4 - Perahu Kertas

595 94 56
                                    

INEFFABLE BY SISINKHEART

Instagram : @sisinkheart dan @hf.creations

****

Jangan memaksakan dirimu
agar sesuai dengan stereotip masyarakat

****

Di kelas Rama sedang tak masuk guru matematika, berakhirlah anak kelas menyetel musik dengan sepiker kelas. Ada juga yang nonton bareng melalui laptop. Padahal guru matematika memberikan tugas dan dikumpul hari ini.

"Ini gampang, Ar. Pelajaran kelas sepuluh tentang logaritma."

Mendengar penjelasan Rama, Aaron mendesah. Ia mengerjap, memutar bolpoinnya dan menatap buku tugas matematika dengan sorot mata tajam seolah musuh yang sangat ia benci ada di depannya.

"Lo pikir karena pelajaran kelas sepuluh, gue jadi ahli gitu? Gaklah, gue bahkan kagak ingat apa yang dipelajari."

Hampir saja Aaron melempar buku tugasnya. Jika pelajaran biologi, Aaron masih terbilang pintar. Ia mudah menghafal, mengingat, menjelaskan dengan kata-kata sendiri. Beberapa kali Aaron mendapatkan nilai tertinggi di pelajaran itu.

Namun, pelajaran menghitung baginya seolah menjadi mimpi buruk yang menjadi cobaan berat di hidupnya. Apalagi fisika, mengapa juga harus menghitung gravitasi, kedalaman laut, skala ini dan itu.

Rama jadi ikut mendesah. "Gini." Rama mengambil kertas coretan baru karena kertas lama, di gumpal-gumpal Aaron. "Soalnya kan, menentukan nilai x yang memenuhi persamaan : log2 x – 4 (log x) + 3 = 0."

Devian hendak tertawa melihat Aaron yang frustrasi itu. Mereka bertiga berada di kantin, karena suasana kelas yang ribut. Jadi mereka memilih untuk mengerjakan tugas di kantin sekalian melepas penat dari menghirup satu oksigen dengan manusia sableng di kelas.

"Lama banget lo ngerjain, gue dah selesai dari tadi," celetuk Devian, ia kini bermain ponselnya.

Aaron mengepalkan sebelah tangannya. Masih dipandu oleh Rama yang sabar sekali. Aaron mengerjakan soal terakhir itu dengan otak rasanya sudah berasap dan kening mengerut.

Sebenarnya ia tidak bisa menghantam mulut Devian karena secara harfiah Devian lebih pintar matematika dibandingkan Aaron. Andai saja ia satu kelas dengan Arsya, ia dengan senang hati meminta Arsya yang mengajari.

"Tumben lo gak nyahut?" Devian kembali berujar.

"Lo durhaka banget sama ayah, anak pungut."

"Napa sih lo ngatai gue anak pungut?" balas Devian.

"Mulai deh," ujar Rama, ia merapikan buku-bukunya.

"Kan memang nyatanya, gue pungut lo ditempat sampah."

"Najis." Devian mengecek ponsel. Rasa kesalnya sirna saat Bella mengirimkan pesan.

"Akhirnya!" seru Aaron sembari menutup buku tugasnya. Ia seolah terbebas dari belenggu yang menyiksa batin serta fisiknya.

"Matematika itu mudah kalau kita suka," ungkap Rama tersenyum simpul.

Aaron mendengus. "Gue mending suka bu Jamilah dibandingkan matematika." Bu Jamilah merupakan penjual soto ayam di kantin sekolah.

"Devian kenapa senyum-senyum?" ujar Rama menatap Devian, Aaron jadi ikutan.

"Hari ini ekskul dance ketemuan, Bella minta kita datang nanti sore, nunggu mereka sampai selesai."

INEFFABLEWhere stories live. Discover now