Chap. 22 Tahta

3.6K 482 4
                                    

Anita akhirnya melihat hembusan napas Mahaz kembali teratur dan lembut membuatnya berhenti khawatir.

Dengan sedikit berjinjit dan menutup pintu dengan pelan, Anita kembali ke kamarnya.

Setelah pintu kamar iyu tertutup mata sayu milik Mahaz terbuka dengan pelan dan menatap bayang terakhir milik peri kecilnya.

Dengan perlahan sosok Mahaz menghilang dan menyisakan boneka kosong untuk menggantikannya selama malam itu.

***

Pangeran cacat itu yang menyakiti ku !!!
Aku harus membunuhnya!!

Lolongan demi lolongan penuh amarah itu terdengar di sebuah kamar di sisi istana timur.

Sebagai salah satu anggota kelurga kerajaan setiap darah yang memiliki keterikatan dengan darah kerajaan akan hidup di istana tidak berbeda dnegan sosok Jaha keponakan tertua raja saat ini.

Sosoknya yang berumur lebih tua dari Mahaz membuatnya terbiasa untuk meremdahkan kelahiran Mahaz karena merasa tahu jika Raja Braham tidak memiliki sesikitpun kasih sayang pada putra mahkota.

Aku akan membunuhnya dengan tangan ku sendiri!!
Lepaskan aku!!
Aku akan membunuh cacat itu!!

Teriakan gila milik Jaha memenuhi lorong istana.

Banyak para penjaga dan pelayan istana yang berusaha menyelesaikan semua pekerjaannya secepat mungkin untuk tidak memgetahui hal-hal lebih jauh.

Untuk hidup di istana tidak hanya ada kemegahan dan kenyaman akan tetapi juga penuh jebakan yang kapan saja bisa membunuhmu.

Sisi gelap istana akan terus tertutup tapi semua orang mengetahui masing-masing bahaya istana itu sendiri.

Mata setiap orang mengawasi sosok ratu Gia yang memasuki ke kamar milik keponakan Raja.

Setiap orang berusaha menutup mata dan menutup telinga untuk kejadian selanjutnya.

Teriakan kemarahan itu berganti menjadi lolongan yang menyakitkan lalu tiba-tiba hening.

Teriakan kemarahan itu berganti menjadi lolongan yang menyakitkan lalu tiba-tiba hening

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sisi lain istana.

Setelah pesta berakhir, Raja Braham masih sibuk mendengarkan beberapa laporan dan urusan mengenai peperangan di perbatasan.

Tidak lama sebuah ketukan memecah suasana.

"Saatnya untuk makan." Suara Gia yang penuh kasih sayang menembus ke dalam ruang kerja.

Rebirth "Orphic : All i needed"Where stories live. Discover now