9 - Hati dan Panah Amarah

360 65 31
                                    

INEFFABLE BY SISINKHEART

Instagram : @sisinkheart dan @hf.creations

****

Kalau hanya mendengar kata mereka

Apakah kamu benar-benar bisa mengerti diriku?

****

Apa yang dikatakan oleh anak kelas Rama yang merupakan anak guru, benar adanya. Sekolah dipulangkan lebih awal, sehubung meninggalnya salah satu staf tata usaha (TU) SMA Nusaraga. Di koridor Rama dan sahabatnya membicarakan kematian staf TU – pak Wiydo yang terkenal ramah pada siswa-siswi. Almarhum meninggal saat melaksanakan salat subuh.

Mereka hendak berkumpul di rumah Rama. Sebelum itu, mereka membeli makanan terlebih dahulu. Aaron menatap pada Arsya. Gadis itu merasa takut ketika mendengar kabar akan almarhum pak Widyo.

Ibu Arsya memiliki penyakit berat. Gagal ginjal kronis yang mengharuskan ibunya rutin cuci darah. Arsya merasa takut jika sesuatu terjadi pada ibunya sedangkan ada banyak yang belum bisa Arsya berikan untuk sang ibu. Bagi Arsya selain pada ibunya, ia menangis. Pada sahabatnya, ia juga bisa menangis.

"Papa Aaron yang bayar," ujar Bella bersemangat.

"Seenaknya lo, noh minta sama pacar lo si tiang listrik!" balas Aaron.

"Lo juga tiang listrik ya, lebih tepatnya pohon beringin." Sesama tiang listrik tidak sadar diri.

Arsya menghela napas. "Gue gak bawa uang lebih Ar, bayarin dong," ujar Arsya.

"Kamu beli ini aja? Beli yang lain juga, takoyaki, seblak, jajangmyeon, atau langsung dari Korea, tapi agak lama nunggunya," cerocos Aaron yang dengan senang memberikan apa pun untuk Arsya. "Tenang uang di ATM gue masih banyak."

"Pasti neuron diotak Aaron berubah jadi Arsya semua," ujar Rama.

"Kesombongan ditutupi kebucinan," sahut Devian.

Arsya menggeleng. "Gue ini aja, bayarkan yang lain sekalian," ujarnya tersenyum kecil.

"Siap sayang," balas Aaron dengan bahagia.

"Jangan bilang gitu, alay, gue bukan pacar lo," balas Arsya.

"Tapi calon suami." Aaron takkan lelah untuk terus mengejar Arsya.

"Gue mual, pengen muntah!" teriak Devian.

Rama geleng-geleng kepala. "Jangan dijalan muntahnya."

"Gak sabar gue liat Rama bucin sama cewek." Bella tersenyum pada Rama.

"Saya –"

"Wah bener tuh, selama ini kan Rama bucinnya ke kita, gimana kalau sama pacarnya," balas Devian.

Rama mengepalkan tangannya. "Tidak –"

"Ram, lo kan selalu nurut sama permintaan gue, kek tuh beringin." Arsya menatap Aaron. "Gak sabar deh gue. Lo nuruti semua permintaan cewek lo."

"Gue pengen liat, Rama ngeklaim orang jadi miliknya dan gak ada yang boleh ngusik," tambah Aaron.

"SEMUA ITU TIDAK AKAN TERJADI!" teriak Rama. "Lagian saya tidak suka sama siapa pun," tambahnya sebelum pergi menuju mobil.

"Awas makan ludah sendiri," sahut Bella.

****

Sejak kecil hingga sekarang rumah Rama sering menjadi tempat berkumpul. Mereka juga sangat akrab dengan Aruna dan ayah Rama, Rawindra.

INEFFABLEWhere stories live. Discover now