07♡

17.8K 1.4K 29
                                    

Haii...
Jangan lupa vote komen share and follow this story.

Cus baca hihii...

Bedanya rindu dengan luka; luka bisa sembuh, sedangkan rindu makin kambuh

(Aleena Putri Elnara Gemilang)

***

"Assalamualaikum abang," ucap salam Alin ketika ia sudah sampai di ruangan sang kembaran. Kamar VIP lengkap dengan bau obat-obatan yang menusuk hidung. Ya, Arkan telah dinyatakan koma di usianya yang menginjak 15 tahun.

Flashback on

"Abang ayo cepat, nanti lambattt," teriak gadis berusia 15 tahun dengan menaiki anak tangga menuju kamar sang kembaran. Dia Alin.

"Iya iya bentar ini mau turun," jawab Arkan. Alin sudah berkacak pinggang di anak tangga ke sepuluh.

Arkan, remaja laki-laki yang memiliki perawakan bak anak SMA padahal masih MTs. Tingginya saja 175 cm. Dibanding dengan Alin yang hanya 160 cm. Badan Arkan tegap dan kekar karena ia sering ikut ayahnya nge-gym di rumah. Memang ada ruangan khusus gym dirumahnya. Tak ayal badannya begitu perfect. Wajahnya manis, kulit kuning langsat dengan lesung pipi di pipi kiri. Alis tebal, dan rahang tegas. Sangat berwibawa.

Keluarga mereka sedang liburan di rumah mbah buk Aminah dan mbah kung Hafidz yang berada di Jombang. Kini mereka harus pulang, karena masa KBM Alin dan Arkan akan dimulai.  Penerbangan dari Surabaya ke Jakarta masih 4 jam lagi, jadi mereka berangkat sekarang menggunakan mobil untuk ke bandara. 2 jam perjalanan ke Surabaya dan 2 jam selanjutnya adalah prepare sebelum keberangkatan ke Jakarta.

"Yok, adek abang," ajak arkan sembari merangkul pundah Alin. Alin sangat bersemangat ketika ia akan kembali ke Jakarta. Tempat dimana sejuta kenangan terlukis indah.

"Bunda, ayah kita udah siap." Gaya bicara Alin begitu menggemaskan hingga semua orang terkekeh geli mendengarnya. Sedangkan Abidzar ia sudah terlelap dalam gendongan Bunda Hafsah.

"Aduh cucu mbah buk cantik e rek," puji mbah buk Aminah. (Aduh cucu mbah buk cantiknya nak).

"Ah mbah buk bisa aja." Alin tersipu malu. Pipinya bak tomat matang sekarang.

"Wis kapan berangkat ki selak telat loh?" celetuk mbah kung. (Udah kapan berangkat ini keburu telat loh?)

"Yaudah yok berangkat," ajak Ayah David.

"Pa, ma berangkat dulu ya," pamit Ayah David. Diikuti istri tercinta, Bunda Hafsah. Setelah itu menyalimi tangan kedua orang tua mereka. Mbah kung dan mbah buk tersenyum sembari mengangguk.

"Mbah buk, mbah kung jaga kesehatan ya. Jangan sampe kelelahan. Arkan pergi dulu. Kapan-kapan kita main lagi kesini," pamit Arkan. Setelah itu ia memeluk sembari mencium pipi kedua kakek dan neneknya.

"Iya sayangnya mbah buk."

"Ah mbah buk cuma sayang sama Bang Kana, ga sayang Alin," celetuk Alin sembari memanyunkan bibirnya dan melipat tangannya didepan dadanya. Terlihat sangat menggemaskan.

"Ututu sayangnya mbah kung," bujuk mbah kung sembari menyetarakan tingginya dengan Alin.

"Kamu masih mau disini hm?" tanya mbah kung. Lantas Alin menggeleng cepat.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now