31♡

12.9K 1K 32
                                    

Yok... Gas baca gih:)

***

Honeymoon ke Dubai telah usai. Kini Alin tengah mengemasi kopernya dan koper milik Alif untuk pulang ke Indonesia. Jadwal keberangkatan mereka, pukul 8 malam nanti. Sedangkan Alif, pria itu sedang mandi. Bunyi gemericik air terdengar dari kamar mandi. Tak lama bunyinya sudah berhenti, mungkin sang empu telah usai melakukan ritual mandinya.

Alin masih sibuk dengan tas selempangnya. Ia memasukkan handphone-nya, power bank, dan dompet. Tak lupa paspornya dan Alif serta handphone Alif. Karena Alif tak suka membawa tas kecil, lebih baik ia menitipkan handphone dan paspornya kepada Alin.

'Kriettt'

Pintu kamar mandi terbuka, nampaklah pria tampan yang hanya menggunakan celana boxer selutut dan handuk putih yang tersampir di lehernya. Tentu saja perut kotak-kotaknya terekspose sempurna. Pemandangan itu sukses membuat pipi Alin memerah. Ntah kenapa setiap kali ia melihat tubuh atletis suaminya, ia akan merasa malu. Alin memalingkan wajahnya kearah lain.

Sedangkan Alif, ia terkekeh melihat Alin yang tampak malu-malu menatapnya. Ia duduk dibelakang Alin. Alin masih belum menyadari keberadaan Alif karena sibuk mencari earphone bluetooth miliknya.

"Mana sih!?" dumel Alin.

Tangan Alif bergerak usil dengan melingkarkan tangannya di pinggang ramping istrinya. Kepalanya pun disandarkan di belakang leher Alin. Alin yang masih fokus mencari headset kesayangannya pun terkejut ketika merasakan ada yang memeluknya dari belakang.

"Kak Alif ih... Pake baju sana," titah Alin. Ia tahu Alif tak memakai baju karena pria itu masih mengenakan handuk di lehernya. Jika Alif sudah memakai baju maka handuknya akan ia taruh di tempat jemur handuk. Alif, pria tampan itu menggelengkan kepalanya pelan untuk menolak perintah bagina istri tercintanya.

"Gamau, badan saya dingin pengen dipeluk kamu," tolak Alif. Alin menghela nafas panjang.

"Yaudah kalo kedinginan tuh pake baju," omel Alin. Alif tetap keukeh tak mau melepaskan pelukannya.

"Kak, rambut kak Alif basah ya?" tanya Alin ketika merasakan bahunya basah.

"Hehe iya," jawab Alif dengan cengirannya. Seketika Alin bergerak memberontak dalam dekapan Alif. Alif malah mempererat pelukannya.

"Kak, lepasin deh. Basah nih bajuku!" gitah Alin. Alif memanyunkan bibirnya. Ia makin mengeratkan pelukannya sembari bersandar di punggung Alin.

"Biarin, tinggal ganti baju nanti." Alin mendengus kesal. Ia membalikkan badannya menghadap Alif. Seketika Alif melonggarkan pelukannya. Ia tersenyum manis menatap Alin yang sedang kesal.

"Nih liat bajuku basah 'kan?" tunjuk Alin pada bahunya yang basah akibat rambut Alif yang baru keramas.

"Ganti baju aja lah. Lagian gaboleh marah-marah sama suami, dosa," ujar Alif sembari mencubit kedua pipi chubby Alin.

"Masa?"

"Iya, istri yang sering marah-marah sama suami termasuk istri yang durhaka. Mau jadi istri durhaka, hm?" tanya Alif. Alin yang mendengar hal itu terdiam.

"Nggak mau," jawab Alin sembari menggeleng tegas.

"Makanya jangan suka marah-marah sama saya," ujar Alif.

'Cup'

Kecupan ringan mendarat mulus di hidung Alin. Alin menatap Alif dengan pipi yang memerah seperti tomat matang. Matanya mengerjapkan berkali-kali. Rasanya ada desiran aneh menjalar ke seluruh tubuhnya.

"A-aku ma-mau ambil handuk dulu buat ngeringin rambutnya kak Alif." Alin mencoba untuk menahan kesaltingannya dengan beranjak dari duduknya tapi ditahan oleh Alif.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang