baskara yang akan menyembuhkan dunia kalian itu.

Bisa saja, kalian pertama kalinya jatuh cinta. Mencintai dia dalam diam atau secara terang-terangan.

Dia manusia terunik di antara manusia unik lainnya yang pernah kalian temui. Dia yang sederhana saja kalian jatuh cinta, bagaimana kalau luar biasa?

Di dunia ini, sebagai manusia yang tak sempurna, sungguh tak semuanya mudah kalian ungkapkan. Entah mimpi, cara menjadi kuat, berusaha untuk sembuh dari luka bahkan jatuh cinta sekalipun. Karena semua itu tak terlukiskan.

****

Beberapa cinta hadir

hanya untuk menjadi rahasia

****

Hujan mengguyur kota dengan deras sejak tadi malam. Dinginnya kini menyelimuti. Suara alarm sama sekali tidak membangunkan seorang gadis terbalut selimut putih. Ia tak tahu jika jam kini hampir menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Shinta! Bangun, ini sudah siang, nanti kamu terlambat!" teriak Nadia, sang ibu.

"Hmm." Gadis yang berdehem itu bernama Ayunindya Shinta Maheswari.

Shinta mengubah posisi tidurnya, gadis itu semakin ingin tidur. Padahal hari ini merupakan hari pertama sekolah setelah menjalani MPLS penuh siksaan.

"Shinta, bangun!" teriak Nadia kembali.

Gadis itu membuka matanya. Ia duduk dengan lemas. Mengedarkan pandangannya yang masih buram.

"Masih hujan," gumamnya, "tadi malam sampai adegan apa yah drakornya?" Oke, kini gadis itu bermonolog.

Hingga acara monolognya selesai saat ia menatap jam dinding. "Gawat! Terlambat astaga!" teriaknya tiba-tiba dan langsung beranjak mengambil handuk.

Shinta tidak menyangka jika ibunya sama sekali tidak membangunkan. Dengan segala tenaga belum terkumpul sepenuhnya. Shinta cepat membersihkan diri. Mengenakan seragam sekolah. Seragam resminya menjadi anak SMA. Baiklah, tak ada waktu untuk terkagum-kagum. Shinta mengambil ponsel serta tas sekolah. Suara langkah kaki menuruni tangga tak berirama terdengar. Dengan tatapan penuh kegelisahan, ia merengek pada Nadia.

"Kok gak bangunin sih Bu?"

Nadia menghela napas sambil meletakkan piring dan cangkir baru di atas meja. "Ibu sudah panggil berkali-kali, tapi gak bangun juga," jawab Nadia santai. "Cepat sarapan nanti kamu terlambat."

"Ini sudah terlambat namanya!" Shinta duduk dan mengambil sarapan berupa nasi goreng pedas.

"Kan Ibu sudah bilang jangan begadang nonton drakor, susah lagi kamu dibangunin, salah siapa jadinya?" Nadia menatap Shinta dengan alis mengernyit.

INEFFABLEWhere stories live. Discover now