2 - Dia si Bahasa Baku

966 115 70
                                    

INEFFABLE BY SISINKHEART

Instagram : @sisinkheart dan @hf.creations

****

Apakah ada aku

di hatimu walau hanya sedikit?

****

Sudah beberapa hari pembelajaran dimulai. Shinta berada di kelas 10 IPA 2 yang rumornya merupakan kelas pencetak anak-anak famous, contoh saja Iqbal si ketua OSIS yang merupakan anak kelas IPA 2. Yah, Shinta sendiri tak terlalu percaya rumor itu. Lagi pula setiap kelas ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Anak kelas sudah mulai berulah, kemarin ada guru mata pelajaran matematika yang menggunakan proyektor kelas untuk mengajar. Ketika istirahat, ada anak kelas yang membawa laptop, menggunakan proyektor kelas, kemudian membuka YouTube. Mereka tak terlalu lama menggunakan proyektor, masih takut ketahuan guru.

Ira menatap Azka baru masuk kelas, terlihat cowok itu sedang tak bersemangat. Hal ini dikarenakan, ia telat sekolah, kemudian dihukum oleh pak Hartono.

"Galak banget tuh guru BK!" ujarnya kesal.

"Jelaslah, gak ada guru BK, sejarahnya baik. Lo telat kenapa?" ujar Shinta.

"Paling lambat bangun kek lo, gak nyadari diri," sahut Ira.

"Gak usah diungkit yah!" Shinta rasa, Ira diam-diam punya dendam padanya.

"Idih, ogah gue telat dengan alasan lambat bangun terus naik angkot hujan-hujan," tandas Azka.

"Bedebah kalian!" balas Shinta.

"Masih ada yang make tuh umpatan?" Azka geleng-geleng kepala.

"Terus alasannya apa. Lo kemalingan?" Ira berucap.

Azka tersenyum, ia termasuk manusia yang selalu punya lelucon atau cerita yang selalu membuat terhibur dan gelak tawa. Yah, misalnya yang ia lakukan tadi pagi hingga terlambat sekolah.

"Jadi semalam kakak gue tuh ngeselin, dia sengaja mutar musik keras-keras, mentang-mentang ortu gue ada acara di luar, padahal gue mau tidur. Jadi besok paginya gue jail balik, gue naroh kulit pisang di depan kamar dia, pas gue lagi makan, gubrak, dia kepeleset!"

"Kalau dia luka atau pingsan gimana?" sahut Shinta tiba-tiba, rasanya pasti sangat sakit.

"Kulit pisangnya sehatkan?" sahut Ira.

"Ira eh!" Tidak Shinta pahami bagaimana jalan pikiran sahabatnya ini.

"Sehat walafiat kok kulit pisangnya, kakak gue juga masih bisa napas." Azka hendak pergi ke tempat duduknya.

Percakapan dan tawa mereka sama-sama berhenti ketika guru sejarah masuk kelas. Shinta menghela napas, ia menatap buku tulis yang ia jadikan coretan, ia menggambar tidak jelas.

Azka menengok pada Shinta. "Gambarnya bagus." Ia tersenyum simpul.

Shinta ikut tersenyum. "Makasih ... padahal jelek gini."

"Bagi gue, sudah bagus banget kok."

"Thanks, Ka."

"Baiklah anak-anak hari ini kita ..." Guru sudah mulai berbicara.

Azka masih dengan senyumannya menatap Shinta. "Cantik," batinnya.

****

Ira dan Shinta habis dari perpustakaan untuk meminjam buku pelajaran. Mereka sekarang berada di koridor menuju kelas.

INEFFABLEWhere stories live. Discover now