44 - Thanks God, She Found Me

238 54 7
                                    

My favorite phrase
in English is Love you

***

Rama Kakak punya permintaan. Rama harus jaga sama Aaron sama yang lainnya yah ... jangan terlalu sering berantem, karena mereka yang bakal selalu sama kamu, kalau misal Kakak gak ada. Siap kapten Rama?

Siap laksanakan! Rama janji bakal jaga dan sayang sama mereka.

Hebat, adik kesayangan Kakak.

"Maaf, maaf Kak." 

"Gara-gara Rama, gara-gara aku nakal, kakak sakit, kakak dipukul, berdarah."

Tubuh Rama gemetar hebat, jantungnya berdebar kencang, wajahnya pucat pasi, keringat dingin terus mengalir. Kini ia memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya, dan mengurung diri di dalam UKS untuk menghindari keramaian. 

Darah terlihat di sepanjang lantai hingga ke atas kasur putih tersebut, perban yang membalut kakinya terbuka, rasa perih menyeruak, tetapi semua itu tertutupi rasa takutnya.

"Tenang, tidak boleh begini. Harus kuat, jangan tunjukkan." Rama berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri walaupun menyesakkan. Jika bisa pingsan, maka sudah ia lakukan, tetapi pasti akan banyak yang mempertanyakan dirinya.

Ia tak mau menyusahkan banyak orang dan membuat khawatir. Sudah cukup ia menjadi pembawa sial di masa lalunya.

"Sudah lumayan tenangkan?" ujarnya pada dirinya sendiri. "Sudahkan?" Kini Rama mengacak kuat kakinya dibalut perban hingga darah semakin banyak keluar.

"Rama!" Aaron membuka pintu. "Sialan lo, gue cari ke mana-mana–" Perkataannya terhenti saat melihat darah di lantai hingga Rama yang seolah hendak menyakiti dirinya sendiri. 

"Ada gak dia di sini?!" Devian ikutan terdiam. "Lo ngapain," ujarnya mendekati Rama. 

"Bentar," ucap Aaron keluar dari ruangan itu. "Bangsat! Bisa keluar gak kalian! Ini UKS bukan tempat nongkrong!!" teriak Aaron memarahi anak-anak yang menongkrong di UKS. Aaron segera menutup pintu masuk UKS. Menyisakan dirinya, Devian serta Rama. 

"Muka lo pucet, jujur, suara tadi keras banget. Gue aja kaget, keknya semua yang di bazar tadi kaget deh." Devian kemudian duduk di kursi plastik.

"Gila anak-anak di luar tuh, masa nongkrong di UKS. Kiranya nih UKS punya buyutnya!" Aaron bersandar di tembok. "Sudah lumayan tenang? Kalo belum, gue minta kak Fitri agar gak ada yang masuk UKS dulu, gue sewa sehari."

"Saya menyedihkan ya?" Rama tersenyum tipis. "Padahal sudah sebisa mungkin disembunyikan, tapi tetap saja, susah, rasanya sesak banget. Setiap dengar suara kayak tadi, kejadian waktu itu langsung kebayang. Memang tidak separah dulu sih, ha ha ha, sialan ... Maaf kumat, bikin kalian khawatir."

Devian dan Aaron terdiam. Mereka sangat paham dengan apa yang Rama maksudkan. Mereka sama sekali tak pernah berpikiran jika apa yang terjadi di masa lalu merupakan kesalahan Rama. 

"Kalau gitu gak usah lo sembunyiin. Maksud gue, di depan kita. Kalo lo mau nangis, teriak, bahkan ngelemparin barang di sini juga gak apa, lo bebas mau ngapain." Aaron tak masalah mengeluarkan beberapa lembar uang untuk mengganti kerusakan jika Rama benar-benar mau melempar apa pun di ruangan ini.

"Mon maap yek, kalo ngelempar barang, tambah kumat anak orang!" sahut Devian, "tapi bener Ram, kata si ayah gak ada akhlak nih, lo bebas mau ngapain aja di depan kita. Lagian nangis bagi cowok, bukan berati dia lemah. Nangis itu kan hak semua manusia, dan pasti semua manusia pernah nangis. Kalo enggak, ngapain Allah ciptain air mata. Najis ... kata-kata gue puitis banget."

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang