22 - Awan dan Hujan

295 67 4
                                    

Fuck reality
Take me to Naverland

****

Mereka tiba di toko buku yang tidak Shinta sangka ada di kota ini. Toko itu terletak di pinggir jalan. Di antara jajaran toko lainnya. Uniknya bangunan toko buku terbuat dari kayu jati, ada beberapa ukiran indah yang menyelimuti juga. 

"Suka sama toko buku ini?" ujar Rama.

Shinta tersenyum, ia masih menatap sekeliling. "Suka banget!!"

"Baguslah, saya rasa bosan saja kalau pergi jalan ke mal, jadi saya ajak kamu ke toko buku saja, tidak masalahkan?"

Shinta menatap Rama. "Gak papa kok, kebetulan aku mau lihat-lihat novel," ujar Shinta.

Rama mengangguk. "Oke, saya juga ada novel yang mau dibeli."

Ada satu novel yang sangat membuat Shinta tertarik. Ia membaca dari review orang-orang jika novel tersebut sangatlah bagus. Shinta sempat bersama Ira mencari novel tersebut, tetapi stoknya habis. 

Seingat Shinta, beberapa hari lalu novel yang ia cari itu, penulisnya mengadakan pre-order. Ia ingin sekali membelinya apalagi stok novelnya banyak, tetapi Shinta tidak memiliki uang untuk ikut pre-order. Selain itu, PO novel tersebut cepat sekali ludes. Padahal belum setengah jam, stok novelnya tinggal tersisa 10-an. Menunjukkan betapa best seller novel tersebut.

Perlahan senyuman Shinta terbit secerah Nusantara. "Novel Sajak Awan dan Hujan." Ia menemukan novel yang ia cari, tidak disangka jika stok novel ini ada banyak. 

"Kenapa sih stoknya banyak, tapi duit gue kagak banyak," sambungnya kembali.

"Sudah ketemu novelnya?" Tiba-tiba saja Rama muncul. 

Shinta melihat Rama membawa 2 novel, salah satu novelnya cukup tebal. "Ada, ternyata stok di toko ini banyak, tapi aku gak beli."

"Kenapa?" Rama melihat Shinta menaruh novel tersebut di rak buku kembali. 

"Gimana yah." Shinta merasa malu mengatakannya. "Aku lagi gak ada uang, mungkin kapan-kapan setelah nabung, aku bakal beli."

Rama mengambil novel yang Shinta kembalikan ke rak buku tadi. Alisnya mengernyit, jadi novel ini yang gadis itu maksudkan? 

"Kamu suka banget sama novel ini?" tanya Rama. Ia bisa saja memberitahu yang sebenarnya akan novel ini, tetapi ia ingin lebih lama mengobrol dengan Shinta. 

"Suka banget, suer!" Shinta menjawab dengan antusias. "Aku sering lihat review orang-orang, katanya bagus. Aku jarang baca novel, tapi kalau novel ini pengen banget aku baca."

"Saya juga sering melihat review orang-orang akan novel ini." Lebih tepatnya, ia sering melihat interaksi antara si penulis novel dengan para pembacanya walaupun hanya dari sosial media. 

"Kakak sudah pernah baca novelnya?" 

"Saya punya novelnya."

Shinta merasa enak sekali yang menjadi pacar kamus hidup ini. Pasti puas membaca novel karena si cowok sepertinya punya perpustakaan sendiri. 

"Jangan spoiler yah! Aku bakal beli sendiri!" ujar Shinta serius. 

"Saya tidak akan spoiler, bahkan tidak akan meminjamkan novel saya pada siapa pun." 

Walaupun Rama dikenal sebagai sosok yang baik hati. Kalau menurut sahabat-sahabatnya, Rama itu anti sekali meminjamkan barang miliknya, entah itu jaket, sepatu, novel, dan lainnya. Terkecuali pada mereka yang Rama sayangi dan spesialkan. 

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang