49♡

7K 547 49
                                    

HOLAAAA, CUS DIBACAAA...

***

Seperti janjinya kemarin, Devan telah mengajak Shaka dan Arya untuk menyusul Alin dan Alif ke resort. Tapi ia sendiri malah terlambat bangun karena selesai sholat shubuh ia kembali tertidur diatas sajadah. Alhasil Arya dan Shaka harus menunggu Devan hingga selesai bersiap-siap.

Rencananya mereka akan berangkat sekitar jam sembilan pagi. Tapi karena Devan terlambat bangun, akhirnya mereka menunda hingga Devan selesai bersiap. Sebelum ke resort, mereka akan mampir ke rumah sakit tempat Alin dirawat. Sungguh membagongkan, niat hati ingin baby moon malah berujung bertengkar hingga Alin pingsan. Apalah daya, baik Alif dan Alin tidak ada yang menduga ini akan terjadi.

Kini Arya dan Shaka tengah duduk santai di sofa ruang tamu rumah Devan. Yup, Devan memang sudah bisa membeli rumah dari hasil kerja kerasnya magang di sebuah cafe sebagai barista. Selain itu Devan juga sering mendapat uang mingguan dari orang tuanya yang tinggal jauh di Solo. Tak ayal dalam waktu sekejap Devan bisa membeli rumah minimalis di perumahan dekat dengan kampusnya.

"Ck, si Devan ngajak nyusul Alif malah dia yang lama banget siap-siapnya," gerutu Arya. Memang kawan Alif yang satu ini sering kali emosi. Ntah bawaan dari lahir atau bagaimana.

"Sabar aelah, daripada lo ngedumel mulu mending mabar sama gue," tawar Shaka yang duduk di sofa yang berbeda dengan Arya. Arya menatap Shaka sekilas lantas menghela nafas panjang.

"Sebenarnya gue mau aja mabar sama lo, tapi gamenya udah di hapus sama cewe gue," ujar Arya sendu. Shaka ingin sekali tertawa tapi ia tahan.

"Kasian banget lo, kaya gue dong bebas. Mau ngapain aja juga bebas ga ada yang bisa nglarang-nglarang gue," ujar Shaka bangga. Arya mendelik tajam.

"Bangga lo jones!" ejek Arya.

"Apaan jones?" tanya Shaka polos.

"Jomblo ngenes!"

"Yee apaan! Gue tuh joker,"

"Joker? Lo kira kartu remi!"

"Kagak ogeb, joker tuh jomblo keren!" ujar Shaka sembari menepuk dadanya bangga. Arya memutar bola matanya malas.

"Serah lo!" ketus Arya. Shaka terkikik geli melihat raut masam Arya. Sungguh, menjahili Arya adalah hobinya. Membuat Arya emosi adalah kebiasaannya. Jika Arya marah-marah maka ia akan merasa sangat senang. Kapan lagi ia bisa menjahili Arya sampai puas. Kematian tidak ada yang tahu bukan?

Di sela-sela tawa Shaka yang masih terdengar, ternyata Devan sudah siap dengan outfitnya yang hampir sama dengan Shaka. Kaos putih polos sebagai inner, sedangkan jaket levis hitam sebagai outer dan tak lupa celana levis yang serasi dengan jaketnya. Berbeda dengan Arya yang memakai pakaian serba hitam.

"Sorry lama," ujar Devan.

"Lo yang ngajak lo yang bikin kita telat!" sarkas Arya. Shaka hanya tersenyum tipis.

"Ya sorry, gue lupa pasang alarm jadi kesiangan tadi," uja Devan. Arya memutar bola matanya, jengah.

"Udah berantem mulu, ayo berangkat!" lerai Shaka. Devan dan Arya kompak mengangguk. Devan mendekat ke arah Arya lalu memeluknya dari samping.

"Lagi pms lo marah-marah mulu?" tanya Devan penasaran. Shaka hanya diam, ia juga ingin tahu apa yang sedang mengganggu pikiran Arya.

Sedangkan Arya, pemuda itu diam. Ia juga baru ngeh. Arya menunduk, ntah mengapa perasaannya begitu berbeda dari biasanya. Ia merasa sedikit takut dan gelisah. Tapi ia sendiri tak tahu apa sebabnya.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now