32 - Tuan Boneka Kembali

232 64 9
                                    

Jika Tuhan saja mengizinkan manusianya
Tuk jatuh cinta

Mengapa kamu melarangku jatuh cinta padamu?

****

Hari Minggu Rama memiliki janji menemani seseorang yang tak bisa sama sekali dibantah. Jika dibantah maka hidup dan mati Rama akan menjadi bencana. Dibalik semua kata tak bisa dibantah, sebenarnya Rama dengan senang hati menghabiskan waktu dengannya bahkan hingga hari berganti. Lalu dengan siapa si Kamus Hidup itu berjanji?

Oh tentu saja dengan –

"Bunda, Bunda, mau beli es krim tidak?" ujar Rama yang antusias sekali. Kek anak kecil saja.

"Es krim? Kamu sudah hampir satu bulan ini sering makan es krim loh."

Aruna pada hari ini mengenakan baju berwarna biru muda dengan rok tutu berwarna hitam yang mencapai mata kaki. Ia juga mengenakan lace-up ankle boots dengan warna yang senanda rok miliknya, dan oh tak lupa topi baret senada dengan bajunya. 

Jangan heran dengan fashion Aruna karena seorang yang disebut Bunda oleh putranya itu memang sangat memperhatikan fashion, bahkan Rama mengakui jika ia kalah kalau sudah berbicara fashion dengan bundanya. 

"Tapi Rama pingin, Rama beli ya sekalian Bunda juga," ujarnya melesat pergi membeli es krim padahal Aruna belum selesai berujar. 

"Anak ini," gemas Aruna, "kalau sakit, susah tuh nanti," tambahnya.

Aruna mengecek ponselnya. Sangat banyak fans yang mengetag Aruna di Instagram saat acara seminar ke penulisan pagi tadi. Jadi sebelum ke mal, Aruna sempat membawakan seminar ke penulisan lalu pergi ke mal karena ada beberapa kebutuhan dan barang yang sejak minggu lalu hendak Aruna cari, tetapi baru sekarang ada waktu. 

"Bunda," panggil Rama yang dikedua tangannya membawa dua cup es krim. 

"Di kafe makan es krim, di rumah makan es krim, di mal juga sama." Aruna menerima satu cup es krim dengan rasa vanila. 

"Besok tidak beli lagi kok."

"Alasan, paling di sekolah pesan lewat ojek online padahal sudah berkali-kali kena tegur guru." Aruna memakan dengan lahap es krim miliknya. "Kamu sama anak kelasmu tuh ada aja kelakukan."

"Namanya juga anak sekolah Bunda, kan tidak lucu kalau umur segini sudah jadi CEO paling kaya sedunia atau jadi ketua mafia."

Aruna terkekeh, ia langsung teringat dengan novel-novel sejenis yang pernah ia baca. "Kamu ini, dasar, Bunda jadi keingat salah satu novel Bunda yang tentang anak SMA, dia punya bapak pengusaha kaya raya, terus kalau dia mau beli pulau pun bisa, saking kayaknya."

"Dulu nulisnya, kayak pacar posesif, ketua geng motor, anak CEO, kalau sekarang ceritanya bikin pembaca nangis kejer tujuh hari tujuh malam."

"Kan Bunda memang suka buat pembaca nangis kejer," balas Aruna tanpa rasa bersalah.

"Sebagai salah satu pembaca Bunda. Kadang Rama kesal banget sama Bunda gegara suka nyiksa tokoh."

"Bunda gak nyiksa, itu sudah kebutuhan cerita." Aruna tersenyum simpul pada beberapa remaja yang sepertinya mengenal Aruna. 

"Tidak Bund, itu nyiksa, bayangkan disetiap chapter. Bunda tidak kasih kesempatan pembaca untuk napas."

"Itu karena dah masuk bab konflik, ya kali dari awal sampe akhir, adem-anyem."

"Iya sih." Rama mampu mengalahkan lawan dalam lomba debat, tapi di depan Aruna, ia tak mampu menang. "Tapi nanti kalau nulis cerita baru jangan terlalu nyiksa tokohnya."

INEFFABLEWhere stories live. Discover now