18 - Ketika Doa ....

299 65 33
                                    

Don't stop
Until you’re proud

****

Ekskul BUSRA sudah masuk masa-masa latihan dan lomba. Rama bersama wakil ketua BUSRA menemui pembina ekskul jika mulai semester ini mereka akan menyicil menulis cerpen yang mereka niatkan terbit menjadi novel. Cerpen tersebut ditulis oleh setiap anggota, target cerpen sekitar 15 cerpen. Kegiatan mereka juga dibantu oleh seorang penulis lulusan SMA Nusaraga. 

Rama merasa jenuh, kini ia tahu kalau menulis cerpen sampai akhir cerita bukanlah perkara mudah. Ia salut dengan penulis-penulis yang sudah menerbitkan banyak novel.

Penulis pertama yang ia kagumi adalah bundanya sendiri yaitu Aruna lalu disusul penulis tanah air. Rama juga menyukai novel-novel penulis luar seperti Stephen King, Stephanie Meyer, Agatha Christie. 

“Kenapa bunda kalau nulis cerita bisa lancar jaya ya?” ujarnya menatap langit-langit. 

Mengedarkan pandangannya pada kamar yang hanya diterangi lampu belajar, Rama tidak suka tidur dengan lampu terlalu terang jadinya ia membeli lampu kecil jika hendak tidur. 

“Sudah berapa lama ya?” ujarnya menatap tanggal kecil di meja belajarnya. “Satu? Dua? Rasanya seperti baru kemarin.”

“Dulu saya bilang bakal nerbitin novel. Padahal satu cerpen saja susah.” Rama berjalan ke pintu balkon, lalu ia tutup. “Ternyata saya dulu sombong banget.”

“Rama tolong ambilkan spidol Bunda di kamar kerja papah kamu!” teriak Aruna membuat Rama tersadar dari lamunannya. 

“Iya Bunda!”

Rama turun dari lantai dua sembari membawa spidol yang dimaksud. Di sofa ruang tamu, ia melihat Aruna berkutat pada tumpukan novel-novelnya. Ada yang masih di dalam kardus dan sebagian sudah dikeluarkan. Selain itu, ada banyak kertas dengan berbagai macam warna berserakan di mana-mana. 

Rama menaruh spidol di meja dekat Aruna. “Makasih,” ujar Aruna.

“Sama-sama Bunda.”

Rama duduk di sofa depan Aruna. Terlihat Aruna sedang menandatangani novel-novel miliknya, Minggu depan Aruna akan membuka pre-order novelnya yang sudah dicetak untuk ketiga kalinya.

Layaknya pre-order novel pada umumnya. Selain mendapatkan novel bertanda tangan penulis, Aruna juga memberikan sepucuk surat beserta quote kepada para pembacanya. Suratnya diketik oleh Aruna, setiap pembaca mendapatkan surat yang sama. Kalau quote yang akan beda-beda setiap pembacanya karena itu ada banyak kertas warna-warni.

Salah satu quote yang baru Aruna tulis di kertas berwarna jingga, berisi :  Bertanya kapan? Tuhan selalu punya kejutan.

Selain surat dan quote, pre-order ini juga mendapat stiker, tote bag, gantungan kunci, photocard karakter cerita, tumblr. Tergantung paket apa yang dipilih. Aruna sudah menerbitkan sekitar 20 buku sejak awal ia menerbitkan novel. Novel terakhir yang terbit merupakan salah satu novel terbaik yang pernah Aruna tulis. Novel berjudul Sajak Awan dan Hujan. 

Novel ini bergenre teenfiction, berkisah tentang Awan si gadis percaya diri yang jatuh cinta pada Hujan, cowok terdingin yang pernah Awan temui. Rama sangat menyukai novel ini. Setiap babnya disuguhi adegan-adegan yang tak terduga. Tokoh Awan yang berani mengejar Hujan padahal Hujan punya segudang rahasia, rahasia tentang kehilangan. 

“Bunda nulis surat sama quote untuk pre-order, alasannya karena Bunda juga public speaker ya?” tanya Rama, ia sembari membaca satu per satu quote dibalik kertas warna-warni itu. 

“Gak juga. Bunda dulu pemalu, tapi pengen banget bisa motivasi banyak orang. Jadi Bunda nulis di blog-blog tentang motivasi. Akhirnya pas novel bunda terbit lagi, bunda inisiatif buat quote kalau ada pre-order.”

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang