29 - Tidak Adil

268 65 7
                                    

Di setiap malam, ia terus berdoa
Sayang, namamu tak disebut di dalamnya

****

Ada begitu banyak kebodohan yang Shinta lakukan, lalu sangat ia sesali. Hal bodoh pertama, sengaja begadang padahal tahu jika hari esok ada ulangan dan ia sama sekali bego di pelajaran tersebut. 

Kebodohan kedua, ikut-ikutan tidak mengerjakan tugas fisika sehingga dihukum keliling lapangan.

Lalu kebodohan ketiga yang benar-benar Shinta sesali selama ia bernapas hingga detik ini, yaitu tertangkap basah hendak bolos sekolah –

Oleh laki-laki yang Shinta sukai.

Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana kalau kita mengulang beberapa waktu sebelum Shinta menyesali semua kebodohan yang telah ia lakukan. 

Pagi itu, kegiatan sekolah berjalan seperti apa adanya. Tidak ada kejutan apa pun, yah siapa tahu sekolah mereka tiba-tiba kedatangan member SNSD terus beli soto ayam bu Jamilah yang terkenal di kantin mereka.

Hanya saja, pada hari ini, salah satu kafe terkenal akhirnya buka cabang di kota mereka, salah satu cabang kafe berada tak jauh dari sekolah. Kemudian kafe tersebut mulai dari kemarin hingga tiga hari ke depan memberikan promo serta paket-paket yang menarik. Hari ini memasuki hari kedua dari promo tersebut.

Shinta dan teman-temannya merasa iri pada orang-orang yang sudah ke kafe tersebut. Jika waktu pulang sekolah mereka ke sana, maka kafe tersebut akan penuh, perlu antre berjam-jam juga pastinya, begitu juga pada malam hari, jadi pada jam sekolah seperti inilah yang merupakan kesempatan terbaik.

"Gimana kalau keciduk guru atau bu Ainun?" ujar Dinda, salah satu teman sekelas Shinta. 

"Jangan disebut Mbaknya," sahut Ira menampol bahu Dinda.

"Gak bakal keciduk, asal lo gak banyak omong," sahut Azka kesal.

"Coba kek Shinta, anteng aja dia kagak banyak nanya," timpal Revan.

"Kok lo mau aja sih ikutan aliran sesat kek kita," tanya Ira agak heran akan Shinta. 

"Gue pengen!" sahutnya singkat. 

Sejujurnya menjadi suatu pergolakan batin bagi Shinta saat mendengar rencana teman-temannya yang hendak bolos. Berbicara salah atau benar, tentu jawabannya salah. Namun, Shinta ingin sekali ke kafe tersebut. Jadi akhirnya, ia memberanikan diri untuk ikut teman-temannya. Lagi pula, jika gagal, dihukumnya juga bersama-sama. Selain itu, mereka bolos saat jam pelajaran yang gurunya tak bisa mengajar. 

"Lo yakin di sini?" tanya Ira. 

"Iya, kata sepupu gue, kalau bolos pada ke sini terus jarang ada yang lewat," jelas Revan.

Jadi mereka berada di dekat gudang penyimpanan peralatan drumband. Di sini ada sebuah tembok lumayan tinggi yang jika berhasil dipanjat maka suatu keberhasilan untuk keluar dari sekolah. Alasan tempat ini sering dijadikan tempat untuk bolos karena jarang bahkan tak pernah ada yang lewat di sini. Kemudian ada yang berkata tempat di sini angker – sering terdengar suara alat musik yang bermain sendiri – jadi beberapa orang enggan untuk kemari.

"Ayo Ta, lompat, jangan takut," ujar Azka.

Sebenarnya, itu yang ingin segera Shinta lakukan. Namun, berada diketinggian tembok sekolah ini dengan kaki yang gemetar, cukup membuat nyalinya ciut. Kini ia merutuki kebodohan yang telah ia perbuat. 

"Woy, lo bisa manjat, tapi gak bisa turun," ucap Revan. 

"Manjatnya gampang karena ada kursi reyot yang dijadikan pijakan," sinis Ira. "Ayo Ta, gak sakit kok." Sebenarnya Ira merasa lumayan sakit saat kakinya mendarat ke tanah tadi.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang