48 - Ghost Of The Past

236 49 10
                                    

And i realized when
i was curious about the universe,
maybe it's you

****

Jam menunjukkan pukul enam pagi. Rama sedang membersihkan kamarnya, ia memulai dengan membersihkan debu menggunakan kemoceng, novel-novelnya juga ia bersihkan menggunakan kemoceng setelah itu ia lanjutkan dengan mengelap meja belajar, lemari, dan lainnya menggunakan kain serta semprotan yang wanginya lemon. Rama lalu mengambil sapu serta sekop dan mulai menyapu dari ujung kamarnya, terakhir ia akan mengepel kamarnya dengan cairan pembersih lantai berwangi cemara. 

Keringat menetes, Rama merasa sangat puas ketika ia berhasil membuat kamarnya serapi dan sebersih ini. Baiklah, setelah ini, Rama harus lanjut mencuci pakaian serta seprei kasurnya agar tidak menumpuk besok.

Pasti kalian bertanya-tanya, mengapa Rama melakukan semua itu? Bukankah di rumahnya ada asisten rumah tangga, budhe Sarah?

Jadi semua pekerjaan seperti membersihkan kamar Rama, mencuci pakaian Rama, dan lainnya yang menjadi tanggung jawab cowok itu. Tentu saja harus cowok itu sendiri yang mengerjakannya. Di rumah itu memang ada budhe Sarah sebagai asisten rumah tangga atau lebih tepatnya lagi asisten Aruna. 

Aruna sangat melarang Rama untuk menyuruh-nyuruh budhe Sarah seperti membuatkan makanan, bukankan Rama punya kedua tangan untuk melakukannya sendiri? Menyuruh budhe Sarah mencuci pakaiannya apalagi!! Auto kena tabok Aruna. 

Bagi Aruna, ia hendak memiliki anak yang mandiri sedini mungkin.

"Kalian gak boleh nyuruh-nyuruh budhe Sarah, kayak minta ambilkan minum, ambilkan tas, carikan buku sekolah karena budhe Sarah itu pembantu Bunda, bukan pembantu kalian. Apa yang kalian mampu lakukan sendiri, maka itu tanggung jawab kalian. Jika misal kalian tidak bisa, kalian boleh minta tolong. Ingat kata Bunda, minta tolong, bukan memerintah karena Bunda gak mau liat kalian besar jadi orang yang suka memerintah."

"Berarti kalo Rama minta tolong Budhe Sarah nuangin air panas untuk susu cokelat, boleh Bunda?" ujar Rama kecil.

"Boleh dong."

"Yay!! Sudahkan Bunda ceritanya? Ayok Kak kita main basket," ujar Rama meraih tangan kakaknya. 

"Iya, iya," sahutnya lalu berdiri. "Bunda aku main sama Rama yah."

"Rahwana," panggil Aruna tersenyum simpul. "Padahal papah mau aja belikan teropong baru untukmu atau mau dibelikan bintang atas nama kamu sekalian?"

Rahwana terkekeh, ada-ada saja bunda-nya ini. "Gak usah Bunda, teropong yang lama aja dibaikin sudah cukup kok."

"Ayok Kak!" Rama sudah tak sabar ingin bermain dengan kakaknya.

"Rahwana," panggil Aruna kembali.

Rahwana tersenyum kecil. "Kenapa Bunda?"

"Bunda sayang sama kamu, sama Rama juga."

"Aku juga sayang Bunda! Cepat Kak, kita main! Dada Bunda!" teriak Rama menarik Rahwana menuju taman belakang.

Tes. Setitik Air mata jatuh, Rama tersadar dari lamunanya akan masa lalu itu. "Sial jadi keingat lagi." Ia menghapus air matanya. 

"Kak maaf, kamar kakak banyak berubah," ujar Rama yang di mana dulu kamarnya ini merupakan kamar milik sang kakak dengan segala ceritanya. "Tapi teropongnya selalu Rama rawat dan masih sering dipakai, kadang Aaron sama yang lainnya juga suka pakai untuk lihat bintang."

Ah, Rama takkan pernah kuat dan selalu ingin menangis jika membahas Rahwana. Bahkan hingga detik ini, Rama masih menyalahkan dirinya atas kepergian Rahwana. Kalau Rama meminta agar Rahwana kembali dan Rama saja yang mati, akankah Tuhan mengabulkan?

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang