Chap. 6 Gelombang

7K 871 16
                                    

Mahaz mengernyit bingung dan menatap tanggannya yang di tahan oleh Madan. Entah mungkin karena darah mereka sama maka sihir  Mahaz ikut terhenti ketika di tahan.

Madan menatap Mahaz dengan sedikit ancaman yang dingin.

Mahaz ditarik masuk kedalam sebuah kemah jendral yang telah di dibangun

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Mahaz ditarik masuk kedalam sebuah kemah jendral yang telah di dibangun. Walau enggan dia harus masuk. Setidaknya tatapan pamannya cukup dingin.

Dengan santai dia duduk di depan sang jendral. Mahaz menggunakan sedikit kekuatannya untuk memeriksa apakah cukup untuk pergi ke rumah peri kecilnya.

"Bagai mana kau bisa disini?" Tanya Madan dengan suara dalam yang menuntut.

Madan menatap anak kecil yang aneh di depannya. Dalam ingatannya tidak ada darah keluarga yang lain yang seharusnya ada di luar tanpa sepengetahuannya, hanya keponakannya yang ada di kerajaan yang tidak pernah ia temui.

"Hanya mencari makanan." Jawab Mahaz dengan sembarangan sambil terus menatap beberapa rantai sihir penjaga yang telah terpasang di sekitar desa dan rumah Anita.

Madan hampir tidak dapat menahan amarah ketika mendengar jawaban sembarangan dari anak di depannya. Tatapan Madan hampir bisa mencekik siapapun didepannya sekarang tapi itu bahkan tidak berpengaruh dengan Mahaz.

"Hei paman. Aku sudah tidak ada urusan lagi di sini dan masih banyak hal yang harus ku lakukan di lain tempat." Ucap Mahaz sambil berdiri dan berjalan menuju ke arah luar tenda.

"Kau sebut aku apa tadi?"

"Paman. Apa lagi? Mau ku panggil bibi?"

"Kau!!"

"Sudahlah semoga kau menang dan berhati-hatilah. Ibuku selalu membesar-besarkan kehebatan mu di depanku hingga aku bosan. Dan hei kaka sepupu kita akan bermain petak umpet lain kali bersembunyilah dengan baik." Ucap Mahaz sambil menggunakan sihir pemindah dan menatap lemari yang tampak gelap di ujung ruangan.

Madan segera sadar dan berdiri tapi sebelum ia sempat berkata anak itu menghilang.

"Ayah dia!" Suara Rafa memecah kesunyian. Rafa muncul di balik lemari yang telah di tatap Mahaz tadi.

Madan menatap anaknya sambil menggelengkan kepalanya.

"Jika aku tidak salah seharusnya memang sudah besar tapi aku tidak menyangka jika kekutannya bahkan melebihi perkiraan ku." Ucap Rafa sambil menatap tempat kepergian Mahaz.

"Setelah perang kita akan mengunjungi istana." Ucap Madan yang juga mengikuti tatapan anaknya.

Setidaknya Madan dan Rafa tahu jika Mahaz tidak datang membantu maka perkelahian ini akan menjadi sangat sulit melebihi perkiraan mereka.

Dan yang paling mereka syukuri adalah sedikitnya korban dari sisi mereka. Seridaknya setiap nyawa jika bisa di selamatkan maka mereka dapat pulang dengan lega.

Rebirth "Orphic : All i needed"Onde histórias criam vida. Descubra agora