41♡

11.5K 1.1K 131
                                    

Haiii baca gih...

***

Tepat hari ini Alif telah memanggil dokter pribadinya, yaitu Dokter Farah untuk mengecek kondisi Alin. Sebenarnya Alin mengalami mual-mual sejak setelah sholat shubuh. Alif dibuat kelimpungan pasalnya Alin tak berhenti berlari dari kamar menuju kamar mandi.

Sekarang wanita cantik itu duduk dengan bersandar di kepala ranjang dengan wajah pucat pasi. Dokter Farah tengah mengecek tekanan darah Alin. Alif mengawasi pengecekan itu dengan berdiri bersedekap dada di samping ranjang. Dari matanya tersirat kekhawatiran. Alin peka dengan tatapan Alif, ia tersenyum simpul menatap Alif balik.

"Semuanya baik-baik saja Tuan Muda. Nyonya Alin masih bisa melakukan perjalanan jauh," ujar Dokter Farah sembari mengemasi barang-barangnya.

"Alhamdulillah..." gumam Alif dan Alin bersamaan sembari mengusap kedua tangan ke wajah masing-masing.

"Tapi tolong dijaga baik-baik ya Tuan. Apalagi soal kenyamanan dan keamanan nyonya Alin," ujar Dokter Farah. Alif mengangguk. Netranya tak mau lepas dari Alin.

"Terimakasih dok," ujar Alin sembari tersenyum simpul.

"Sama-sama Nyonya Muda, saya permisi dulu. Assalamualaikum..." pamit Dokter Farah. Ia pun segera pergi dari kamar sepasang suami istri itu.

Setelah Dokter Farah pergi, Alif segera menutup pintu dan menguncinya. Setelah itu, ia berlari kecil menuju Alin yang telah merentangkan kedua tangannya ingin dipeluk.

Alif naik ke atas ranjang lantas membawa Alin kedalam dekapannya. Tangan kanannya digunakan untuk memeluk Alin sedangkan tangan kirinya mengelus lembut perut Alin.

"Anak baba sama mama baik-baik ya di dalem. Jangan bikin mama kamu sakit, nanti baba marahin kamu kalo mama beneran sakit karna kamu," ujar Alif. Alin terkekeh geli mendengar ucapan suami tampannya itu.

"Ndak baba, kecebongnya baba Alif ndak nakal kok di dalem peyut mama," ujar Alin dengan menirukan suara anak kecil.

"Masyaallah pinter banget anak baba." Alin tersenyum simpul.

"Kak, aku mau sesuatu boleh?" tanya Alin.

"Mau apa habibati, kalau saya bisa memenuhi insyaallah saya akan penuhi keinginan kamu," ujar Alif. Alin tersenyum mendengar ujaran Alif.

"Kan Reyhan, sama preman-preman anak buah cewe yang nyulik aku udah ketangkap semua. Aku pengen jenguk mereka-"

"Nggak boleh," potong Alif. Dari wajahnya tampak ketara kekhawatiran serta ketidaksukaan Alif.

"Kak Alif ish.. aku belum selesai ngomong," kesal Alin.

"Habibati... Minta yang lain aja ya? Jangan yang ini, saya gamau kamu kembali trauma," bujuk Alif. Tapi yang namanya Alin, tidak mungkin langsung mengalah. Kepalanya masih sama kerasnya dengan dulu.

"Nggak mau, aku mau jenguk yang mereka karena diantara mereka ada yang baik sama aku kak," ujar Alin. Alif menghela nafas panjang.

"Tapi sayang, disana itu ga baik buat kamu dan debay," ujar Alif mencoba membujuk Alin. Tetap saja Alin bersikukuh ingin menjenguk para penculiknya.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang