31 - Lo Bilang Maaf?!

237 61 4
                                    

Apa kau tak lelah menjaga
dia yang bukan milikmu?

****

Hari Sabtu setelah pulang sekolah, Rama dan sahabatnya berkumpul karena ada hal sangat penting yang harus mereka bahas jadi mereka kini berada di rumah Aaron. Rumah cowok itu selalu sepi. Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan di luar negeri yang hanya bisa dihitung jari kapan berada di rumah sedangkan ibunya– Bagaimana jika langsung ke topic utama saja. Sebenarnya mereka bisa saja membahas hal ini di rumah Rama jadi cowok itu tak ada alasan untuk menghindar, tetapi mereka merasa tak nyaman dengan Aruna yang mungkin hendak beristirahat.

"Maaf," ujar Rama untuk kesekian kalinya. Aaron mendengar hal ini merasa sangat kesal. 

"Terus aja minta maaf, lo gak lebih kayak playboy yang lo pikir dengan maaf terus masalah beres," balas Aaron dengan tajam.

Pengumuman lomba debat SMA Nusaraga dilaksanakan pada hari itu juga. Hasilnya, SMA Nusaraga tidak maju ke babak selanjutnya. Rama merasa menyesal karena telah mengecewakan banyak orang. Namun, bukan poin ini yang hendak mereka bahas.

"Ram, kenapa sih lo gak hubungi kita kalo lo di rumah sakit?" ujar Arsya sembari melirik tajam pada Aaron karena perkataan Aaron yang agak keterlaluan.

"Karena ... saya pikir, saya bisa–"

"Bisa apa? Nyusahin orang? Ya lo selalu bikin kita susah karena lo mikir, lo bisa ngelakuin segalanya sendirian, sedangkan yang lain cuma beban doang."

"AARON!!" teriak Bella.

Aaron tersenyum sinis menatap Bella. "Kenapa? Bela aja dia terus. Kita dah temenan lama, tapi dia mikir, dia pahlawan yang selalu bisa ngelakuin segalanya sendiri? Dengan kata gak mau kita juga sakit, dia ngerasa paling hebat bisa nanggung segalanya!!"

"Aaron," ujar Arsya membuat Aaron terdiam. "Sudah, mending lo tenangi diri, kita di sini mau nyelesein masalah, bukan memperparah."

"Bacot, urus sana anak egois lo," sahut Aaron yang menuruti perkataan Arysa lalu pergi ke halaman belakang rumahnya.

"Ya Allah, gini amat gegara temenan sejak orok," ujar Arsya jadi ikutan pusing. "Mau sampe kapan lo keras kepala? Apa yang Aaron bilang tadi benar, lo gak harus nanggung sendirian Ram."

"Kita di sini gak hanya sebagai teman kecil Ram, tapi kayak saudara," timpal Bella. "Paling enggak, lo hubungi kita, jadi kita juga bisa gantian jagain dia. Kalo semuanya lo tanggung sendiri, lo juga bakal drop."

"Lo yang paling cerdas di sini, harusnya lo tahu gimana kondisi lo sendiri. Okelah, lo boleh tiap hari ke rumah sakit bahkan gak pernah absen sekali pun, tapi kalau lo capek, setidaknya bilang ke kita–"

"Saya tidak capek. Saya baik-baik saja, kondisi dia lebih penting ketimbang apa pun."

Mendengar perkataan Rama, membuat Devian terpancing amarah. "Gila lo jadi manusia. Lo selalu bilang ke kita biar gak maksain diri, tapi lo sendiri munafik sama perkataan lo. Mau sampai kapan lo nanggung semuanya sendirian!!"

"DIA KAYAK GINI KARENA SAYA!" teriak Rama. 

Amarah Devian memuncak. "TERUS LO MAU APA! COBA BUNUH DIRI KAYAK DULU!"

"DEVIAN!" Bella langsung mendekap Devian agar membuat cowok itu tenang. "Sudah! Rama, sudah Rere."

"Maaf, maaf, gue kesulut emosi. Gue gak maksud gitu Ram." Devian merasa sangat bodoh. Harusnya ia tak mengatakan hal tadi. 

Bella berujar, "it's okay, gak papa, kita semua di sini lagi capek."

Arsya mendekati Rama. "Gue bukan orang bijak yang bisa kasih nasihat terus segalanya beres. Gue tahu lo gak mau kita capek, tapi kita dah janjikan? Kalo gak bakal nyimpen masalah ini masing-masing. Jadi gue mohon, jangan tanggung segalanya sendirian, Ram."

INEFFABLEWhere stories live. Discover now