11♡

18.8K 1.4K 23
                                    

Baca aja...

***

Persiapan pernikahan Alin sudah hampir selesai. Hari ini adalah Hari Kamis, H-2 pernikahannya. Alin menghembuskan nafas panjang. Matanya menelisik seluruh bagian dari kamarnya. Ia akan merindukan saat-saat dimana ia menumpahkan semua keluhannya. Saat ia menangis, bantal dan guling menjadi saksi air matanya. Saat bahagia, alunan musik dan teriakan kegirangan menjadi pelengkapnya. Saat menjelang pagi, teriakan sang bunda yang terdengar. Dan saat malam yang tenang, rembulan yang biasa menemaninya dikala ia kesepian dan pada rembulan lah ia mencurahkan isi hatinya hingga merasa tenang.

Tak tahu lagi harus berkata apa. Hampir semua yang ia rasakan dalam pahit getirnya kehidupan ia curahkan isi hatinya pada benda dikamarnya. Memang agak aneh tapi inilah Alin.

Alin, gadis bar-bar itu kini duduk didepan meja riasnya. Ia memandang wajahnya sendiri. Terbesit dalam hatinya, apakah ia pantas menyandang status istri seorang santri. Ia tahu jika Alif adalah lulusan pondok pesantren. Hingga dinobatkan sebagai santri terbaik se-angkatannya. Tak ayal hal itu semakin membuat Alin merasa kecil dihadapan Alif.

Dirinya yang astaghfirullah bisa bersanding dengan Alif yang masyaallah. Kebaikan apa yang ia lakukan sampai ia bisa berjodoh dengan Alif, si Hafidz Qur'an. Terkadang ia berfikir apakah Alif mencintainya ataukah tidak. Dari sikap Alif padanya ia bisa menyimpulkan bahwa Alif tidak benar-benar mencintainya. Tapi jika tidak cinta lalu mengapa Alif berani membawa orang tuanya untuk melamar Alin. Pusing itulah yang dirasakan Alin.

Lagi dan lagi, Alin menghembuskan nafas panjangnya. "Daripada gue pusing mikirin perasaan si om mending gue turun cari udara seger sekalian ambil minum."

Alin pun bangkit dan melangkahkan kakinya menuju lemari pakaiannya. Ia mengambil satu training hitam panjang dan baju abu-abu lengan panjang serta hijab saudya hitam. Oufit keluar kamarnya sudah siap. Ia pun segera mengganti pakaian.

Karena keluarga besarnya akan datang hari ini jadi ia harus siap mental diejek dan diusili oleh para sepupunya.

Alin pun membuka pintu kamarnya dan tak lupa menguncinya lagi. Takut ada yang masuk ke kamarnya tanpa seizinnya.

'Tap tap tap'

Alin menuruni tangga, ketika hendak ke dapur ia mendengar deru mesin mobil. Karena merasa penasaran akhirnya Alin memutuskan untuk melihat dari kaca jendela. Ternyata kakek Hafidz dan nenek Aminah sudah datang bersama dengan Tante Risma, adik Ayah David.

'Ting tung'

"Sebentar," ucap Alin sembari membukakan pintu utama rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap salam Kakek Hafidz, Nenek Aminah, Tante Risma, dan Om Fahmi kompak.

"Eh, wa'alaikumussalam. Mbah kung, mbah buk, tan, om," sapa Alin sembari menyalami mereka.

"Aduh kok pengantinnya yang buka pintu? Emang Bunda mu mana nak?" tanya Nenek Aminah sembari mengelus kepala cucu perempuannya.

"Eh... Tadi Alin mau ambil minum terus denger bel yaudah Alin bukain dulu ternyata kakek, nenek, tante sama om yang dateng. Oh iya mari masuk. Bunda lagi masak didapur. Bentar Alin panggilin," jelas Alin.

Semua hanya mengangguk lantas masuk ke rumah dan duduk di sofa ruang tamu.

"Eh papa, mama, ris, Fahmi," sapa Bunda Hafsah yang baru muncul dari arah dapur.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now