74 - Lengkara (3)

155 31 1
                                    

"Kenapa tidak ada yang cerita, kalau masih ada trauma besar dalam dunianya?" —Ayunindya Shinta Maheswari

****

Mengenal Rama adalah rencana yang tidak pernah terpikirkan sama sekali dalam kehidupan Shinta. Dia hanya berharap menjadi sosok yang lebih baik dibandingkan versi dirinya sebelum masuk SMA. Kemudian menjalani kehidupan normal tanpa kisah percintaan karena Shinta tak pernah yakin bahwa ada yang jatuh cinta padanya. Dia sering mendengar kisah cinta dari orang-orangnya sekitarnya bahkan ada yang sampai dibully.

Hanya saja, hari pertamanya sekolah saja, sangat apes. Dia terlambat lalu bertemu kakak kelas yang sangat menyebalkan. Tanpa dia sadari bahwa kakak kelas bahasa baku itu menjadi sosok yang kini sangat dia sayangi dengan semua masa lalunya. 

Bolehkah Shinta berharap jika dia segera mengetahui semua masa lalu Rama? Ataukah suatu kesalahan karena selalu ingin tahu akan masa lalunya? 

"Ayo Ta, nanti kamu hilang, susah saya carinya," ujar Rama meraih jemari Shinta lalu dia genggam dengan erat. 

"Aku gak bakal hilang Ram!" sahut gadis itu mengikuti langkah Rama yang kini mereka menuju pintu masuk mal. "Kamu tuh yang harus dijagain, siapa tahu hilang."

"Saya tinggi begini, gimana bisa hilang?" tanya cowok itu kebingungan. 

Shinta tersenyum simpul lalu menatap tajam pada beberapa gadis yang melirik genit pada Rama. "Yah bukan hilang yang gitu, maksudnya hilang, yah hilang. Kamu kan memang suka hilang-hilangan jadi harus kujaga."

Sungguh, Rama agak bingung dan susah menjabarkan maksud dari perkataan Shinta, tetapi sebisa mungkin, Rama takkan menghilang karena dia tak mau membuat gadis itu khawatir.

"Kalau saya hilang, kan ada kamu yang bisa cari saya," ujar Rama tersenyum pada Shinta. "Bahkan kalau saya hilangnya sampai Paris, tetap bakal kamu cari, ya 'kan?"

Helaan napas panjang. Apa Rama tidak paham maksud 'hilang' dalam perkataan Shinta? Yang Shinta maksudkan adalah hilang dengan artian pergi meninggalkan Shinta atau kasarnya cowok itu memilih selingkuhan atau apa pun itulah. Namun, masa Rama bisa punya selingkuhan? Cowok ini baik, tetapi sudah puluhan gadis di SMA Nusaraga yang dia tolak. Terus kalau punya selingkuhan, Shinta sangat yakin jika selingkuhan Rama takkan tahan menghadapi tingkah Rama ini. 

Ya karena seperti yang Semesta katakan bahwa hanya Shinta yang kuat menghadapi sifat random dari si Kamus Hidup. Maka begitulah seterusnya harus terjadi. 

"Iya Ram, mau kamu keliling dunia pun, bakal aku cari, tapi kalau gitukan aku bakal capek banget. Gak kasihan apa sama aku?"

Sesaat ekspresi Rama berubah seolah perkataan Shinta sampai ke dirinya tanpa hambatan persepsi atau makna ganda. Maka perlahan Rama mendekatkan jari kelingkingnya sambil berujar, "kalau begitu, saya janji sebisa mungkin gak bakal hilang-hilangan, biar kamu tidak capek."

"Janji loh ya, kalau diingkari nanti aku yang sakit terus Allah yang marah." Shinta menautkan jari kelingkingnya yang kecil itu. 

"Iya cantik, saya janji," ujar Rama yang membuat semburat merah hadir di wajah Shinta. 

"Kalau ingkar nanti aku cepu ke bunda juga, biar kamu dimarahin bunda!" sahut Shinta cepat.

"Loh kok malah jadi bunda jangan dong! Seram Ta, kalau bunda marah tuh paling seraammm sedunia," ujar Rama mendramatisir suasana.

"Baguslah biar kamu jera!"

Pernah waktu itu, Aruna bilang ke Shinta jika suatu hari Rama menyakiti Shinta entah berupa perkataan, perbuatan, atau hal lainnya maka Shinta boleh mengadu atau cerita ke Aruna. Bagi Aruna, meskipun Rama adalah putranya yang sangat dia cintai, Aruna tak mau jika rasa cinta dan kasih sayangnya membuatnya selalu membela Rama bahkan ketika lelaki itu telah berbuat kesalahan. 

INEFFABLEWhere stories live. Discover now