39 - Penampilan Dance 2

240 61 32
                                    

Karena yang kamu butuhkan adalah
sosok yang bisa menjadikan semua tempat menjadi indah

****

Suara jeritan yang kencang tersebut diakhiri tepuk tangan meriah atas penampilan dari perwakilan dance SMA Garuda. Hal ini juga menandakan bahwa penampilan dari SMA Nusaraga sebentar lagi. Berada di tenda belakang panggung, dua tim SMA Nusaraga berkumpul. Mereka sudah berlatih dengan keras, mereka semua yakin jika mereka akan menampilkan penampilan terbaik nantinya. 

"Gue percaya sama kalian semua, kita sudah berlatih keras selama dua Minggu ini. Gak usah mikirin kalau kita harus menang, tapi kita harus kasih penampilan terbaik kita. Menang dan kalah itu urusan akhir," ujar Arsya memberi semangat pada timnya. 

"Gue gak salah naruh hati ke Arsya," ujar Aaron pada Devian yang ada di sampingnya. 

"Yang salah tuh, kalau Arsya dapat bentukan kek elo," sahutnya enteng.

"Mulut lo sahabat, btw mana nih satu kambing, pake acara hilang."

"Datangi Shinta lah," ujar Devian.

"Anj–" Et, tidak boleh mengumpat.

"Mau ke mana lo?" Devian menarik kerah baju Aaron. "Jangan lo ganggu."

"Elah, gak asyik lo Mbing." Aaron menyilang kedua tangannya di depan dada. "Cari jajan yuks, sebelum mereka tampil."

****

Seperti yang dikatakan Devian. Rama sedang mencari Shinta yang berada di salah satu sudut tenda. Dari kejauhan, ia bisa melihat Shinta sedang duduk, menatap tak tentu arah, sesekali menyeruput air mineralnya. 

Wajah gadis itu sangat cantik dengan polesan make-up, kelopak matanya diberi eyeshadow cokelat kemudian diberi gliter dengan warna bronze, rambutnya diurai lalu dikepang waterfall. Kostum yang ia kenakan berwarna biru, sepatu boots line berwarna hitam dengan hak tak terlalu tinggi. Gadis itu bak putri kerajaan. 

Sekali lagi, gadis itu membuat Rama semakin jatuh cinta. 

"Uyy jangan diliati aja!" teriak Tiffany yang tak hanya membuat Rama terkejut, tetapi Shinta juga.

Sontak Rama memelotot pada Tiffany. "Biasa aja dong natapnya, gue tau gue cantik," sahutnya tanpa rasa bersalah. "Dek gue pergi ya, keknya ada orang kesasar nih."

Rama perlu mengutuk dua orang pada hari ini. Namun, ia urungkan karena ia anak baik. Ia menghela napas, lalu mendekati gadis yang menatapnya dengan bingung. "Hai Ta," sapa Rama tersenyum.

"Hai, dari tadi di situ?" ujarnya.

"Iya, kaget ya?" Rama mengelus lengannya sendiri, terasa canggung. Semua ini gegara Tiffany!

"Gak juga, mau ngapain? Kalau cari kak Arysa, tadi dia ke sana, ada yang dia bicarain sama panitia."

"Saya tidak cari Arsya." 

"Terus?"

Rama meraih kursi plastik tak jauh darinya, duduk di depan gadis itu. "Saya mau ketemu kamu."

OH! Ketemu kamu? Shinta tak salah dengar bukan? Sial, Shinta yang sedari tadi berusaha tidak gugup karena hendak tampil, malah jantungnya jadi berdegup tak karuan karena perkataan Rama. Bisa-bisa, Shinta akan pingsan duluan sebelum penampilannya. 

"Kamu sekarang merasa gugup tidak? Jangan mikir yang aneh-aneh ya, seperti kata Arsya tadi, menang atau kalah itu terakhiran, karena paling penting adalah memberikan penampilan yang terbaik," cerocos Rama yang sukses membuat senyuman Shinta terukir. 

"Aku gugup, tapi udah gak lagi."

"Beneran? Wih, hebat. Saya khawatir kalau kamu bakal gugup dan overthinking, makanya saya mau ketemu kamu, biar ... bisa ngusir gugup kamu."

INEFFABLEWhere stories live. Discover now